Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Drama Korea A Virtuous Business hadir dengan tema yang unik dan kontroversial. Serial ini mengangkat isu tabu seksualitas perempuan dan stereotip negatif tentang janda di masyarakat konservatif Korea Selatan era 1990-an.
Drama ini mengikuti kisah empat perempuan yang dikenal sebagai "Bangpan Sisters". Mereka diceritakan memulai bisnis produk dewasa secara door-to-door.
Secara mendalam, drakor mengupas isu sosial nan kompleks, termasuk stigma yang sering melekat pada perempuan, khususnya janda.
Dalam masyarakat patriarkal, janda sering kali menghadapi stereotip sebagai individu yang dianggap bermasalah atau tidak pantas untuk mengeksplorasi aspek tertentu dalam hidup mereka, termasuk seksualitas.
Baca Juga
Serial ini menjadi platform yang menggugat norma sosial, mendorong refleksi tentang pentingnya menghargai hak perempuan untuk menjalani hidup mereka dengan bebas dan penuh kendali.
Seksualitas Perempuan: Tabu yang Dilawan
Pembicaraan tentang seks, terutama oleh perempuan, kerap dianggap tabu dalam budaya patriarki. Bertentangan dengan kecenderungan tersebut, A Virtuous Business mengeksplorasi bagaimana karakter utama, Han Jung-sook, dan sahabatnya membantu perempuan di komunitas mereka untuk mengenali dan mengekspresikan hasrat seksual mereka.
Dengan menjual produk dewasa, mereka mendorong pasangan suami-istri untuk menjalani kehidupan pernikahan yang lebih sehat dan bahagia.
Hal itu membuka diskusi tentang pentingnya menghargai kebutuhan seksual perempuan tanpa rasa malu atau penghakiman.
Perlawanan terhadap Norma Tradisional
Di tengah stigma kuat terhadap seksualitas perempuan, drama ini menggunakan humor dan solidaritas untuk mengatasi tekanan sosial.
Mengambil latar Korea era 1990-an, A Virtuous Business menunjukkan bahwa meskipun norma tradisional mendominasi, ada ruang untuk perubahan sosial.
Empat karakter utama yang digambarkan dari latar belakang berbeda bersatu untuk melawan dominasi patriarki dengan solidaritas sebagai kekuatan utama mereka.
Perlawanan terhadap Patriarki
Stereotip janda di kalangan masyarakat patriarkal sering kali menciptakan batasan ketat. Janda yang berani menjalani hidup mandiri atau mengeksplorasi seksualitasnya sering kali dianggap sebagai ancaman terhadap nilai-nilai tradisional.
Drama ini dengan berani menggambarkan Joo-ri dan teman-temannya sebagai individu yang mematahkan batasan tersebut melalui solidaritas, kreativitas, dan keberanian mereka.
Karakter Lee Joo-ri "Bangpan Sisters" adalah seorang ibu tunggal yang berjuang membesarkan anaknya sendiri. Sebagai janda, ia tidak hanya harus menghadapi kesulitan finansial, tetapi juga penilaian masyarakat yang memandangnya dengan sinis.
Ketika Joo-ri memutuskan untuk terjun ke bisnis produk dewasa, ia secara langsung menantang stereotip yang menganggap janda tidak pantas untuk mengekspresikan hasrat atau mengejar tujuan pribadi mereka.
Mengubah Perspektif tentang Janda
Melalui narasi humanis, A Virtuous Business mengajak penonton untuk melihat janda sebagai perempuan dengan hak yang sama untuk menjalani hidup sesuai keinginan mereka.
Keputusan Joo-ri untuk bergabung dalam bisnis produk dewasa bukan hanya soal ekonomi, melainkan juga tentang meraih kendali atas narasi hidupnya sendiri. Ini menjadi simbol kuat perlawanan terhadap stereotip janda sebagai sosok tak berdaya atau ancaman moral. (*Nurul Lutfia Maryadi)
Terkini
- Stop Self-Talk Negatif! Ini Cara Membangun Self-Respect di Era Digital
- Merasa Kecil di Dunia yang Besar: Menggali Akar Inferiority Complex
- Resah Driver Ojol Perempuan: Ada Ketidakadilan Mengintai di Setiap Kilometer
- Fake It Till You Make It: Boleh Dicoba, Asal Jangan Kebablasan, Girls!
- Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!
- Self Care Bukan Egois, Tapi Hak Setiap Perempuan untuk Sejahtera
- Pap Smear: Deteksi Dini Kanker Serviks, Selamatkan Nyawa Perempuan
- Mengenal Sunday Scaries, Rasa Cemas yang Timbul di Hari Minggu
- Alasan Mengapa Maret jadi Bulan Perempuan
- Tren Kabur Aja Dulu: Antara Impian dan Realita, Sejauh Mana Keseriusannya?