Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Fenomena penurunan kelas menengah di Indonesia tengah menjadi perhatian. Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan berbagai indikator ekonomi lainnya, jumlah kelas menengah Indonesia telah menyusut secara signifikan sejak pandemi Covid-19, berdampak langsung pada pola konsumsi dan tabungan rumah tangga.
Berdasarkan laporan tersebut, jumlah kelas menengah Indonesia pada tahun 2019 mencapai 57,4 juta orang, sementara tahun 2024 menurun menjadi 47,9 juta orang. Penurunan sebesar 9,5 juta orang atau sekitar 16,5% ini tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan harga, tetapi juga perubahan gaya hidup yang berdampak pada penurunan daya beli dan tabungan masyarakat kelas menengah.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, mengungkapkan bahwa data simpanan masyarakat di bank menunjukkan adanya penurunan tabungan pada kelompok masyarakat terbawah ketika harga makanan pokok naik. Meski bantuan sosial dari pemerintah sempat membantu meredam penurunan ini, indeks belanja kelompok kelas menengah mengalami stagnasi.
Baca Juga
Indikator lain yang menunjukkan penurunan kelas menengah terlihat dalam penjualan kendaraan bermotor. Minat masyarakat kelas menengah untuk membeli motor baru terus berkurang. Berdasarkan data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan sepeda motor pada April 2024 turun sebesar 28% dibandingkan Maret 2024. Penurunan ini juga terjadi pada penjualan kendaraan roda empat yang mengalami penurunan hingga dua digit. Artinya, mereka semakin berhati-hati dalam mengatur pengeluaran, dan cenderung menunda pembelian barang-barang yang tidak mendesak.
Dalam situasi ekonomi yang menantang ini, Grant Thornton Indonesia memberikan beberapa solusi keuangan yang dapat membantu kelas menengah untuk bertahan dan mengelola keuangan mereka dengan lebih baik. Dirangkum dari siaran pers yang diterima Dewiku.com, berikut beberapa di antaranya.
Diversifikasi Sumber Pendapatan
Penting untuk mencari sumber pendapatan tambahan, baik melalui investasi atau usaha sampingan, sebagai upaya membantu menstabilkan kondisi finansial.
Hal ini perlu diimbangi dengan menambah keterampilan dan kemampuan yang relevan dengan kondisi pasar untuk meningkatkan daya saing.
Pengelolaan Utang yang Bijak
Kendalikan penggunaan utang, khususnya utang dengan bunga tinggi, dan fokus pada pelunasan utang yang sudah ada untuk menjaga stabilitas keuangan jangka panjang.
Berbagai kemudahan saat ini untuk pengajuan pinjaman online tentu juga perlu disikapi dengan bijak. Utang yang tidak terkelola malah dapat semakin membebani keuangan kelas menengah.
Tingkatkan Literasi Keuangan
Dengan meningkatnya tekanan ekonomi, literasi keuangan menjadi semakin penting. Pemahaman tentang perencanaan keuangan dan manajemen aset dapat membantu masyarakat kelas menengah mengambil keputusan yang lebih bijak.
Grant Thornton Indonesia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kestabilan ekonomi kelas menengah. Edukasi keuangan yang lebih inklusif dan akses terhadap layanan keuangan yang lebih baik menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini.
"Penurunan jumlah kelas menengah menjadi tantangan besar yang membutuhkan solusi terpadu. Kami, Grant Thornton Indonesia, tetap percaya bahwa dengan perencanaan keuangan yang matang dan strategi yang tepat, kelas menengah tidak hanya bertahan namun juga bertumbuh," ujar Johanna Gani, CEO Grant Thornton Indonesia.
Menurut Johanna Gani, dibutuhkan pengelolaan kas dan diversifikasi investasi yang dibantu dengan pemanfaatan teknologi finansial untuk membantu kelas menengah menghadapi tekanan dan melewati berbagai ketidakpastian kondisi ekonomi saat ini.
"Kami berkomitmen untuk membantu mereka menemukan solusi keuangan yang relevan, adaptif, dan menemukan peluang di tengah tantangan. Dengan langkah-langkah strategi yang terukur kami yakin bahwa kelas menengah Indonesia dapat tetap stabil dan menemukan cara untuk tumbuh di masa-masa yang cukup sulit," tandasnya.
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri