
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Banyak masalah ekstra yang mau tak mau harus dihadapi ketika work from home (WFH) atau kerja dari rumah, terlebih bagi para ibu yang sudah memiliki anak. Mirisnya, seorang ibu bernama Dris Wallace justru dipecat begitu saja karena anak-anak dianggap terlalu berisik saat WFH.
Melansir Daily Star, Dris adalah seorang blogger dan account executive yang mulai bekerja dari rumah pada pertengahan Maret lalu karena pandemi Covid-19. Dia membantu bosnya mengurus klien mereka sambil menjaga anak perempuannya yang berusia empat tahun, Dani, dan juga Dylan, sang putra yang baru berusia setahun.
Perempuan asal California, AS, ini bertugas menerima sejumlah panggilan bisnis pada siang hari. Dia bekerja tanpa lelah demi memenuhi tenggat waktu tapi bosnya justru mempermasalahkan anak-anak Dris yang berisik selama si bos menelepon.
Dris telah berusaha mencari solusi. Dia juga merasa pekerjaannya masih bisa ditangani dengan baik karena tidak ada klien yang komplain. Namun, dirinya kaget ketika mengetahui dia akhirnya dipecat.
Baca Juga
-
Punya Wajah Barbie, Model Ini Sebut Dirinya Bikin Lelaki Tak Fokus Kerja
-
WFH Belum Berakhir? 3 Alasan Jangan Cuma Dasteran ketika Bekerja dari Rumah
-
Jerawat Bisa Pengaruhi Hasil Wawancara Kerja, Ini Kata Ahli
-
Tak Perlu Kerja, Wanita Ini Dibayar Mahal karena Kuku Kaki Super Panjang
-
Ambyar! Pria Ini Ketahuan Selingkuh gara-gara Video Kerja dari Rumah
-
Ulet dan Pantang Menyerah, 3 Zodiak Ini Biasanya Punya Etos Kerja Tinggi

Dris membagikan ceritanya melakui unggahan Instagram. Dia menyertakan foto bersama kedua anaknya. Si sulung tampak membawa papan bertuliskan, "Ibuku dipecat karena bosnya tak senang mendengar suaraku di belakang."
Lewat akun @moderncalimom, dia mengungkapkan, "28 hari lalu saya merasa cukup mendapatkan diskriminasi bahwa bos saya memberi tahu saya bahwa dia tak baik-baik saja dengan mendengarkan anak-anak saya di belakang ketika telepon."
Sang bos meminta Dris mencari cara biar anak-anaknya bisa lebih tenang selama dirinya WFH. Dia pun mencoba berkonsultasi dengan bagian HRD dan menceritakan apa yang terjadi selama tiga bulan terakhir. Namun, tidak disangka tujuh hari setelah itu, dia justru dipecat.
Dris jelas kecewa. Ketika mulai menerapkan WFH, perusahaannya berjanji bakal memahami kondisi karyawan dan mereka bisa bekerja sesuai jadwal orang. Namun, kenyataaannya sangat bertolak belakang.
"Saya merasa hancur. Saya sudah menyerahkan waktu berjam-jam, menangis, berkeringat, menunda memberi anak saya camilan ketika dia menginginkannya karena bos saya membutuhkan saya untuk melakukan sesuatu dengan segera. Dan apa yang saya dapatkan sebagai balasannya? DIPECAT," ungkap dia.
Dris sekarang berusaha memperjuangkan haknya dan para ibu yang bernasib sama dengannya di masa sulit ini. Dia berharap tak ada lagi ibu bekerja yang mengalami diskriminasi seperti dirinya.
"Saya akan berjuang untuk setiap ibu yang melalui ini. Ini tak baik!" katanya.
Terkini
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif
- Koper Ringan, Gaya Baru Menjelajah Dunia Tanpa Beban
- Body Positivity vs Body Neutrality: Mana Jalan Terbaik Menerima Tubuh Apa Adanya?
- Wujud Kesetaraan di Dunia Transportasi, Kartini Masa Kini di Balik Kemudi
- Musikal untuk Perempuan: Merayakan Persahabatan Lewat Lagu Kunto Aji dan Nadin Amizah
- Melangkah Sendiri, Merdeka Sepenuhnya: Kenapa Perempuan Pilih Solo Traveling?
- Koneksi Bukan Kompetisi: The Real Power of Women Supporting Women