Selasa, 11 Maret 2025
Rima Sekarani Imamun Nissa : Rabu, 04 Desember 2024 | 10:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Dewiku.com - Pasar makanan beku di Indonesia kini telah mencapai Rp200 triliun. Pertumbuhannya yang signifikan didorong oleh gaya hidup urban nan sibuk.

Perubahan preferensi konsumen tercermin dalam perkembangan tren konsumsi makanan beku yang semakin populer di kalangan masyarakat.

Baru-baru ini, Jakpat mengungkap hasil survei terhadap 1.245 responden terkait tren konsumsi makanan beku di Indonesia. Hasilnya memberikan gambaran tentang kategori produk yang diminati, alasan konsumen memilih makanan beku, serta faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian.

Konsumsi Makanan Beku dan Alasan Memilihnya

Makanan beku hadir dalam berbagai kategori. Olahan daging seperti sosis, nuget, dan bakso menjadi pilihan utama yang disukai oleh 91% responden. Sebanyak 63% responden juga mengonsumsi camilan beku seperti kentang goreng dan donat. Selain itu, 57% responden membeli daging beku, sedangkan 31% lainnya mengonsumsi sayur dan buah beku.

Menariknya, fenomena ini ternyata lebih banyak dijumpai pada generasi milenial yang cenderung mencari cara praktis dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Menurut Research Lead Jakpat, Septiana Widi Sugiastuti, target pasar konsumen makanan beku adalah kaum urban milenial yang mencari makanan praktis. Tidak hanya makanan yang mudah disiapkan, tetapi juga gampang disimpan dan enak rasanya.

"Promosi produk dengan menonjolkan USP (Unique Selling Proposition) seperti kepraktisan, kebersihan, dan nilai gizi dapat menjadi alternatif kampanye yang efektif, sementara desain produk yang menggambarkan kesegaran dan kualitas premium juga dapat menarik perhatian konsumen," ungkap Septiana, Senin (2/12/2024), dikutip dari siaran pers yang diterima Dewiku.com.

Nilai Gizi pada Makanan Beku

Informasi mengenai nilai gizi yang menunjukkan bahwa produk tidak mengandung pengawet dianggap penting oleh 63% responden. Selain itu, 57% responden menganggap kandungan protein yang tinggi sebagai nilai tambah, sementara 55% lainnya memperhatikan produk tersebut tidak mengandung pewarna tambahan dan bahan kimia.

Orang tua cenderung lebih memperhatikan informasi nilai gizi pada makanan beku dibandingkan responden yang tidak memiliki anak. Sebanyak 42% responden yang punya anak memeriksa nilai gizi dengan frekuensi selalu atau sering, sementara hanya 31% responden tanpa anak yang melakukan hal sama.

"Penting bagi pemasar untuk menekankan bahwa pembekuan modern dapat menjaga kandungan nutrisi makanan dengan baik, jika dilakukan dengan metode yang tepat seperti flash freezing. Metode ini mampu menjaga kualitas nutrisi seperti vitamin dan mineral, serta mempertahankan rasa dan tekstur makanan," papar Septiana.

BACA SELANJUTNYA

Self Care: Bukan Sekadar Tren Media Sosial, tapi Kebutuhan Milenial di Era Modern