Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Pernahkah kamu merasa bersalah setelah membeli sesuatu yang diinginkan, meskipun kamu memiliki uang untuk itu? Jika iya, kamu mungkin mengalami money guilt.
Money guilt adalah perasaan bersalah yang muncul saat seseorang membelanjakan uangnya, terutama untuk hal-hal yang dianggap tidak esensial.
Menariknya, studi menunjukkan bahwa perempuan lebih sering mengalami money guilt dibanding laki-laki. Mengapa hal ini terjadi?
Dilansir BBC Worklife, perempuan cenderung lebih berhati-hati dalam pengeluaran karena mereka diajarkan sejak kecil untuk lebih bertanggung jawab dalam mengelola uang.
Baca Juga
-
Gaji Tinggi dan Karier Impian: Alasan Singapura Jadi Daya Tarik Bagi Pekerja Indonesia
-
Sensasi Makan AYCE Kambing Guling di Sekar Jagat: Empuk Tanpa Bau Prengus
-
Fenomena Delulu Is The Solulu, Strategi Psikologis atau Sekadar Ilusi?
-
Puluhan Brand Lokal Terbaik Kumpul di Bekasi! Jangan Lewatkan GLAMLOCAL Wonderful Ramadan 2025
-
Fenomena Girl Boss: Glamor di Luar, Rapuh di Dalam?
-
Self Development Kian Diminati, Jalan Ninja Menjadi Versi Terbaik Diri Sendiri
“Banyak perempuan tumbuh dengan pesan bahwa mereka harus hemat, sementara laki-laki lebih sering didorong untuk mengambil risiko dalam finansial,” kata Farnoosh Torabi, penulis When She Makes More.
Selain itu, sebuah penelitian oleh University of California menemukan bahwa perempuan lebih sering dikaitkan dengan peran sebagai pengelola keuangan rumah tangga, sementara laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama.
Akibatnya, banyak perempuan merasa bersalah jika menggunakan uang untuk diri sendiri, bukan untuk keluarga atau kebutuhan bersama.
Hal ini menciptakan tekanan psikologis yang lebih besar bagi perempuan dalam mengelola uangnya sendiri.
Media sosial juga memperburuk money guilt. Platform seperti Instagram dan TikTok membanjiri kita dengan konten yang menampilkan gaya hidup mewah dan konsumsi tanpa batas, yang sering kali berujung pada rasa bersalah atau perasaan tidak cukup baik.
“Ketika seseorang melihat orang lain berbelanja barang mahal dengan mudah, mereka mulai mempertanyakan apakah keputusan finansial mereka sudah benar,” kata Dr. Elizabeth Dunn, profesor psikologi dari University of British Columbia.
Di sisi lain, ada juga tekanan untuk tidak terlihat terlalu boros. Perempuan sering mendapatkan kritik lebih keras ketika membeli sesuatu yang dianggap ‘mewah’ dibanding laki-laki.
Dilansir The Guardian, menyoroti bagaimana selebritas perempuan sering dikritik karena membeli barang mahal, sementara laki-laki jarang mendapatkan komentar serupa.
Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, banyak perempuan yang merasa perlu membenarkan pembelian mereka, seperti dengan mengatakan bahwa barang tersebut sedang diskon atau memiliki manfaat jangka panjang.
Lalu, bagaimana dampaknya dalam kesejahteraan finansial?
Rasa bersalah yang berlebihan terhadap uang bisa berdampak negatif, baik secara psikologis maupun finansial.
“Jika seseorang terus-menerus merasa bersalah saat berbelanja, mereka bisa kehilangan keseimbangan antara menabung dan menikmati hidup,” kata Dr. Megan Ford, terapis keuangan dari University of Georgia.
Fenomena ini juga dapat membuat perempuan lebih enggan berinvestasi atau mengambil risiko keuangan yang lebih besar.
Studi dari Fidelity Investments menemukan bahwa meskipun perempuan umumnya lebih baik dalam menabung, mereka lebih jarang berinvestasi dibanding laki-laki, yang bisa berdampak pada pertumbuhan kekayaan jangka panjang.
Ketika perempuan ragu-ragu untuk mengelola uang mereka sendiri secara lebih aktif, mereka bisa kehilangan peluang besar untuk meningkatkan kesejahteraan finansial mereka.
Mengatasi Money Guilt
Agar tidak terjebak dalam siklus rasa bersalah, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:
- Buat anggaran yang realistis, pastikan ada alokasi dana khusus untuk kesenangan diri sendiri agar tidak merasa bersalah saat menggunakannya.
- Ubah mindset tentang uang, uang bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup. Menggunakan uang untuk hal-hal yang membawa kebahagiaan bukanlah dosa.
- Kurangi paparan media sosial yang menekan, batasi konsumsi konten yang membuat kita merasa tidak cukup baik atau membandingkan diri dengan orang lain.
- Edukasi finansial lebih dalam, semakin paham tentang pengelolaan uang dan investasi, semakin percaya diri dalam pengambilan keputusan finansial.
Pada akhirnya, uang adalah alat yang bisa digunakan untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan.
Tidak ada salahnya menikmati hasil kerja keras sendiri, tanpa perlu dihantui rasa bersalah.
(Mauri Pertiwi)
Terkini
- Gaji Tinggi dan Karier Impian: Alasan Singapura Jadi Daya Tarik Bagi Pekerja Indonesia
- Stigma Perempuan Breadwinner: Kemandirian Finansial Kuat dan Tekanan Sosial
- Sensasi Makan AYCE Kambing Guling di Sekar Jagat: Empuk Tanpa Bau Prengus
- Fenomena Delulu Is The Solulu, Strategi Psikologis atau Sekadar Ilusi?
- Invisible Load: Beban Mental yang Tidak Terlihat di Balik Peran Perempuan
- Hati-Hati dengan Almond Mom, Fenomena Ibu-Ibu yang Menanamkan Ketakutan Makan pada Anak
- Benarkah Olahraga Harus Disesuaikan dengan Siklus Menstruasi? Ini Penjelasan Ahli!
- Ketika Kehidupan Pribadi Anak Jadi Konten Momfluencer: Tren atau Eksploitasi?
- Keseimbangan Semu, Bisakah Perempuan Sukses di Karier dan Keluarga?
- Puluhan Brand Lokal Terbaik Kumpul di Bekasi! Jangan Lewatkan GLAMLOCAL Wonderful Ramadan 2025