Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Demi bisa membangun hubungan asmara yang sehat, dewasa, dan langgeng, tentu itu adalah soal komitmen dan menjaga kesetiaan.
Jika hubungan tersebut terjalin saat menjalani karier, perlu ada kerjasama dan mengerti satu sama lain. Harapannya, hubungan bisa dipertahankan dalam waktu lama.
Nah, salah satu hal paling penting dalam menjalani hubungan asmara adalah keterbukaan diri dan tidak ada ekspektasi yang tersembunyi.
Hal ini diungkapkan Psikolog Mellissa Catalina T., M.Psi, dalam acara Webinar Career vs Family, How To Have A Healthy Work-Life Balance, beberapa waktu yang lalu.
Baca Juga
-
Viral Salon Pakai Tampah untuk Mengecat Rambut, Warganet: Kearifan Lokal
-
Curhat Influencer Lahir Tanpa Lengan dan Kaki, Dibuang Orangtua saat Bayi
-
Lupa Tes Alergi, Wajah Wanita Ini Bengkak Sebelah Akibat Mengecat Rambut
-
Wanita Ini Sudah 3 Kali Pergoki Suami Selingkuh, Masih Bersedia Memaafkan
-
Model Ini Ungkap Kesulitan Punya Wajah Terlalu Cantik, Sampai Dikira Robot
-
Bak Dongeng, Viral Pengantin Pertama di Indonesia Menikah di Kutub
"Jadi terbuka itu sangat penting, sehingga tidak ada ekspektasi tersembunyi. Misalnya kalau perempuannya besok nggak mau kerja dan mau berumah tangga. Dan itu harus dibicarakan, supaya kalian punya perencanaan yang matang," ujar Mellissa.
Dia juga mengatakan, "Kemudian, keterbukaan apa yang bisa dan tidak bisa. Misalnya saya bisa menyimpan uang banyak ketika saya memilih memasak. Tapi kalau nggak bisa masak, ya harus diomongin juga ke pasangan."
Selanjutnya, sebagai pasangan, perlu menjalankan kesepakatan bersama agar bisa fleksibel. Mellissa mengatakan, kesepakatan yang bisa dilakukan adalah tidak membawa pekerjaan ke rumah.
"Jadi biar bisa full waktunya bareng pasangan dan juga untuk anak," ucapnya.
Selain itu, sebagai pasangan yang dewasa, ia menekankan pentingnya menerima keterbatasan pasangan satu sama lain. Dengan cara tersebut, ini akan menggambarkan bagaimana peran masing-masing pasangan.
"Setiap dari kita perannya banyak, dan tidak semua bisa dipenuhi semuanya. Dan ada saatnya pasangan kita lagi menjalankan peran yang tinggi dan tidak bisa di-handle," tutur Mellissa.
"Kasihan kalau kita nuntut banyak ke pasangan. Dan dari pasangan pun juga perlu membantu satu sama lain. Kayak aku bisa bantu apa nih? Jadi dua-duanya harus dibicarakan," lanjutnya. (*Aflaha Rizal Bahtiar)
Terkini
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat