ragam

Mencari Daycare yang Aman dan Nyaman: Bagaimana Ibu Pekerja Menentukan Pilihan Terbaik untuk Anak?

Bagi banyak ibu pekerja, daycare menjadi satu di antara beberapa pilihan untuk menitipkan anak saat jam kerja.

Elga Maulina
Senin, 04 November 2024 | 16:24 WIB

Fatimah tak akan pernah lupa bagaimana dirinya menangis di depan daycare setelah mengantarkan anaknya yang masih berusia dua tahun.Sebagai ibu pekerja, tentu momen ini bukan hal mudah baginya.

Bagi banyak ibu pekerja, daycare menjadi satu di antara beberapa pilihan untuk menitipkan anak saat jam kerja. 

Hal ini tentu menjadi dilema bagi para ibu pekerja untuk memastikan anak mereka aman dan nyaman selama mereka bekerja. Di balik menitipkan anaknya di daycare, tentunya terselip banyak kekhawatiran. Terlebih, adanya kasus kekerasan anak kerap terjadi di daycare. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di Daycare Wensen School Indonesia di Kota Depok, Jawa Barat.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Angka Favorit Bisa Mengungkap Karakter Seseorang

Loading...

Lalu, bagaimana ibu pekerja memilih daycare? 

Fatimah bekerja di sebuah perusahaan swasta dengan jam kerja dari pukul 09.00 hingga 18.00. Ia dan suami sama-sama bekerja, sehingga mereka sepakat untuk menitipkan anaknya di daycare.

Baca Juga: Ini Cara Kunto Aji Mengatasi Bau Ketiak, Bukan Mengandalkan Deodoran

Awalnya, Fatimah dan suami mempekerjakan seorang pengaruh untuk menjaga anak mereka yang saat itu berusia dua tahun. Namun seperti yang umum terjadi, drama pengasuh pun tak terelakkan. Setelah dua pengasuh berhenti, perempuan yang berusia 33 tahun ini mulai mencari daycare untuk menjaga sang anak.

Pertimbangan utama Fatimah dalam memilih daycare adalah jam operasional. Ia dan suami baru selesai bekerja sekitar pukul 18.00 sehingga mereka memilih daycare yang memungkinkan mereka menjemput sang anak selepas jam kerja.

"Pertimbangan utama aku tentu daycare di mana aku bisa menjemput anak aku sekitar jam lima atau enam karena pilihan itu nggak banyak. Untuk lokasi nggak jadi masalah, yang penting bisa jemput anak saat jam pulang kerja," ungkap Fatimah saat diwawancarai melalui telepon, Minggu (3/11).

Hari pertama menitipkan anaknya ke daycare, Fatimah tidak kuasa menahan air mata. Di depan daycare di kawasan Bantul, ia menangis. Perasaan bersalah karena harus meninggalkan anak pun menyelimutinya. Namun, seiring berjalannya waktu, Fatimah merasa sangat puas dengan daycare pilihannya yang membantu meningkatkan kemampuan anaknya dalam bertumbuh dan berkembang.

"Aku cukup puas karena yang paling penting di daycare anak aku ada laporan harian soal perkembangan anak, dan ada CCTV-nya juga," sambungnya.

Dalam memilih daycare pun Fatimah melakukan banyak riset. Selain itu, ia juga bertanya dengan orang-orang yang pernah menitipkan anak-anaknya di daycare.

"Pilih daycare yang bikin kita nyaman, anak kita nyaman, kita juga tenang untuk menitipkan anak di daycare. Pinter-pinter aja cari review, sesuai dengan kebutuhan dan budget yang kita bisa," tegas Fatimah.

Cerita yang sama pun datang dari Listya. Sebagai ibu yang bekerja, ia sempat mendapatkan pengalaman tak menyenangkan dari pengasuh sang anak. Akhirnya, ia mencari daycare untuk kedua anaknya yang masih berusia 4 tahun dan 1,5 tahun.

Daycare pilihan Listya berlokasi di daerah Tangerang Selatan, tak begitu jauh dari rumahnya. Senada dengan Fatimah, ia memilih daycare yang bisa menjemput anaknya selepas jam kerja.

