Senin, 09 Desember 2024 | 16:30 WIB
Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah telah sukses digelar pada 4-6 Desember 2024 di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Di balik perhelatan akbar organisasi dakwah Islam ini, ada berbagai hal menarik yang menarik atensi publik. Salah satunya adalah keterlibatan Kokamwati beragama Katolik.
Pasukan pengamanan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) tentunya berperan penting dalam kelancaran Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah. Barisan semi militer ini rupanya tidak cuma diisi laki-laki, tetapi ada juga pasukan perempuan yang disebut Kokamwati.
Afra Asmici Dian menjadi salah satu Kokamwati yang jadi sorotan. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) ini jadi mencuri perhatian karena diketahui merupakan jemaat Katolik.
Baca Juga: Trophy Wife, Simbol Status atau Stereotip Merendahkan?
Loading...
"Kami merasa senang di sini. Bisa diterima dengan baik, teman-teman kita saling bantu dan akrab," kata Afra, dilansir Dewiku.com dari laman resmi Muhammadiyah, Minggu (8/12/2024).
Afra mengapresiasi pelayanan yang diberikan Muhammadiyah kepada setiap orang tanpa terkecuali, termasuk dirinya yang bukan umat Islam. Dia mengaku senang karena bisa melanjutkan studi di kampusnya saat ini.
Baca Juga: Apa Itu YONO yang Diprediksi Gantikan Gaya Hidup YOLO di Tahun 2025?
Afra bahkan tampak antusias saat menceritakan pengalamannya mengikuti mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). Menurutnya belajar AIK bukankah sesuatu yang terasa sulit dan membebani.
Hanya saja, perempuan 24 tahun mengaku lumayan kesusahan ketika belajar bahasa Arab. Hal tersebut utamanya berkaitan dengan membaca huruf hijaiah atau abjad dalam bahasa Arab.
"Itu tulisannya yang panjang-panjang, garis-garis, agak susah, tapi dukungan, kita punya teman ada dan mereka baik-baik," tutur mahasiswa semester tujuh ini.
Saat belajar AIK, Afra tidak hanya fokus pada perkara nilai. Baginya, mata kuliah tersebut memberinya pengalaman bermakna mendalam perihal toleransi beragama. Pada akhirnya, Afra membuktikan sendiri bahwa toleransi di Muhammadiyah tak hanya sebatas kata, tetapi telah diterapkan secara nyata.
"Kita ini yang berbeda agama, saya kira tidak bisa. Tapi di Muhammadiyah, kita diterima dengan baik. Tidak hanya ucapan, kita bersama-sama dengan melakukan," ujarnya.
Afra bukan satu-satunya orang beragama Katolik yang menempuh pendidikan di UMK. Setidaknya, ada pula kakak Afra yang telah merampungkan studi di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Islam tersebut. Sang adik pun sedang kuliah di UMK seperti dirinya.
Baca Juga: Ketakutan Kolektif atau Realitas? Soal Tren #MarriageIsScary di Kalangan Anak Muda
"Bapak kami bersyukur ada Muhammadiyah sebagai tempat belajar anak-anaknya, terlebih kita sebagai keluarga yang kurang mampu," ungkap Afra.