Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Seorang wanita asal China sempat viral di media sosial setelah membagikan video menari di samping tempat tidur suami di rumah sakit. Setelah panen kritikan publik, wanita bernama Cui Fangli tersebut memberikan klarifikasi.
Pada video yang diunggahnya ke media sosial Weibo, wanita 46 tahun tersebut tampak menari dengan ceria di samping suaminya, Fang Jianhui, yang sedang sakit stroke.
Melansir South China Morning Post, Fang Jianhui kehilangan fungsi tubuh setelah mengalami stroke di tahun 2019. Sejak saat itu, Fang kehilangan fungsi tubuhnya, termasuk untuk makan dan buang air.
Setelah dibagikan, video Cui Fangli tersebut banjir hujatan. Selain dituduh tak punya hati, ada yang bertanya apakan Cui Fangli "berusaha membunuh suami dengan cara membuatnya marah agar bisa mencari suami baru".
Baca Juga
-
Sering Ganti Gaya Rambut Bisa Jadi Penyebab Kerontokan, Mitos atau Fakta?
-
Diminta Jadi Model Baju Pengantin, Penampilan Buruh 60 Tahun Ini Bikin Pangling Warganet
-
Miris, Curhat Wedding Planner Kaget Lihat Baju Pengantin Sewaan Dikembalikan Pakai Plastik Sampah
-
Bikin Bangga, Brand Lokal Hadiri Magic Fashion Trade Show 2022 di Las Vegas
-
Jam Tangan Ini Menggunakan Material Plastik Biomassa, Ini Kelebihannya
-
Kisah Wanita Menyewa Bodyguard setelah Jadi Korban Kekerasan Mantan, Kini Malah Jatuh Cinta
Meski begitu, Cui Fangli lantas membagikan alasannya mengunggah video menari di samping ranjang suami yang sedang sakit keras.
Menurut Cui, selama ini ia sudah berusaha untuk menjaga suaminya agar tetap hidup meski kehilangan fungsi tubuh.
Setiap hari, Cui Fangli akan membantu suaminya untuk berolahraga agar bisa mencegah hilangnya fungsi otot. Selain itu, ia juga memberi suaminya makan lewat kateter dan menghilangkan lendir setiap dua jam agar sang suami bisa bernapas.
Sementara, aksi Cui Fangli yang menari di samping suami tersebut merupakan caranya untuk menghibur diri dan mengurangi stres.
"Aku seseorang yang positif. Tidak peduli seberapa berat hidup, aku tidak mengeluh. Aku terus tertawa," ujar Cui.
"Aku terbiasa menari dengan penduduk desa di alun-alun, tapi setelah suamiku jatuh sakit, aku tidak bisa pergi kemana-mana, jadi aku terkadang menari di rumah."
"Aku hanya ingin membagikan rutinitas kami dalam melawan penyakit. Aku tidak pernah menyangka ini akan memicu kritikan. Tapi dari perspektif lain, ini membuatku dikenal dan tidak ada yang salah dengan itu," tambah Cui Fangli.
Suami Cui Fangli sendiri sempat menghabiskan dua bulan di rumah sakit dalam kondisi vegetatif. Saat dirawat dulu, detak jantungnya melemah dan ia mengalami pendarahan di otak.
Meski begitu, Fang kini sudah bisa berkomunikasi dengan sang istri lewat gerakan jari tangan sederhana.
Fang sempat divonis dokter akan berada dalam kondisi vegetatif seumur hidup karena stroke. Namun, Cui Fangli menolak menyerah dan tetap ingin merawatnya setiap hari.
Setelah klarifikasi dari Cui Fangli tersebut, tidak sedikit warganet yang merasa tersentuh. Terlebih, wanita tersebut sudah tiga tahun setia menemani suami.
Tak hanya itu, Cui Fangli juga mendapat hadiah donasi sebesar 10.000 yuan atau Rp226 juta dari Alibaba. Donasi tersebut diberikan karena Cui Fangli dianggap sukses menunjukkan pentingnya bersikap tetap positif di tengah kesulitan.
Terkini
- Tagar #KaburAjaDulu, Ketika Anak Muda Anak Tangan pada Realita
- Fenomana Glass Ceiling: Mengapa Perempuan Sulit Jadi Pemimpin di Dunia Kerja?
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?