Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Cuaca pukul 10.30 WITA di hari Rabu (20/11/2024) begitu terik saat kendaraan memasuki Desa Camplong II, Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Melewati jalanan menanjak dan berkelok, Desa Camplong II terasa begitu gersang di bawah matahari yang menyengat. Namun, senyum ramah dari warga Camplong II meneduhkan terik siang itu. Di teras Kantor Kepala Desa Camplong II, dua orang perempuan berbagi ceritanya tentang permasalahan di Desa Camplong II.
"Di sini memang kekurangan air bersih. Semua serba beli karena kalau musim kemarau sumur kering, jadi kalau mau ada air harus beli," ungkap Dewi Sabu Ketua Forum Perempuan, Desa Camplong II.
Baca Juga
-
Saat Isu Lingkungan Terabaikan di Era Digital
-
Layanan Terpadu Korban Kekerasan Belum Optimal, UNDP Indonesia: Butuh Banyak Pembenahan
-
Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan: Perjuangan Tiada Henti Lawan Ketidakadilan dan Penindasan
-
Terbatas dan Susah Diakses, Layanan Kesehatan Perempuan Masih Jauh dari Harapan
-
Panjang Umur Perjuangan Pekerja Migran, Eni Lestari: Mengapa Negara Ini Tak Bisa Memberi Kami Pekerjaan?
Sebagai seorang perempuan dan ibu rumah tangga, kebutuhan akan air bersih tentu tak terelakkan. Mereka pun terbiasa menyesuaikan keadaan dengan ketersediaan air bersih.
"Untuk kebutuhan air, sebenarnya semua tergantung keadaan. Kalau saya biasanya satu minggu menghabiskan Rp100 ribu untuk membeli air," lanjut Dewi Sabu.
Padahal, kelangkaan air bersih berpengaruh pada kesehatan masyarakat terutama kaum rentan seperti perempuan dan anak-anak. Menurut penuturan perangkat desa setempat, stunting dan kurang gizi di Desa Camplong II masih terjadi meski jumlahnya menurun dari puluhan ke belasan kasus.
Tentunya masalah krusial yang harus diatasi berbagai desa di Indonesia ini membutuhkan dukungan berbagai pihak. Circle of Imagine Society (CIS) Timor didukung UN Women dan Korea International Cooperation Agency (KOICA) pun ikut bergerak, berdiskusi dengan warga setempat untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada seperti pembangunan sarana air bersih dan sumur bor.
Tak hanya mengatasi permasalahan dari sisi sarana, peningkatan kapasitas untuk pemuda dan perempuan juga menjadi fokus kolaborasi dari CIS Timor dan warga. Oleh karena itu, dibentuklah forum perempuan sebagai wadah para perempuan untuk terus berkembang.
Selama ini, perempuan di Desa Camplong II masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak memiliki komunitas untuk terus berdaya. Mereka yang jarang dilibatkan di desa, tidak ingin hanya di rumah saja dan tidak berkembang.
"Bersyukur karena ada CIS Timor, forum ini terbentuk. Supaya perempuan tidak hanya di rumah terus," tutur Dewi Sabu, Ketua Forum Perempuan, Desa Camplong II.
Terlihat jelas semangat mereka atas forum yang baru terbentuk ini. Mengandalkan hasil bumi sebagai mata pencaharian, biasanya mereka langsung menjual tanpa mengolah. Mereka mengaku ingin mendapatkan pelatihan dalam pengolahan bahan makanan sehingga bisa lebih berdaya secara ekonomi.
"Karena ada CIS Timor, kita sudah bergabung ke forum perempuan, kita mau supaya perempuan dibantu dalam pengolahan hasil bumi," lanjut Meriance Tanuab selaku Wakil Ketua Forum.
Dengan adanya forum perempuan ini, mereka juga berharap bisa ikut terlibat dalam memberikan usulan untuk permasalahan-permasalahan di desa.
"Harapannya kita bisa membantu membangun desa, karena tidak ada visi misi di desa," tutup Meriance Tanuab.
Sekira pukul 12.00, hujan mulai turun di Desa Camplong II. Perjalanan berlanjut menuju Desa Tolnaku yang berjarak sekitar 18 kilometer. Hujan menemani perjalanan selama hampir satu jam melewati jalanan berkelok. Sesampainya di Desa Tolnaku, Kupang, Nusa Tenggara Timur, matahari sudah kembali menampakkan diri.
