fashion-beauty

Apakah Kain Batik Boleh Dipotong?

Pemerhati batik Dave Tjoa berpendapat, keputusan itu bisa ditentukan dengan melihat bentuk dari kain batik tersebut.

Risna Halidi
Selasa, 13 Februari 2024 | 12:54 WIB

Kain batik kerap dianggap sebagai koleksi alih-alih item fesyen. hal itu terjadi lantaran bentuknya yang masih menjadi kain, dan cara menggunakannya yang dianggap ribet serta terbatas.

Akibatnya, tak sedikit pula yang memilih memotong kain tersebut untuk kemudian dijadikan kemeja.

Tapi sebenarnya, mana yang lebih baik dalam penggunaan kain batik? Apakah harus dibiarkan tetap menjadi kain atau tak masalah bila dipotong?

Pemerhati batik Dave Tjoa berpendapat, keputusan itu bisa ditentukan dengan melihat bentuk dari kain batik tersebut.

"Kita perlu lihat dulu kalau kain ini sangat langka, lebih baik jangan dipotong karena memiliki nilai investasi," saran Dave, saat berkunjung ke kantor Dewiku di Jakarta beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Ini Cara Kunto Aji Mengatasi Bau Ketiak, Bukan Mengandalkan Deodoran

"Tapi kalau misalnya batik baru, misalnya beli batik tulis baru harganya Rp300 ribu, Rp500 ribu, itu mau dipotong silahkan. Karena memang kegunaannya untuk dibuat pakaian."

Meski usia kain batik cenderung lawas, Dave menyarankan, perlu juga memperhatikan motifnya.

Meski kain telah berusia puluhan tahun namun motifnya terbilang umum dan masih banyak dijual, menurut Dave, tak masalah bila diubah menjadi bentuk pakaian.

Akan tetapi, masih ada nilai kualitas dari kain lawas tersebut yang masih bisa diperhatikan.

"Namanya pembuatan tahun dulu dan tahun sekarang otomatis sudah tidak bisa didapatkan. Dari segi kehalusan sudah beda, walaupun batik motif umum," ujarnya.

Kain batik asli, dalam artian dibuat menggunakan canting, cairan malam, dan dengan proses manual menggunaan tangan manusia, prosesnya memang tidak pernah berubah sejak zaman dulu hingga sekarang.

Konsistensi proses itu lah, kata Dave, yang menjadi nilai serta kualitas dari batik.

Pemerhati Batik, Dave Tjoa dan Komunitas Perempuan Pelestari Budaya. [Dewiku/Hyoga]

Dia menegaskan kalau suatu kain hanya bisa disebut sebagai batik bila proses pembuatannya menggunakan cantik dan cairan malam.

Pembuatan batik yang diakui secara global juga hanya ada batik tulis, batik cap, dan batik cap tulis. Di luar dari itu dia menegaskan tidak bisa disebut batik.

"Batik itu dikenal dengan prosesnya kalau salah satu proses tidak ada belum tentu itu artinya batik," ujarnya.

Selama ratusan tahun lalu hingga era sekarang, Dave menyebut, kalau yang berkembang dari batik sebenarnya hanya motifnya saja. Sementara proses pembuatannya masih sama sejak dulu.

"Karena saya membatik juga jadi saya mengerti proses batik itu, dari dulu sampai sekarang prosesnya sama."

"Maka kita mempertahankan terus sampai ke anak cucu lagi ke depan supaya budaya batik ini nggak punah. Setelah sekian ratus tahun terjaga jangan sampai sekian ratus tahun ke depan hilang," kata Dave.

Baca Juga: Jarang Mandi Kayak Tasya Farasya? Dokter Kulit Ternyata Bilang Begini

(Lilis Varwati)

fashion-beauty

Bingung Cari Non-comedogenic Moisturizer? Ini Rekomendasinya

Moisturizer berikut ini diklaim tidak menyumbat pori-pori.

fashion-beauty

Jalan-Jalan ke Korea, Tas Mini Caca Tengker Bikin Penasaran

Tas yang dikenakan Caca Tengker sukses mencuri perhatian.

fashion-beauty

Rekomendasi 4 Lip Oil Harga Terjangkau, Mulai dari Rp15 Ribuan

Biarpun harganya terjangkau, lip oil di bawah ini tetap terbukti berkualitas.

fashion-beauty

5 Tas Mewah Bridesmaid Mahalini, Hampir Semuanya Dior

Gaya bridesmaid Mahalini tak lepas dari sorotan publik.

fashion-beauty

Cincin Kawin Rizky Febian dan Mahalini Curi Atensi, Desainnya Bikin Jatuh Hati

Cincin pernikahan Rizky Febian dan Mahalini didesain khusus sesuai kepribadian kedua mempelai.