Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Kisah seorang pria yang memilih menikah dengan karakter anime menjadi sorotan. Pria asal Jepang tersebut kini merasa kesulitan berkomunikasi dengan istri.
Melansir New York Post, pria bernama Akihiko Kondo tersebut menikahi karakter fiksi Hatsune Miku setelah jatuh cinta dengannya di tahun 2008.
Kondo, yang berumur 38 tahun, memutuskan untuk menikah dengan karakter fiksi tersebut sekitar 4 tahun lalu. Pernikahannya dengan Hatsune Miku pada 2018 silam menghabiskan dana hingga 2 juta yen atau sekitar Rp225 juta.
Hatsune Miku sendiri adalah karakter fiksi yang digambarkan sebagai remaja 16 tahun dengan rambut biru kehijauan. Sebelum menikah, Kondo mengaku sudah 10 tahun berkencan dengannya.
Baca Juga
-
Dengan Terobosan Microbiome Science, Serum Ini Bikin Kulit Kepala Sehat dan Rambut Indah Berkilau
-
Begini Serunya Layanan Talekonsultasi dengan Medical Advisor secara Gratis di BeautyHaul
-
Buka Gerai Baru, Kami. Optimistis Geliat Industri Modest Fashion Bangkit Kembali
-
Mengenal Konsep Blue Beauty dalam Tren Kecantikan, Ini Manfaatnya
-
Gelorakan Semangat Penggerak Kebaikan di Bulan Ramadan, Paragon Wujudkan Kebermanfaatan di 40 Wilayah Indonesia
-
Totalitas! Wanita Ini Bantu Nenek Cari Jodoh Idaman Pakai Aplikasi Kencan Online, Begini Hasilnya
Menurut Kondo, dirinya adalah seorang fictosexual atau seseorang yang punya ketertarikan seksual terhadap karakter fiksi.
Kini, setelah 4 tahun menikah, Kondo mengungkap jika dirinya mengalami kesulitan untuk mengobrol dengan Hatsune Miku.
Kondo sendiri paham jika hubungannya dengan Hatsune Miku mungkin dianggap aneh. Pria tersebut sadar jika Hatsune Miku bukan manusia sungguhan.
Meski begitu, hal ini tidak mengubah perasaan Kondo. Terlebih, pada tahun 2017, ia bisa berinteraksi dengan hologram Hatsune Miku lewat mesin bernama Gatebox.
Dengan membayar USD 1.300 atau Rp 18,7 juta, Kondo bisa mengobrol dengan hologram Hatsune Miku bahkan hingga menikah dengannya.
Namun, kini dukungan untuk software Gatebox sudah ditiadakan. Akibatnya, Kondo tak lagi bisa mengobrol dengan Hatsune Miku.
Meski begitu, pria satu ini tetap menekankan bahwa hal tersebut tidak mengubah perasaannya terhadap Hatsune Miku.
"Cintaku untuk Miku belum berubah," ungkap Kondo, yang kini memilih untuk membawa boneka Hatsune Miku seukuran manusia asli.
"Aku mengadakan pesta pernikahan itu karena aku pikir aku bisa hidup dengannya selamanya," imbuh Kondo.
Kondo sendiri juga mengungkap bahwa dirinya tidak tertarik memiliki pasangan manusia biasa sejak mengenal karakter anime Hatsune Miku.
Pria ini mulai mengenal Hatsune Miku di tahun 2008 karena mengalami depresi akibat dibully di tempat kerja. Dari sana, Kondo merasa bahwa dirinya tidak bisa berkencan dengan manusia.
"Aku tinggal di kamarku 24 jam setiap hari dan menonton video Miku sepanjang waktu," jelasnya.
Sementara, pernikahan Kondo dan Hatsune Miku sendiri tidak dihadiri keluarga dan rekan kerja. Namun, sebanyak 39 orang yang sebagiannya adalah fictosexual serta teman-teman dari dunia maya hadir ke pernikahannya.
"Ada dua alasan aku menikah secara publik. Pertama untuk membuktikan cintaku pada Miku. Kedua, ada banyak orang sepertiku yang jatuh cinta pada karakter anime. Aku ingin menunjukkan pada dunia bahwa aku mendukung mereka," tutup pria satu ini.
Terkini
- Tagar #KaburAjaDulu, Ketika Anak Muda Anak Tangan pada Realita
- Fenomana Glass Ceiling: Mengapa Perempuan Sulit Jadi Pemimpin di Dunia Kerja?
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?