Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Pelecehan verbal dalam hubungan asmara sering kali tidak disadari para korban. Namun, hal tersebut biasanya dapat diamati saat pasangan pasangan bertengkar, beradu argumen, atau menghadapi masalah besar.
Pola komunikasi tidak sehat itu umumnya berupa ucapan yang meledak-ledak. Waspadai juga sifat manipulatif pasangan yang membuatmu serba salah.
Merangkum Times of India, inilah beberapa pola umum pelecehan verbal dalam hubungan asmara yang perlu kamu pahami.
Menghina dengan julukan buruk
Baca Juga
-
Survei Fashion Trend 2023: Media Sosial Jadi Sumber Informasi Belanja Produk Mode
-
Hasil Survei: Budaya Slow Fashion Semakin Populer di Kalangan Gen Z
-
Bekal Liburan Cantik, Kemasan Skincare Ini Punya Desain Unik
-
5 Ciri Pasangan Posesif, Segera Selamatkan Dirimu sebelum Terlambat
-
Jadi Korban Ghosting? Ini 4 Cara Mengatasinya
Pelaku kekerasan verbal biasanya menjuluki korbannya dengan sebutan khusus lewat kesalahan yang pernah diperbuat. Hal itu membuatmu selalu bersalah dan tentunya tidak nyaman, terlebih karena pelaku terus-menerus memanggilmu dengan julukan itu.
Selalu mengkritik dengan cara menyakitkan
Kritik secara terus-menerus juga termasuk tanda pelecehan verbal. Belajar menerima kritik akan membuatmu tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, tetapi jika kelewat batas, justru bisa merusak kepercayaan dirimu.
Adanya manipulasi terselubung
Pelaku kekerasan verbal tak bakal memanipulasi korban secara terang-terangan. Dia lebih sering menyelipkan dan memeras korbannya secara emosional. Pada dasarnya, dia melakukan itu untuk memenuhi kebutuhan egonya sendiri.
Sering menyalahkan kamu
Pasangan sering menyalahkan kamu atas hal-hal yang sebenarnya kamu tak perlu meminta maaf karenanya. Dia tak segan membuat keributan besar, menuduhmu, dan plating victim.
Silent treatment
Pelaku kekerasan verbal tak memahami konsep komunikasi sehat dalam suatu hubungan. Bukannya bicara baik-baik saat ada masalah, dia malah diam dan menyuruhmu menebak-nebak tanpa diberi tahu letak salahmu menurutnya.
Komentar toksik
Bukan hanya ditujukan padamu, dia juga bisa melontarkan komentar toksik tentang teman-teman, bahkan keluargamu. Komentarnya cenderung merendahkan dan menghina. Hal seperti ini tentu akan membuatmu merasa tak nyaman dan terhina.
Terkini
- Fawning: Jebakan Menyenangkan Orang Lain, Sampai Lupa Diri Sendiri
- Overparenting, Jebakan Pola Asuh Orang Tua Zaman Now: Bisa Hambat Kemandirian Anak?
- Sextortion dan Sexploitation: Ketika Privasi Jadi Senjata Pemerasan di Era Digital
- Wifey Material: Ketika Perempuan Dituntut Jadi 'Istri Idaman'
- Nyaman dengan Diri Sendiri Berawal dari Perawatan Tepat Area Kewanitan
- Main Character Syndrome, Ketika Perempuan Merasa Jadi Pusat Semesta
- Go & Glow Fun Run 2025: Tetap Bugar dan Glowing dengan Aktivitas Seru
- Hot Girl Walk: Ketika Perempuan Jadi Lebih Bahagia Cuma Modal Jalan Kaki
- Self Gifting: Bukan Boros, Tapi Bentuk Apresiasi pada Diri Sendiri
- Lebih dari Sekadar Musik, Ada Pesan Pemberdayaan Perempuan dari JENNIE Lewat Album Ruby