Bagi Listya, yang terpenting di daycare anaknya adalah fasilitas dan pelajaran agama. Selain itu, adanya CCTV juga penting agar bisa memantau sang anak.

Sebagai ibu pekerja, perempuan 34 tahun ini pun memberikan beberapa tips untuk para bunda yang ingin menitipkan anaknya di daycare.

"Kalau misalnya punya budget yang agak lebih memang sebaiknya yang dilihat fasilitas dan metodenya," tegas Listya saat ditemui langsung di daerah Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (4/11/2024).

Selain itu, melihat testimoni terkait daycare pun diperlukan untuk membuat keputusan.

"Jangan lupa cek review daycare-nya. Dan buat saya juga yang penting lingkungan daycare-nya. Usahakan jangan terlalu di pinggir jalan, untuk menghindari akses orang luar masuk ke dalam," tutupnya.

Menitipkan anak ke daycare memang kerap menimbulkan stigma, baik dari keluarga ataupun lingkungan.

Mulanya, Listya pun sempat mendapatkan pertanyaan dari sang ibu karena dalam keluarganya belum pernah ada yang menitipkan anak di daycare.

"Dulu ibuku sempat ragu tapi dijelasin aja. Atau dulu pernah lagi cerita-cerita ada temen kantor aku yang bilang, ‘Parah, naruh anak di tempat penitipan’. Tapi mungkin dia nggak tau bagaimana tempat penitipan anak sekarang," ungkapnya.

Sebenarnya bagaimana memilih daycare yang tepat?

Dikutip dari Antara, menurut psikolog anak dan keluarga Sani B. Hermawan, ada beberapa tips memilih daycare. Salah satunya melakukan riset latar belakang daycare bersangkutan.

"Pertama lihat dari pengalaman, berapa lama mereka berdiri, siapa yang mendirikan. Kemudian kita juga bisa minta info profil dari orang yang menjaga anak kita di sana. Apakah dari jurusan psikologi, random di bidang studi, atau harus ada sertifikat khusus misalnya dia telah lulus menjadi terapis anak, itu penting sekali," kata Sani.

Selain itu, sebaiknya melihat ulasan terlebih dulu atau mewawancarai pihak daycare. Penting juga memilih daycare yang memiliki CCTV dan jangan tergiur dengan harga murah.

Baca Juga: Jarang Mandi Kayak Tasya Farasya? Dokter Kulit Ternyata Bilang Begini

Menitipkan anak ke daycare bukanlah sesuatu yang negatif. Asalkan, kita sebagai orang tua pintar-pintar memilih daycare sesuai kebutuhan dan keamanan anak.

ragam

Jangan Sembarangan! 8 Langkah Cerdas Memilih Klinik Kecantikan yang Aman dan Terpercaya

Waspadai klinik kecantikan ilegal, apa saja yang perlu diperhatikan saat memilih layanan estetika?

ragam

Cegah Stunting Sebelum Genting, Perempuan Harus Jadi Pilar Utama

Masalah pencegahan stunting amat kompleks dan melibatkan berbagai faktor, namun peran perempuan sangatlah krusial.

ragam

Ancaman Kekerasan Seksual di Era Digital, Pelakunya Kebanyakan Mantan Pacar

Begini realita kekerasan seksual berbasis gender yang juga rawan terjadi di ruang siber.

ragam

Rahasia Hamil Bukan Cuma Medis: Dokter Ungkap Faktor Emosi yang Krusial

Hubungan seksual yang harmonis dan kondisi psikologis yang bahagia ternyata kunci utama dalam program hamil.

ragam

Keterwakilan Perempuan di Sektor Publik Masih Rendah, Banyak Tantangan Jadi Penghalang

Perempuan menghadapi banyak tantangan, mulai dari diskriminasi hingga stereotip masyarakat.

ragam

Perempuan ODHA Berhak Dapatkan Layanan Kesehatan Tanpa Stigma dan Diskriminasi

Stigma menghalangi perempuan dengan HIV/AIDS untuk mengakses layanan kesehatan yang inklusif.