Dewiku.com - Setiap orang pasti pernah ngalamin masa sulit yang bikin hancur. Kehilangan orang tersayang, gagal besar, atau pengalaman pahit lain kadang ninggalin luka yang dalam banget. Rasanya pengin nyerah aja. Tapi ternyata, dari rasa sakit itu, ada fenomena psikologis yang bisa bikin kita justru tumbuh lebih kuat. Namanya Post-Traumatic Growth (PTG).
Kalau biasanya orang cuma fokus buat bertahan hidup setelah trauma, PTG ini beda. Bukan sekadar “survive”, tapi benar-benar berkembang. Banyak orang yang setelah melewati masa paling gelap hidupnya malah jadi lebih bersyukur, lebih menghargai hidup, dan nemuin tujuan baru yang lebih jelas. Dari keterpurukan, mereka berhasil nemuin arti sebenarnya dari kekuatan diri.
Nggak Instan, Butuh Proses
Bangkit setelah trauma jelas nggak instan. Semua butuh waktu, dan tiap orang punya cara masing-masing. Yang paling penting, izinkan diri buat ngerasain semua emosi yang muncul. Jangan buru-buru menekan atau menolak rasa sakit itu, karena justru perasaan itulah bagian dari proses pemulihan.
Setelah itu, coba cari orang yang bisa dipercaya buat berbagi cerita, entah sahabat, keluarga, atau bahkan profesional. Pelan-pelan, langkah kecil seperti jaga rutinitas, fokus ke hal-hal yang bisa dikendalikan, dan rawat diri sendiri akan jadi pondasi buat tumbuh lebih kuat.
Belajar Nemuin Makna di Balik Rasa Sakit
Kunci dari PTG ada di sini: nemuin makna dari penderitaan. Bukan berarti kita harus bahagia karena musibah, tapi kita bisa belajar sesuatu dan menjadikannya alasan buat hidup lebih baik. Banyak orang setelah trauma justru nemuin misi hidup baru—misalnya jadi relawan, konselor, atau sekadar orang yang suka nyemangatin temannya yang lagi jatuh.
Rasa sakit nggak lagi jadi beban, tapi berubah jadi bahan bakar buat kasih dampak positif.
Mindset yang Jadi Pembeda
Apa sih bedanya orang yang terus terpuruk sama yang bisa bangkit? Jawabannya ada di cara pandang. Mereka yang bisa bangkit biasanya nggak melihat trauma sebagai akhir, tapi sebagai awal dari perjalanan baru. Mereka berani minta bantuan, terbuka sama dukungan, dan percaya kalau hidup masih punya makna meski pernah lewat masa kelam. Pola pikir ini yang akhirnya bikin mereka nggak cuma pulih, tapi tumbuh.
Baca Juga
-
Ospek Calon Mantu ala Soimah: Gimana Anak Harus Hadapi Orang Tua yang Ikut Campur?
-
Drama Pernikahan Kilat Pratama Arhan dan Azizah Salsha: Harus Berakhir Setelah 2 Tahun Bersama
-
Janice Tjen, Petenis Muda Indonesia Lolos ke US Open 2025: Bukti Cewek 20-an Bisa Tembus Dunia
-
Dulu Labubu, Sekarang Matcha: Bukti Lisa BLACKPINK Bisa Bikin Segala Produk Jadi Tren
-
Stop Kebiasaan Boomerasking Kalau Nggak Mau Bikin Lawan Bicara Ilfeel
-
Bentuk Pinggul Amanda Manopo Jadi Sorotan, Operasi atau Natural?
Titik Balik, Bukan Titik Akhir
Pada akhirnya, kita nggak bisa menghindari semua luka dalam hidup. Tapi, kita bisa pilih gimana cara menanggapinya. Kalau hidup ngasih kamu ujian berat, jangan lihat itu sebagai titik akhir, tapi jadikan titik balik. Luka hari ini bisa jadi alasan kamu berdiri lebih kuat besok.
Ingat, rasa sakit itu sementara, tapi kekuatan yang lahir darinya bisa bertahan selamanya. Dari trauma yang menghancurkan, kamu bisa bangun kembali hidup yang lebih bermakna.
(Clarencia Gita Jelita Nazara)
Terkini
- Memilih Susu Pertumbuhan Anak: Tips untuk Orang Tua Masa Kini
- Kenapa Cewek Suka Mengingat-Ingat Kesalahan Pasangan? Ini Penjelasannya
- The Club Series: Kuas MUA Sporty-Luxury yang Bikin Makeup Auto Flawless
- Quality Time Ala Keluarga Modern: Nggak Perlu Jauh, yang Penting Bermakna
- Olahraga Makin Hits, Outfit Tetap Santun: Tren Sportwear Modest yang Lagi Naik Daun
- Ketika Kehamilan Datang Tanpa Diminta: Sunyi, Stigma, dan Ruang #SamaSamaAman yang Mesti Kita Ciptakan
- Semakin Dewasa, Circle Makin Kecil: Ternyata Ini Bukan Salah Siapa-Siapa
- Akses Layanan Kesehatan Kelas Dunia, Kini Lebih Dekat untuk Keluarga Indonesia
- Seventh Anniversary, Noera Beauty Rilis Sunscreen Physical dengan Formula Baru yang Inovatif
- Regenerative Beauty: Tren Baru yang Bikin Kulit Glowing Alami Tanpa Kesan 'Diisi'