
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Ada banyak hal yang bisa menjadi alasan untuk putus cinta dengan pacar. Bahkan, sebuah hubungan yang terlihat tenang di depan orang lain belum tentu bisa berjalan lancar dan putus di tengah jalan.
Bagi kamu yang sudah bosan bertengkar atau berselisih pendapat dengan pasangan, wajar kalau rasanya ingin putus saja.
Namun, sebelum kamu benar-benar meminta putus dengan si dia, ada baiknya kalau kamu memikirkan lebih dulu hal-hal di bawah ini.
Merangkum Boldsky, inilah 8 hal yang mesti dipertimbangkan sebelum kamu mengakhiri hubungan dengannya.
Baca Juga
-
Jangan Galau Terus, 6 Tips Move On saat Kamu Jadi Korban Ghosting
-
Tak Usah Galau, Berikut 8 Manfaat Positif Menjadi Jomblo
-
Lebih Baik Putus, Ini 10 Tanda Dia Hanya Berpura-pura Suka Padamu
-
Bak Atasan dan Karyawan, Pria Ini Diputuskan Lewat Surat Pengunduran Diri
-
Diputusin karena Badannya Gemuk, Jen Balas Dendam dengan Cara Ini
-
Takut Berkomitmen Bikin Cintamu Kandas, Coba Terapkan 4 Tips Ini
1. Apakah hubungan ini membuatmu bahagia
Sebelum mengambil kesimpulan, pikirkan lagi apakah hubungan ini membuat kamu dan pasangan bahagia.
Bisa jadi, kalian cuma salah paham sehingga lupa akan hal-hal baik yang pernah dialami bersama.

2. Apa masalah yang paling mengganggumu
Kalau kamu ingin putus karena sering bertengkar, pastikan dia tahu apa masalah yang sebenarnya kamu hadapi.
Dengan begitu, pasanganmu juga bisa memberikan penjelasan atas sudut pandangnya. Setelah mendengarkan ceritanya, barulah kamu bisa mengambil keputusan mau lanjut atau tidak.
3. Apa yang kamu harapkan
Terlalu banyak berharap bukanlah hal yang sehat. Bisa jadi, kamu berharap terlalu tinggi namun pasanganmu kurang sensitif.
Cobalah untuk mendiskusikan masalah ini lebih dulu. Dengan demikian, kamu bisa mengambil keputusan tanpa dihantui penyesalan.
4. Apa alasanmu ingin putus
Tak semua hubungan harus berakhir buruk. Daripada marah-marah kepada pasangan, ungkapkan dengan jelas alasanmu ingin putus.
Hal ini penting agar kamu dan pasangan sama-sama tak terlalu tersakiti kalau benar-benar putus nantinya.
5. Apa yang sudah kamu lakukan untuk memperbaikinya
Bicarakan pula hal-hal yang telah kamu lakukan untuk memperbaiki hubungan kalian. Jangan cuma mengungkit hal-hal negatif.
Ini penting agar kalian dapat tetap menghargai satu sama lain walau akhirnya berujung putus.
6. Cari tahu langkah untuk memperbaiki hubungan yang ada
Putus bukanlah satu-satunya opsi untuk memperbaiki hubungan. Sebisa mungkin, cari tahu dulu langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
Jika kamu bisa melalui masalah ini, bukan tak mungkin hubungan kalian bakal semakin kuat di masa depan.
7. Apa yang ingin kamu lakukan setelah putus
Jangan sampai putus cinta membuatmu galau dan kehilangan tujuan. Sebelum putus, sebaiknya pikirkan baik-baik apa yang ingin kamu lakukan untuk move on.
Tak ada salahnya kamu membicarakan hal ini dengan si dia. Dengan demikian, kalian sama-sama bisa move on tanpa merasa dendam.
8. Hal-hal baik yang pernah terjadi di antara kalian
Terakhir, ingat lagi hal-hal baik yang pernah kalian lakukan berdua. Ini dapat membantu untuk mengurangi rasa sakit hati setelah putus.
Mantan pacar tak harus menjadi musuhmu. Walau pada akhirnya kalian tak bersama, jangan sampai momen putus ini membuatmu menyesal di kemudian hari.
Terkini
- Vulnerable atau Oversharing? Menakar Batas Cerita Perempuan di Dunia Maya
- Merayakan Cinta Lewat Lagu, KOSTCON 2025 Hadirkan Konser OST K-Drama Pertama dan Terbesar
- Solusi Rambut Sehat dan Berkilau dengan Naturica, Wajib Coba!
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif