Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Kadang, diam memang lebih baik daripada bicara, terutama kalau keadaan hati sedang tidak enak. Sehingga, untuk menghindari konflik agar tidak makin memperkeruh keadaan, diam bisa jadi pilihan. Perilaku ini diistilahkan dengan silent treatment. Tapi, tak selamanya juga, lho, perlakuan diam seperti ini baik untuk dilakukan.
Masih ingat dengan perceraian salah satu selebritas Faby Marcelia? Ia sempat mengungkapkan bahwa alasan perceraian dengan suaminya, aktor Revand Narya, adalah penggunaan silent treatment dalam hubungan mereka. Febby mengungkapkan bahwa sang suami sering kali memberikan silent treatment kepadanya, yang membuatnya merasa tidak dihargai dan terabaikan. Alih-alih menganggap bahwa diam adalah emas, hal ini justru memperburuk hubungan mereka, hingga akhirnya keduanya memilih untuk bercerai pada akhir tahun 2023 lalu.
Memangnya, apa itu silent treatment?
Dalam sebuah hubungan, silent treatment merujuk pada fenomena saat seseorang memilih untuk diam tanpa bicara dengan sengaja dan menolak untuk membicarakan masalah yang sedang terjadi dengan pasangannya.
Baca Juga
-
Rawan Jadi Korban Kekerasan, Perempuan dengan Disabilitas Hadapi Kerentanan Berlapis
-
Jangan Sembarangan! 8 Langkah Cerdas Memilih Klinik Kecantikan yang Aman dan Terpercaya
-
Orang Tua Bicara: Program Makan Siang Gratis Harus Lebih Tepat Sasaran!
-
Womens March Jakarta 2024: Ribuan Suara Tuntut Akhiri Diskriminasi dan Patriarki
-
Keterwakilan Perempuan di Sektor Publik Masih Rendah, Banyak Tantangan Jadi Penghalang
Dalam sebuah artikel berjudul "The Psychology of the Silent Treatment" yang diterbitkan oleh The Atlantic pada bulan Maret 2021, seorang psikolog bernama Williams menjelaskan bahwa silent treatment ini digunakan dalam banyak tujuan yang berbeda. Meski begitu, kesamaannya adalah bahwa orang memilih menggunakan silent treatment karena mereka dapat melakukannya tanpa khawatir dinilai kasar oleh orang lain. Dan, silent treatment ini sangat efektif dalam membuat individu yang ditargetkan merasa bahwa dirinya buruk dan tak bernilai.
Lalu, kenapa seseorang memilih melakukan silent treatment?
Menurut Anne Fishel, direktur Program Terapi Keluarga dan Pasangan di Rumah Sakit Umum Massachusetts, silent treatment bisa dilakukan oleh orang dengan tipe kepribadian apapun.
“Seseorang mungkin dibanjiri perasaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, jadi mereka diam saja,” ungkap Anne.
Benarkah perempuan lebih sensitif dengan silent treatment?
Logikanya, tak ada perempuan yang suka diabaikan, terutama oleh orang terdekatnya. Itu sebabnya, silent treatment dari pasangan bisa membuat perempuan merasa tidak dihargai dan dianggap penting.
Bagi perempuan, diam itu sama seperti sinyal penolakan. Itu sebabnya, ketika pasangannya melakukan silent treatment, ia akan merasa ditolak dan tak diinginkan. Hal ini karena secara umum, perempuan memang lebih sensitif terhadap emosi dan lebih suka berkomunikasi secara terbuka. Ketika pasangannya diam, perempuan akan merasa ada yang tidak beres dan berusaha mencari tahu apa penyebabnya.
Selain itu, perempuan juga cenderung lebih memikirkan hubungan dan ingin menjaga keharmonisan. Dan silent treatment ini, bisa membuat perempuan merasa hubungannya sedang terancam.
Bagaimana cara agar tak mendapat silent treatment?
Daripada memilih untuk diam, lebih baik cobalah untuk berkomunikasi secara terbuka dengan pasangan. Seperti yang dikatakan Anne Fishel di atas, silent treatment bisa dilakukan siapa saja. Dan, mungkin saja pasangan melakukan hal tersebut tanpa bermaksud menyakiti.
Ibaratnya, pasangan mungkin berpikir bahwa silent treatment merupakan salah satu bahasa cinta, di mana dengan diamnya itu, bisa membuat pasangannya lebih bebas dan bahagia. Padahal, justru sebaliknya, kan?
Terkini
- Stop Self-Talk Negatif! Ini Cara Membangun Self-Respect di Era Digital
- Merasa Kecil di Dunia yang Besar: Menggali Akar Inferiority Complex
- Resah Driver Ojol Perempuan: Ada Ketidakadilan Mengintai di Setiap Kilometer
- Fake It Till You Make It: Boleh Dicoba, Asal Jangan Kebablasan, Girls!
- Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!
- Self Care Bukan Egois, Tapi Hak Setiap Perempuan untuk Sejahtera
- Pap Smear: Deteksi Dini Kanker Serviks, Selamatkan Nyawa Perempuan
- Mengenal Sunday Scaries, Rasa Cemas yang Timbul di Hari Minggu
- Alasan Mengapa Maret jadi Bulan Perempuan
- Tren Kabur Aja Dulu: Antara Impian dan Realita, Sejauh Mana Keseriusannya?