Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Cinta satu malam masih menjadi hal tabu di kalangan masyarakat Indonesia. Namun, bagi Suku Mosuo, cinta satu malam justru terang-terangan dijadikan tradisi untuk melestarikan garis keturunan.
Suku Mosuo ada di kaki Gunung Himalaya, tepatnya Lembah Yunnan, sebelah barat daya China. Suku ini dikenal tidak menerapkan sistem perkawinan sama sekali. Mereka menganut sistem cinta satu malam yang disebut sebagai Axia atau Walking Marriage (Perkawinan Berjalan).
Wanita Suku Mosuo bebas memilih pasangan seksual mereka tanpa perlu diikat tali pernikahan. Mereka yang sudah dianggap siap secara seksual akan difasilitasi kamar pribadi.
Para wanita Mosuo kemudian bakal mengajak pria yang mereka minati untuk tidur bersama. Mereka pun bebas memilih pria yang berbeda di setiap kesempatan.
Baca Juga
Saat melakukan hubungan badan, sang pria akan meletakkan topi di gagang pintu kamar si wanita sebagai penanda agar pria lain tidak masuk ke dalam kamar.
Namun, para pria hanya boleh mendatangi bilik kamar wanita setelah senja dan harus pergi sebelum matahari terbit. Mirip seperti konsep cinta satu malam yang selama ini kita ketahui, kan?
Jika wanita bersangkutan nantinya hamil dan melahirkan, anak tersebut menjadi tanggung jawab sang ibu. Si ayah tak memiliki tanggung jawab untuk memberi nafkah, tinggal bersama, dan apalagi turut serta membesarkan anak mereka.
Tak heran jika anak-anak Suku Mosuo tak pernah mengetahui siapa gerangan ayah biologis mereka.
Sejumlah pakar meyakini tradisi Walking Marriage yang dijalankan Suku Mosuo berkembang saat para suami berkelana begitu lama dan meninggalkan istri mereka demi berdagang melintasi Jalur Sutera dari China ke India. Konon, para istri yang tak terima ditinggalkan begitu saja, bersepakat membuat sistem cinta satu malam ini. (GuideKu.com/Aditya Prasanda)
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri