Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Kehidupan seorang model identik dengan hal-hal glamor dan sangat duniawi. Namun, tidak dengan salah satu supermodel jadul berikut ini.
Sebagai supermodel di tahun 70-an dan 80-an, Dayle Haddon telah menghiasi sampul di lebih dari 100 majalah, mulai dari Vogue, Elle, hingga Harper’s Bazaar.
Namun sayang, nasibnya berubah drastis setelah suaminya meninggal mendadak di usianya yang ke 38 tahun. Meninggalnya sang suami membuat dia tidak hanya kehilangan pria tercintanya tapi juga orang yang menopang keuangan keluarga.
Padahal, saat itu kebetulan dia sudah tidak terlalu banyak tawaran pekerjaan.
Baca Juga
Dilansir dari Forbes, Dayle Haddon mendatangi berbagai agensi dan brand yang pernah menjadikannya model. Namun mereka semua menolaknya. ''Mereka bilang aku sudah terlalu tua, aku tidak akan bisa bekerja di industri ini lagi,'' kenangnya.
Karena kondisi finasial, ia berpindah dari kehidupan glamor dan menjadi asisten di biro iklan. Tugasnya sama sekali tidak ada kaitannya dengan model, melainkan mengambil kopi dan mencuci piring.
Memilih tidak menyerah pada nasib, Dayle kembali mendatangi pihak brand yang pernah menjadikannya model mereka yaitu Estee Lauder dan L’Oreal. Dengan percaya diri, dia meminta kedua brand tersebut menjadikannya sebagai model iklan terbaru untuk lini krim anti aging atau penuaan.
''Mereka berkata wanita di atas 40 tidak terlihat, dan satu-satunya jenis kecantikan adalah kecantikan tanpa kerut; kecantikan 20 tahun,'' ujarnya dikutip dari 1010parkplace.
''Saya percaya kecantikan sejati tidak ada hubungannya dengan kualitas kulit kita. Kecantikan berasal dari dalam,'' lanjut dia.
Doyle kemudian menulis buku berjudul Ageless Beauty: A Woman's Guide to Lifelong Beauty and Well-Being. Tak disangka, buku tersebut menjadi best seller.
Masa-masa yang penuh kesusahan itu menjadi titik balik seorang Dayle Hadden. Ia mulai sadar untuk membela dirinya sendiri, menyadari hidupnya baru saja dimulai, dan terdorong untuk memberdayakan semua wanita agar merasa cantik di usia berapa pun.
Melalui pekerjaan yang sudah dilaluinya, Doyle belajar lebih banyak tentang tantangan yang dihadapi banyak orang. Dia merasa tertarik pada wanita yang berjuang untuk bertahan hidup dan memperbaiki kehidupan keluarga mereka.
Kisah-kisah mereka tentang kesulitan, kemiskinan, dan mimpi yang tidak terungkap mengungkap keadaan dan pengalaman nyata dari begitu banyak wanita di negara-negara terbelakang. Dayle pun tergerak untuk bertindak dan terlibat serta memilih menjadi filantropi.
Tindakannya yang ia ambil selanjutnya ternyata mampu mengubah kehidupan banyak gadis dari seluruh dunia.
Ketika usianya beranjak 60 tahun, Dayle mengambil keputusan besar dengan menguras semua tabungannya sejumlah USD 10 ribu atau sekitar Rp 150 juta untuk menjadi modal mendirikan organisasi non profit WomenOne.
Organisasi tersebut membantu anak-anak, khususnya gadis di daerah miskin untuk mendapatkan pendidikan.
''Ketika Anda mendidik seorang gadis, Anda benar-benar memengaruhi hingga tujuh orang karena perempuan memberi kembali ke komunitas mereka,'' ungkapnya.
Salah satu negara yang penduduknya dibantu oleh Dayle melalui organisasinya adalah Kenya. Mantan supermodel ini membangun sekolah menengah untuk para remaja perempuan yang tinggal di pedesaan.
Dayle kini juga dikenal sebagai Duta UNICEF. Dia rutin datang ke berbagai negara miskin untuk membantu pendidikan anak-anak di sana. Bahkan, ia diberi penghargaan kemanusiaan atas usahanya melalui WomenOne dari U.N. Women for Peace Association.
Wah, menginspirasi sekali ya!
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri