Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Pernah dengar tren kecantikan skinimalism? Banyak yang bilang, tren ini untuk mereka yang malas berdandan.
Bicara soal kecantikan, biasanya tak jauh-jauh dari langkah perawatan kecantikan yang melibatkan berbagai produk, mulai dari pembersih wajah hingga serum. Hanya saja, upaya perawatan kulit yang berlebihan kadang tak selamanya memberi kebaikan.
Perawatan kulit yang berlebihan mungkin bisa memicu masalah kulit kemerahan, iritasi, atau bahkan berjerawat. Itu mengapa skinimalism marak digaungkan di tahun 2021 ini.
Seperti namanya, skinimalism merupakan minimalisme dalam rutinitas kecantikan dan makeup. Ketidaksempurnaan pada kulit wajah dibiarkan terlihat jelas, baik tekstur, pori-pori, noda, hingga perbedaan warna kulit.
Baca Juga
-
Nyaris Meninggal, Wanita Ini Menyesal Sudah Oplas Mirip Kim Kardashian
-
Punya Rambut Panjang 1,5 Meter, Wanita Ini Ditawar Rp7 Miliar untuk Potong
-
Rihanna Luncurkan Legging Seksi, Warganet Heran Lihat Modelnya
-
Jarang Tampil Kalem, Kenapa Ratu Elizabeth Hobi Pakai Baju Warna Cerah?
-
Viral Wanita Pakai Sunscreen dengan Cara Tak Biasa, Reaksi Publik Terpecah
-
5 Tahun Tak Ketahuan, Wanita Ini Balas Dendam ke Mantan Pakai Cara Cerdas
Dilansir dari Vogue, skinimalism akan mengurangi rutinitas perawatan kulit dan riasan wajah. Tujuan akhirnya adalah mengurangi jumlah produk dan bahan aktif yang terpapar kulit untuk membuat kulit asli lebih bersinar.
Rentetan informasi yang terus-menerus seputar bahan kosmetik dan formula baru telah membuat banyak konsumen bingung. Akibatnya, kita mungkin telah menggunakan produk kecantikan secara berlebihan.
"Hal paling umum yang saya lihat dengan klien baru adalah iritasi, kadang-kadang dalam bentuk ruam, jerawat yang meradang, kemerahan, dan kondisi seperti dermatitis," ungkap facialist Debbie Thomas.
"Ini karena kita menggunakan terlalu banyak produk, mencoba formula baru setiap hari, salah melapisi atau menggabungkan terlalu banyak bahan aktif membuat kulit kewalahan, merangsang dan membingungkan kulit," terangnya kemudian.
Tren kecantikan skinimalism melibatkan pengurangan langkah atau produk dari rutinitas perawatan kulit. Dengan kata lain, tren ini mendorong semua orang untuk meninggalkan rutinitas perawatan kulit yang terlalu rumit dan panjang. Anda hanya perlu diajak memilih beberapa produk utama yang merangsang munculnya kecantikan alami kulit.
Selain cuma memasukkan pembersih, pelembap, dan sunscreen dalam rutinitas perawatan kulit, kita juga disarankan tetap menggunakan 1-2 serum yang sebelumnya telah memberikan hasil.
Skinimalism bukan cuma tentang jumlah produk yang digunakan, tetapi juga apa yang diaplikasikan pada wajah. Artinya, tren ini fokus pada penggunaan produk dengan bahan berkualitas. Secara tidak langsung, tren ini juga membuat kita tampil alami dengan percaya diri versi diri sendiri.
Kalau kamu hendak mengikuti tren ini tapi juga perlu merias wajah, usahakan untuk meminimalkan produk kosmetik. Cukup aplikasikan produk secara tipis-tipis serta memberikan efek rona cerah.
Pada dasarnya, tujuan tren kecantikan ini adalah menggunakan hanya beberapa produk ringan yang memungkinkan kulit bernapas di bawah lapisannya. Selain itu, jadi lebih hemat pengeluaran dan waktu, kan? (*Vania Rossa)
Terkini
- Ide Merayakan Valentine Bersama Orang Terkasih, Dinner Romantis Bisa Jadi Pilihan
- Tagar #KaburAjaDulu, Ketika Anak Muda Angkat Tangan pada Realita
- Fenomana Glass Ceiling: Mengapa Perempuan Sulit Jadi Pemimpin di Dunia Kerja?
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender