
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Belakangan ini istilah lucky girl syndrome sering diperbincangkan di media sosial, terutama di kalangan perempuan muda.
Lucky girl syndrome mengacu pada kepercayaan bahwa seseorang bisa selalu mendapatkan keberuntungan hanya dengan memiliki pola pikir positif dan keyakinan bahwa segala sesuatu akan berjalan sesuai keinginan mereka. Namun, benarkah keberuntungan bisa diprogram, atau ini hanyalah sekadar sugesti?
Apa itu Lucky Girl Syndrome?
Tren ini merupakan fenomena psikologis yang berasal dari prinsip law of attraction atau hukum tarik menarik.
Baca Juga
-
Happiness Economic: Apa Benar Uang Bisa Bikin Bahagia?
-
Magis, Inilah Destinasi Pernikahan Romantis dengan Pemandangan Eksotis di Uluwatu
-
Intergenerational Trauma: Jejak Luka Orang Tua dalam Kehidupan Generasi Selanjutnya
-
Dukungan Keluarga, Harapan Bagi Masa Depan Anak yang Berhadapan dengan Hukum
-
Balik Tren FOMO Jadi JOMO: Menikmati Hidup Tanpa Takut Ketinggalan Tren
-
Resting Bitch Face: Ketika Perempuan Dihakimi Hanya karena Ekspresi Wajah
Orang yang mempercayai konsep ini yakin bahwa jika mereka berpikir dan berbicara positif tentang hidupnya, maka hal-hal baik akan datang dengan sendirinya.
Banyak yang mengklaim bahwa dengan mengulang afirmasi seperti "Aku selalu beruntung" atau "Segala sesuatu berpihak padaku", maka mereka akan mengalami perubahan dalam hidup, seperti mendapat pekerjaan impian atau kesempatan emas yang sebelumnya tak terduga.
Menurut Dr. Carol Dweck, seorang psikolog, pola pikir yang optimis memang bisa memengaruhi bagaimana seseorang bertindak dan mengambil keputusan. Orang yang percaya dirinya tinggi seperti ini cenderung lebih berani mencoba hal baru dan tidak takut gagal, sehingga peluang sukses mereka lebih besar.
Hal ini tentunya dapat membawa pengaruh positif bagi orang yang menerapkannya.
Namun, di balik itu sangat banyak kritik terhadap Lucky Girl Syndrome, terutama pada media sosial.
Mengutip dari komentar @dehas.store pada salah satu video TikTok milik @mirazahra7, ia mengatakan bahwa konsep ini ada minusnya karena ia dijauhi teman-teman lantaran dianggap sombong.
Menurut psikolog Gabriele Oettingen, terlalu bergantung pada keberuntungan juga bisa membuat seseorang mengabaikan faktor usaha dan kerja keras. Dalam penelitiannya, Oettingen menemukan bahwa berpikir positif saja tidak cukup untuk mencapai kesuksesan, tetapi seseorang harus memiliki rencana konkret dan mengantisipasi tantangan agar dapat mencapai tujuannya.
Bagaimana Cara Menerapkannya Secara Sehat?
Jika kamu ingin mencoba Lucky Girl Syndrome tanpa hanya mengandalkan keberuntungan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
- Gunakan kalimat positif yang nyaman untuk didengar. Daripada hanya berkata "Aku pasti sukses", lebih baik katakan "Aku sudah berusaha keras dan pantas mendapatkan kesuksesan". Dengan begitu, kamu akan tetap optimis tapi tetap sadar bahwa usaha juga penting.
- Jangan hanya berharap, tetapi lakukan sesuatu. Percaya diri itu memang penting, tapi kalau tidak dibarengi dengan usaha, hasilnya tidak akan terlihat.
- Sadari bahwa hidup tidak selalu mulus dan tidak semua hal bisa berjalan sesuai harapan. Jika mengalami kegagalan jangan menyerah, tetapi anggap saja sebagai pelajaran agar bisa menjadi lebih baik.
- Terus belajar dan berkembang. Daripada hanya menunggu keberuntungan datang, lebih baik fokus untuk meningkatkan kemampuan dan terus mencoba hal baru. Dengan begitu, peluang sukses akan semakin besar.
Meskipun tidak ada jaminan bahwa keberuntungan dapat diprogram sepenuhnya, keyakinan dan afirmasi positif dapat menjadi alat yang ampuh untuk meningkatkan kualitas hidup kita. Yang terpenting, tetaplah realistis dan seimbangkan keyakinan dengan usaha dan persiapan yang matang.
(Sifra Kezia)
Terkini
- Body Positivity vs Body Neutrality: Mana Jalan Terbaik Menerima Tubuh Apa Adanya?
- Wujud Kesetaraan di Dunia Transportasi, Kartini Masa Kini di Balik Kemudi
- Musikal untuk Perempuan: Merayakan Persahabatan Lewat Lagu Kunto Aji dan Nadin Amizah
- Melangkah Sendiri, Merdeka Sepenuhnya: Kenapa Perempuan Pilih Solo Traveling?
- Koneksi Bukan Kompetisi: The Real Power of Women Supporting Women
- Kapan Nikah? Nggak Perlu Baper, Ini Cara Elegan Hadapi Pertanyaan Sensitif
- Tips Psikologis Jalani Idulfitri Lebih Tenang dan Bermakna
- CEO Muda Perempuan: Lebih dari Sekadar Tren, Ini Realitas Baru Dunia Bisnis
- Keharuman Nostalgia Lebaran, 'Mencicipi' Aroma Nastar dari Sebotol Parfum
- Ketika Secuil Perhatian Berujung Sakit Hati, Kenali Tanda-Tanda Breadcrumbing yang Merugikan Perempuan