
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kembali menjadi sorotan setelah meninggalnya Maria Mei, perempuan asal NTT yang dianiaya oleh suaminya, oknum Satpol PP setempat.
Peristiwa tragis ini terjadi di pekarangan rumah mereka. Ironisnya, warga sekitar hanya menjadi saksi tanpa bertindak untuk menghentikan kejadian tersebut.
"Jika saja warga bertindak lebih cepat, mungkin nyawa Ibu Maria Mei bisa diselamatkan," ujar Rita Hasugian, Pemimpin Redaksi Katong NTT, dalam sesi live Instagram bersama Dewiku.com, Jumat (29/11/2024) lalu.
Baca Juga
Di Nusa Tenggara Timur, masalah ini diperparah oleh keyakinan sebagian perempuan yang menganggap kekerasan sebagai bentuk pengorbanan yang harus dipikul dalam kehidupan mereka.
"Banyak perempuan di NTT merasa bahwa penderitaan adalah bagian dari hidup yang tidak boleh dilawan," ungkap Rita.
Rita mempertanyakan apakah Maria Mei juga memiliki pandangan serupa sehingga tidak melawan atau melapor.
Sepanjang kariernya sebagai jurnalis, Rita sering mendengar curhatan para korban kekerasan. Beberapa bahkan sempat tinggal bersamanya karena tak tahu harus berlindung di mana.
"Saya selalu mencoba mendengarkan mereka dengan penuh perhatian dan membantu mereka menyadari bahwa mereka berharga," katanya.
Menurut Rita, menyuarakan kisah korban kekerasan tidak boleh hanya bertujuan untuk viral. Tidak hanya akurat dan terpercaya, berita yang disajikan mestinya juga lebih berempati pada korban.
"Yang penting adalah dampaknya bagi mereka yang membutuhkan," tegasnya.
Rita pun berharap empati dan cinta dapat menjadi kunci untuk menghentikan siklus kekerasan terhadap perempuan, khususnya di wilayah NTT. (*Nurul Lutfia Maryadi)
Terkini
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif
- Koper Ringan, Gaya Baru Menjelajah Dunia Tanpa Beban
- Body Positivity vs Body Neutrality: Mana Jalan Terbaik Menerima Tubuh Apa Adanya?
- Wujud Kesetaraan di Dunia Transportasi, Kartini Masa Kini di Balik Kemudi
Berita Terkait
-
Forum Perempuan di Desa Camplong II dan Tolnaku: Sebuah Upaya Bangkit Menuju Pemberdayaan
-
UN Women Indonesia Luncurkan Chatbot AI untuk Perempuan
-
Kampanye 16HAKTP, Komnas Perempuan Kolaborasi dengan Berbagai Pihak
-
Layanan Terpadu Korban Kekerasan Belum Optimal, UNDP Indonesia: Butuh Banyak Pembenahan