Beberapa orang sudah menunggu di depan Kantor Kepala Desa Tolnaku. Dewiku bertemu Rispa Sekon selaku ketua forum perempuan yang juga diinisiasi oleh CIS Timor dan UN Women. Rispa antusias menceritakan forum perempuan di Desa Tolnaku yang baru saja dibentuk.
Rata-rata perempuan di Desa Tolnaku, menurut penuturan Rispa, adalah ibu rumah tangga dan menjual hasil tani ke pasar. Tidak adanya dukungan untuk berdaya tentu membuat perempuan merasa tertinggal.
"Ya, kami merasa tertinggal dari ekonomi, kesejahteraan, dan bahagianya," tutur Rispa.
Selanjutnya Rispa berharap CIS Timor dan pemerintah desa bisa terus berinisiatif untuk mengembangkan pemberdayaan kaum perempuan sehingga tidak ada ketertinggalan.
Diakui Rispa, forum perempuan sebenarnya pernah ada tetapi tidak aktif sebagaimana mestinya. Dengan terbentuknya lagi forum perempuan di desanya, Rispa bertekad kembali melanjutkan kegiatan yang sebelumnya sempat dijalankan.
"Rencananya ingin melanjutkan kegiatan yang sudah pernah ada, seperti tenun dan menjahit dan kegiatan lain yang belum terlaksana. Sehingga ke depannya bisa membantu kaum perempuan yang ada di desa untuk maju ke perekonomian yang lebih baik," tegasnya.
Melihat semangat dari forum perempuan di Desa Camplong II dan Tolnaku, seolah mengingatkan kita kalau perempuan punya tekad kuat untuk berdaya. Sudah semestinya mereka mendapatkan dukungan dari banyak pihak agar bisa terus mengembangkan diri.
CIS Timor percaya, dengan adanya forum ini para perempuan bisa terlibat di forum-forum resmi seperti musrembangdes dan ikut merancang program yang sensitif akan kebutuhan perempuan.
"Harapan kami forum ini bisa menjadi wadah bagi suara-suara perempuan di desa yang selama ini diabaikan oleh pemerintah desa dan juga lingkungan sekitar," tutur Teice Benu sebagai project officer kepada Dewiku, Kamis (28/11/2024)
Dihubungi terpisah, Buce Ge selaku Wakil Direktur CIS Timor berharap ada kelompok perempuan yang memiliki kapasitas untuk mengetahui kebutuhannya, termasuk kebutuhan spesifik perempuan dan kelompok rentan lainnya terkait pengurangan risiko bencana, perubahan iklim, konflik sosial dan kekerasan berbasis gender.
"Forum perempuan juga diharapkan bisa membuat mereka paham tentang proses dan alur perencanaan desa, kemampuan koordinasi, networking, kampanye dan advokasi untuk memastikan kebutuhan yang teridentifikasi dapat diakomodir dalam perencanaan desa atau level kabupaten dan provinsi," ungkapnya melalui pesan singkat, Kamis (28/11/2024).
Baru terbentuk di Bulan Oktober, saat ini CIS Timor fokus memberikan penguatan kapasitas sesuai kebutuhan dan potensi yang dimiliki desa.
Program terdekat yang saat ini sedang dilakukan untuk forum perempuan adalah pendampingan untuk mendorong beberapa agenda agar diakomodir dalam proses Musrenbang desa tahun 2025.
Terkini
- Stop Self-Talk Negatif! Ini Cara Membangun Self-Respect di Era Digital
- Merasa Kecil di Dunia yang Besar: Menggali Akar Inferiority Complex
- Resah Driver Ojol Perempuan: Ada Ketidakadilan Mengintai di Setiap Kilometer
- Fake It Till You Make It: Boleh Dicoba, Asal Jangan Kebablasan, Girls!
- Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!
- Self Care Bukan Egois, Tapi Hak Setiap Perempuan untuk Sejahtera
- Pap Smear: Deteksi Dini Kanker Serviks, Selamatkan Nyawa Perempuan
- Mengenal Sunday Scaries, Rasa Cemas yang Timbul di Hari Minggu
- Alasan Mengapa Maret jadi Bulan Perempuan
- Tren Kabur Aja Dulu: Antara Impian dan Realita, Sejauh Mana Keseriusannya?