trending

Gantikan Merek yang Diboikot, Brand Lokal Menjadi Pilihan Teratas Masyarakat

Ada banyak brand lokal yang bisa jadi pilihan alternatif.

Rima Sekarani Imamun Nissa
Senin, 25 Maret 2024 | 09:30 WIB

Konflik antara Palestina dan Israel telah memakan banyak korban jiwa yang membuat seruan boikot semakin berkembang dalam tiga bulan terakhir. Aksi ini ditujukan pada produk-produk dari perusahaan yang dicurigai mendukung atau berafiliasi dengan Israel. 

Jakpat melakukan survei untuk mengetahui perubahan perilaku konsumen setelah isu boikot berkembang. Survei yang melibatkan 1285 responden ini menjelaskan pilihan produk alternatif apa saja yang dipilih, dan kemungkinan penggunaan atau konsumsi kembali pada merek fast food, food & beverage, juga merek fashion, makeup dan personal care yang diboikot.

Berdasarkan hasil survei, mayoritas responden sudah mengetahui dan mengikuti informasi mengenai isu boikot. Mereka juga turut melakukan aksi boikot, khususnya Gen Z (73%). Selain itu, aksi ini lebih banyak dilakukan oleh orang-orang yang berada pada status sosial ekonomi menengah (70%).

Baca Juga: Tes Kepribadian: Angka Favorit Bisa Mengungkap Karakter Seseorang

Makanan cepat saji. (Unsplash/Carles Rabada)

Bagi yang tidak melakukan boikot produk, mereka mengaku jika mendoakan dan berdonasi menjadi cara lain dalam mendukung Palestina. Donasi dilakukan oleh setiap generasi, khususnya Gen X (46%) dan orang-orang yang berada di status sosial ekonomi rendah (55%).

"Dukungan terhadap aksi boikot terhadap produk yang berafiliasi dengan Israel dan turut serta berdonasi menjadi bagian upaya dari masyarakat untuk menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Palestina dan menekankan pentingnya perdamaian dan keadilan," ungkap Research Lead Jakpat, Septiana Widi Sugiastuti, dikutip dari siaran pers yang diterima Dewiku.com.

Menghindari produk yang biasanya digunakan atau dikonsumsi adalah tantangan utama bagi aksi boikot. Selain itu, sudah memiliki barang dari produk yang diboikot (44%), adanya diskon (39%), hingga tidak memiliki produk alternatif (36%) juga menjadi alasannya.

Baca Juga: Ini Cara Kunto Aji Mengatasi Bau Ketiak, Bukan Mengandalkan Deodoran

Dengan melakukan aksi boikot, responden berharap jika brand atau perusahaan yang diboikot berhenti mendukung Israel (75%). Mereka juga berharap produk lokal atau UMKM yang mendukung Palestina semakin berkembang.

"Hal tersebut dapat menjadi peluang besar bagi para pengusaha lokal & UMKM untuk menyediakan produk-produk substitusi dengan harga dan kualitas yang sesuai dengan preferensi konsumen," jelas Septiana.

Baca Juga: Jarang Mandi Kayak Tasya Farasya? Dokter Kulit Ternyata Bilang Begini

Sementara itu, mayoritas responden mengaku tidak berencana untuk mengkonsumsi atau menggunakan kembali produk yang sudah diboikot. Walau demikian, sebagian responden menyatakan bahwa jika perusahaan yang bersangkutan tidak lagi mendukung Israel, mereka akan mempertimbangkan untuk mengkonsumsi atau menggunakannya kembali.

trending

Tak Hanya Gaji, ART Nikita Mirzani Juga Dapat Jatah Skincare

Nikita Mirzani berusaha memperlakukan ART di rumahnya dengan baik.

trending

Waspada! BPOM Temukan Skincare Racikan Berbahaya di Klinik Kecantikan

BPOM temukan lebih dari 50 ribu skincare racikan berisi obat keras berbahaya di klinik kecantikan.

trending

Cocok untuk yang Intolerasi Laktosa, Haus! Rilis Menu Baru Oat Coffee Caramel Macchiato

Oat Coffee Caramel Macchiato, disajikan sebagai minuman yang inklusif, termasuk konsumen dengan kondisi intoleransi laktosa.

trending

Pabrik Bata di Purwakarta Tutup, Simak Fakta Menarik Brand Sepatu Legendaris Ini

Bata adalah salah satu merek alas kaki legendaris yang ternyata bukan berasal dari Indonesia.

trending

Belajar dari Perceraian Ria Ricis dan Teuku Ryan, Pilih Ibu atau Istri? Ini Kata Habib Jafar

Setelah menikah, mana yang harus diutaman seorang pria? Ibu atau istrinya?