Minggu, 10 November 2024 | 09:00 WIB
Hari Pahlawan di Indonesia diperingati setiap tanggal 10 November. Penetapan Hari Pahlawan berdasarkan Keputusan Presiden No.139 Tahun 1959, salah satunya bertujuan mengenang pertempuran bersejarah di Surabaya pada 10 November 1945 silam.
Kendati demikian, Hari Pahlawan merupakan momen terbaik untuk mengenang jasa dan perjuangan para pahlawan yang harapannya dapat menumbuhkan dan memperkuat rasa cinta Tanah Air.
Bukan hanya pria, banyak pula pahlawan perempuan yang keberaniannya menginsipirasi hingga kini. Dirangkum dari berbagai sumber, Minggu (10/11/2024), berikut beberapa pahlawan nasional perempuan di Indonesia.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Angka Favorit Bisa Mengungkap Karakter Seseorang
1. Raden Ajeng Kartini
R.A. Kartini mendirikan sekolah untuk perempuan pribumi yang sampai hari ini menjadi simbol perjuangan emansipasi. Perempuan kelahiran 21 April 1879 ini juga terkenal dengan kumpulan suratnya yang dihimpun dalam buku berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang".
Untung mengenang jasanya, hari kelahiran sang pahlawan diperingati sebagai Hari Kartini. R.A. Kartini sendiri ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 2 Mei 1964.
Baca Juga: Ini Cara Kunto Aji Mengatasi Bau Ketiak, Bukan Mengandalkan Deodoran
Loading...
2. Dewi Sartika
Dewi Sartika yang merupakan keturunan priyayi Bandung berkesempatan mengenyam pendidikan di sekolah Belanda, Sekolah Kelas Satu. Dewi Sartika merupakan tokoh perintis pendidikan bagi kaum perempuan.
Salah satu jasa terbesar Dewi Sartika adalah mendirikan Sekolah Istri, wadah bagi para perempuan belajar menulis, membaca, berhitung, dan menyulam. Pemerintah Indonesia mengangkat Dewi Sartika sebagai Pahlawan Nasional pada 1 Desember 1966.
3. Martha Christina Tiahahu
Martha Christina Tiahahu adalah pahlawan perempuan dari Maluku. Christina bergabung dengan rakyat Saparua ketika Thomas Matulessy memimpin pasukan merebut benteng Duurstede pada 16 Mei 1817.
Sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan pengorbanan dalam melawan penjajahan, Martha Christina Tiahahu diakui sebagai Pahlawan Nasional pada 1969.
4. Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien berasal dari Lampadang, Kerajaan Aceh. Ketika wilayah itu diduduki Belanda, Cut Nyak Dhien pergi mengungsi dan berpisah dengan keluarganya untuk berjuang.
Gerilya yang dilakukan Cut Nyak Dhien berjuang melawan penjajah dengan melakukan gerilya selama enam tahun. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.106 Tahun 1964, Cut Nyak Dhien ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
5. Cut Nyak Meutia
Selain Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia juga pantang menyerah saat berperang melawan Belanda di Aceh. Perjuangannya baru terhenti saat ajal menjemput di tengah kepungan penjajah.
Cut Nyak Meutia dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional pada 1964 berdasarkan SK Presiden RI No.107 Tahun 1964.
6. Maria Walanda Maramis
Maria Walanda Maramis yang lahir di Sulawesi Utara berkeyakinan perempuan harus mendapat pendidikan yang baik karena merupakan tiangnya keluarga. Maramis mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT), organisasi yang bergerak dalam bidang pemberdayaan perempuan, pendidikan, dan kegiatan sosial.
Maria Walanda Marami ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 1969. Monumen Maria Walanda Maramis pun dibangun di Maumbi, Airmadidi, Minahasa, untuk mengenakan perjuangan sang pahlawan.
7. Siti Hartinah
Siti Hartinah menjadi Ibu Negara selama 29 tahun. Selama mendampingi Presiden Soeharto, Siti Hartinah aktif memperkenalkan budaya Indonesia, membina kepemudaan dan kepramukaan, pendidikan, serta peningkatan kesejahteraan anak terlantar dan kesejahteraan penyandang cacat.
Siti Hartinah adalah sosok di balik pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Perpustakaan Nasional. Gelar Pahlawan Nasional diberikan kepadanya pada tahun 1996.
8. Fatmawati
Fatmawati adalah istri Soekarno yang menjahit bendera pusaka Merah Putih. Bendera tersebut dikibarkan saat Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
Fatmawati mendapatkan gelar Pahlawan Nasional di tahun 2000, sekitar 20 tahun setelah dirinya wafat.
9. Nyai Ahmad Dahlan
Siti Walidah atau dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan mendirikan Aisyiyah yang kini merupakan salah satu organisasi perempuan terbesar di Indonesia. Nyai Ahmad Dahlan sendiri adalah istri Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.
Baca Juga: Jarang Mandi Kayak Tasya Farasya? Dokter Kulit Ternyata Bilang Begini
Nyai Ahmad Dahlan sangat berjasa dalam menyebarluaskan agama Islam dan mendidik kaum perempuan. Wafat pada 31 Mei 1946, Nyai Ahmad Dahlan dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pada 10 November 1971.