Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Generasi milenial tentulah sangat akrab dengan media sosial seperti Instagram, Facebook, dan lainnya. Bahkan beberapa mungkin sudah pada taraf kecanduan sehingga membutuhkan detoks media sosial.
Seorang wanita marah dan melakukan hal tak terduga ketika dia dilarang menggunakan situs media sosial tertentu.
Arniati yang berusia 22 tahun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan gantung diri ketika suaminya melarang main Facebook.
Dilansir dari Suara.com, insiden malang ini terjadi di desa Sungai Paret, Kabupaten Penajam, di Kalimantan Timur, Indonesia pada Kamis (7/2/2019) pekan lalu.
Baca Juga
Arniati mulai berselisih dengan suaminya setelah dilarang menggunakan Facebook lagi. Pertengkaran keduanya bahkan sampai ke telinga tetangga.
''Berdasarkan keterangan saksi, sebelum kejadian itu, korban dan suami bernama Sujaedi sempat bertengkar. Dia bunuh diri, karena kami menemukan menulis status di WhatsApp bahwa ingin mengakhiri hidup dan meminta maaf kepada keluarga,'' ujar Kasat Reskrim Polres PPU Iptu Iswanto dalam keterangan tertulis yang didapat Suara.com, Senin (11/2/2019) kemarin.
Setelah perkelahian mereka, suami Arniati, Sujaedi tidak berbicara sepatah kata pun padanya. Di sisi lain, menurut pengakuan Sujaedi, Arniati tetap ngeyel menggunakan Facebook secara aktif bahkan setelah perselisihan mereka.
Belakangan diketahui bahwa Arniati memposting status WhatsApp yang mengatakan bahwa dia memutuskan untuk gantung diri dan akan meminta maaf kepada keluarganya atas tindakan bunuh diri itu.
Ketika Sujaedi melihat status WhatsApp istrinya, dia merasa tidak enak karena bertengkar dengannya. Malam harinya, dia benar-benar kaget mengetahui bahwa Arniati benar-benar menggantung diri di kamar mereka menggunakan tali ayun.
Meski begitu, tidak ada kejelasan apakah satu-satunya motif Arniati bunuh diri karena dilarang main Facebook.
Media sosial mungkin menjadi bagian besar dari kehidupan kita di era digital ini, tetapi tentu saja tidak sepadan jika harus ditukar dengan nyawa.
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri