
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Jerawat adalah masalah kulit paling umum yang banyak dialami orang, termasuk kelompok remaja. Walau penyebabnya bisa berbagai faktor, kebiasaan atau gaya hidup kurang tepat juga dapat memicu munculnya jerawat.
Menurut penelitian, dibutuhkan 21 hari supaya seseorang bisa mengubah pola kebiasaan buruk menjadi lebih baik dan sehat. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk lingkungan.
Pada kurun waktu tersebut, orang-orang akan berproses dan mencoba untuk berkomitmen pada perbaikan diri yang ia miliki.

Belum lama ini, ERHA Ultimate Acne Cure mengusung kampanye bertajuk #21DaysHappyAcneEnding sebagai ajakan bagi anak muda untuk mulai menerapkan kebiasaan baik dalam 21 hari demi mengatasi permasalahan kulit seperti jerawat.
Baca Juga
-
Platform Digital Ini Efektif Membantu Kurasi Produk Kecantikan dari Korea Selatan
-
Ramalan Zodiak 14 Februari 2022, Kebetulan yang Aneh Bikin Scorpio Bahagia
-
Sambut Valentine, Brand Kecantikan Ini Tawarkan Promo Bundle Love Kit
-
Inspiratif, Brand K-Beauty Ini Berkomitmen Dukung Perempuan Pengidap Kanker
-
Kebiasaan Mandi Pacar Bikin Syok, Wanita Ini Langsung Disarankan Putus
-
Punggung Ditempeli Lakban, Cara Review Sunscreen Ini Malah Bikin Ngakak
Dalam kampanye ini, para pejuang jerawat atau Acne Warriors Agent dan Acne Influencers diajak berbagi cerita mengenai perjalanan mereka dalam menghadapi permasalahan jerawat yang sering kali bikin kurang percaya diri.
Bertempat di Twinhouse, Jakarta Selatan, para pejuang jerawat dibekali informasi mengenai cara mengatur pola hidup dan kegiatan yang bisa mengubah kebiasaan untuk mendapatkan kulit sehat terbebas dari jerawat. Salah satunya adalah journaling.
Jerawat dianggap dapat memberikan dampak emosional seperti hilangnya rasa semangat, percaya diri, bahkan menyebabkan trauma karena stres. Oleh karenanya, kegiatan seperti journaling bisa menjadi media stress release sehingga meminimalisir munculnya permasalahan jerawat.
"Banyak remaja yang memiliki permasalahan jerawat merasa bahwa jerawat tersebut adalah takdir mereka, dalam artian seumur hidup jerawat tidak bisa sembuh. Sebetulnya hal itu sama sekali tidak benar. Jerawat bisa sembuh asalkan diatasi dengan solusi yang tepat," ungkap Head of ERHA Ultimate Acne Cure, Alisa Agustine Sitorus, dikutip dari siaran pers, Sabtu (12/2/2022) kemarin.
"Kami berharap sesi sharing pada acara 21 Days to Happy Acne Ending ini dapat menjadi ajang bagi teman-teman acne fighter untuk saling support dan lebih termotivasi untuk meraih happy acne ending mereka," imbuhnya.
Selain mengubah pola kebiasaan menjadi lebih baik, permasalahan jerawat juga dapat diselesaikan dengan lebih maksimal melalui beragam perawatan kulit, misalnya clinical programs yang dimiliki ERHA.
Pilihan clinical programs yang tersedia dan menjadi unggulan ERHA saat ini salah satunya adalah ERHA Ultimate Acne Cure, solusi jerawat berbasis program yang di-personalized, aman dan efektif, serta dibanderol dengan harga terjangkau sesuai gaya hidup Generasi Z.
Terdapat enam program ERHA Ultimate Acne-Cure, antara lain No Acne No Cry, Acne Finale Skin Redness Program, Acne Finale Dark Spot Program, Acne Finale Acne Scar Program, Acne Finale Ultimate Program, dan Comedoless and Poreless Program.
Terkini
- Vulnerable atau Oversharing? Menakar Batas Cerita Perempuan di Dunia Maya
- Merayakan Cinta Lewat Lagu, KOSTCON 2025 Hadirkan Konser OST K-Drama Pertama dan Terbesar
- Solusi Rambut Sehat dan Berkilau dengan Naturica, Wajib Coba!
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif