Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Jumlah hormon yang tidak biasa di otak dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang tak menentu bagi perempuan.
Tapi yang pasti, banyak faktor yang dapat memengaruhi suasana hati. Pertanyaannya kini, apa sih yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati?
Dikutip Dewiku dari Medial News Today, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati seseorang. Misal, mendapat pujian dari atasan atau terjebak dalam kemacetan panjang.
Baca Juga
-
Pekerja Butuh Konsultasi Psikologi, Ini Pentingnya Mengaja Kesehatan Mental di Lingkungan Profesional
-
Overwork Obesity: Stres Kerja Berujung Berat Badan Naik Gila-gilaan
-
Suka Duka Ibu Sambung: Antara Harapan dan Kenyataan, Belajar dari Pengalaman Terry Putri dan Ashanty
-
Beauty in Joy: Jadilah Cantik Tanpa Mengabaikan Kebahagiaan Dirimu Sendiri
-
Survei Jakpat: Orang Indonesia Jarang Minum Susu, Kelas Ekonomi Bawah Lebih Pilih Kental Manis
-
Desain Mewah dengan Sentuhan Bali, John Hardy Rilis Koleksi Musim Gugur 2024
Berikut ini adalah perubahan suasana hati yang disebabkan oleh hormonal:
1. Perubahan Hormon Reproduksi
Perubahan ini dapat terjadi pada waktu-waktu tertentu dalam hidup.
2. Siklus Menstruasi
Dalam selama dua minggu sebelum siklus menstruasi, beberapa orang mungkin mengalami perubahan suasana hati seperti marah, cemas, mudah tersinggung, dan suasana hati yang buruk. Secara umum kita mengenalnya dengan sindrom pramenstruasi atau PMS.
3. Selama Kehamilan
Perubahan kadar hormon reproduksi estrogen dan progesteron dapat menyebabkan perubahan suasana hati selama kehamilan, terutama pada trimester pertama. Beberapa perempuan mungkin mengalami perubahan suasana hati yang sebentar, sementara lainnya mengalami selama kehamilan.
4. Setelah Melahirkan
"Baby blues" setelah melahirkan adalah hal yang relatif umum terjadi. Namun bagi sebagian perempuan, gejalanya bisa semakin parah dan menetap, yang menyebabkan kondisi yang disebut depresi pascapersalinan.
Dalam 2–3 hari setelah melahirkan, sebagian perempuan akan merasa:
- depresi
- kesal
- cemas
Meskipun faktor nonhormonal dapat menyebabkan perasaan-perasaan di atas, namun penurunan tajam kadar estrogen dan progesteron setelah melahirkan kemungkinan sangat berperan.
5. Selama Pra-menopause dan Menopause
Orang-orang sangat rentan terhadap depresi selama pra-menopause dan tahun-tahun setelah menopause.
Pra-menopause adalah periode saat tubuh beralih dari siklus menstruasi bulanan ke menopause. Pergeseran hormonal yang terjadi selama waktu ini meningkatkan risiko depresi.
6. Hormon Tiroid Rendah
Kelenjar tiroid menghasilkan beberapa hormon yang dapat memengaruhi kesehatan mental. Ketika kadar hormon triiodothyronine (T3) rendah, seseorang mungkin mengalami kecemasan dan depresi.
7. Kadar Kortisol Tinggi
Kortisol dikenal sebagai hormon stres. Dalam keadaan normal, tubuh memproduksi kortisol dalam kadar yang stabil. Namun, menurut ulasan tahun 2021, tubuh memproduksi lebih banyak kortisol selama peristiwa yang menegangkan.
Hal ini dapat menyebabkan:
- depresi
- mudah tersinggung
- emosi labil (kecenderungan mengalami perubahan emosi yang cepat)
Jika perubahan suasana hati terjadi karena alasan di atas, hal itu mungkin menunjukkan adanya pengaruh hormonal. Namun, hormon belum tentu menjadi penyebab utama.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi suasana hati. Untuk itu, coba lakukan evaluasi dokter untuk mengetahui apakah penyebabnya perubahan suasana timu terjadi karena masalah mental atau hormonal ya!
Terkini
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat