Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - "Delulu Is The Solulu" tengah menjadi tren di kalangan generasi muda. Istilah ini merupakan gabungan dari kata "delusional" dan "solution", yang mengacu pada keyakinan bahwa dengan berpikir delusi, seseorang dapat mencapai tujuannya. Namun, apakah fenomena ini benar-benar efektif, atau hanya sekadar ilusi belaka?
Tren ‘Delulu’ ini banyak digunakan di platform seperti TikTok dan Twitter oleh para pengguna yang percaya bahwa berpikir seolah-olah impian mereka telah menjadi kenyataan, dapat membantu mereka mencapai tujuan.
Delulu: Lebih dari Sekadar Khayalan
Secara psikologis, "Delulu Is The Solulu" memiliki kaitan dengan beberapa konsep, seperti positive thinking, self-efficacy, dan placebo effect.
Baca Juga
-
Invisible Load: Beban Mental yang Tidak Terlihat di Balik Peran Perempuan
-
Hati-Hati dengan Almond Mom, Fenomena Ibu-Ibu yang Menanamkan Ketakutan Makan pada Anak
-
Benarkah Olahraga Harus Disesuaikan dengan Siklus Menstruasi? Ini Penjelasan Ahli!
-
Ketika Kehidupan Pribadi Anak Jadi Konten Momfluencer: Tren atau Eksploitasi?
-
Afirmasi Positif: Kunci Percaya Diri Menjalani Peran Sebagai Ibu Muda
Berpikir positif dapat meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri, yang pada akhirnya dapat mendorong seseorang untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuannya.
Sedangkan pada self efficacy, disebutkan bahwa keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk mencapai tujuan diketahui merupakan faktor penting dalam mencapai kesuksesan.
Dan terakhir, efek plasebo menunjukkan bahwa keyakinan dapat memiliki dampak nyata pada hasil.
Menurut The Guardian, tren ini menarik bagi perempuan muda yang ingin meningkatkan kepercayaan diri dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk karier, hubungan, dan pencapaian pribadi, dapat menggunakan konsep ini sebagai cara untuk membangun mentalitas positif dan menanamkan keyakinan diri.
"Ini adalah cara bagi banyak perempuan untuk melawan ketidakpastian hidup dan membangun keyakinan diri," kata Dr. Emily Stein, seorang psikolog sosial dari University of California.
"Dengan membayangkan diri mereka sebagai versi terbaik dari diri mereka sendiri, mereka sering kali lebih berani mengambil risiko dan lebih optimis,” tambahnya.
Tidak hanya itu, istilah ini juga memotivasi banyak perempuan untuk mengambil langkah konkret menuju impian mereka.
Dalam Harvard Business Review, seorang pakar kepemimpinan, Dr. Amy Cuddy, menjelaskan bahwa sikap dan keyakinan yang dibuat-buat seringkali bisa mempengaruhi emosi dan tindakan seseorang.
"Jika seseorang terus-menerus meyakinkan diri bahwa mereka bisa sukses, meskipun belum memiliki bukti nyata, mereka lebih mungkin bertindak dengan percaya diri," ujar Dr. Cuddy.
"Ini dikenal sebagai self-fulfilling prophecy ketika keyakinan seseorang membantu membentuk kenyataan,” lanjutnya.
Tetapkan Batasan yang Sehat
Namun, penting untuk diingat bahwa "Delulu Is The Solulu" bukanlah pengganti kerja keras dan tindakan nyata. Terlalu terjebak dalam delusi dapat menyebabkan seseorang kehilangan kontak dengan realitas dan mengabaikan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuannya.
Itu artinya, ada batasan terhadap efektivitas pendekatan ini. Dr. Lisa Feldman Barrett, seorang ahli ilmu saraf, memperingatkan bahwa berpikir delusional tanpa tindakan nyata bisa menjadi jebakan.
"Jika tidak dibarengi dengan usaha dan strategi yang jelas, berpikir delusional bisa membuat seseorang hanya berandai-andai tanpa progres nyata," ujarnya, dilansir dari BBC.
Dampak Positif dan Negatif
Banyak perempuan mengklaim bahwa berpikir ‘delulu’ membantu mereka keluar dari zona nyaman.
Dilansir The New York Times, seorang pengusaha muda, Sarah Mitchell, mengatakan bahwa dengan berpura-pura percaya diri, ia berhasil mendapatkan pekerjaan impiannya.
"Aku berpikir bahwa aku sudah punya semua keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan itu, meskipun sebenarnya aku masih belajar. Akhirnya, kepercayaan diriku membuatku benar-benar mendapatkan posisi itu," ujar Sarah.
Namun, di sisi lain, terlalu mengandalkan pemikiran irasional juga bisa berdampak negatif.
Menurut Psychology Today, disebutkan bahwa berpikir terlalu jauh dari kenyataan bisa membuat seseorang rentan terhadap kekecewaan besar ketika harapan mereka tidak terpenuhi.
Selain itu, seseorang yang terbiasa berpikir secara delusional tanpa memperhitungkan realitas, mungkin akan kesulitan menghadapi tantangan dunia nyata.
"Delulu Is The Solulu" dapat menjadi strategi psikologis yang efektif jika digunakan secara tepat. Namun, penting untuk tetap realistis dan mengambil tindakan nyata untuk mencapai tujuan. Dengan keseimbangan yang tepat, delusi dapat menjadi alat yang ampuh untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan.
(Mauri Pertiwi)
Terkini
- Gaji Tinggi dan Karier Impian: Alasan Singapura Jadi Daya Tarik Bagi Pekerja Indonesia
- Sensasi Makan AYCE Kambing Guling di Sekar Jagat: Empuk Tanpa Bau Prengus
- Invisible Load: Beban Mental yang Tidak Terlihat di Balik Peran Perempuan
- Hati-Hati dengan Almond Mom, Fenomena Ibu-Ibu yang Menanamkan Ketakutan Makan pada Anak
- Benarkah Olahraga Harus Disesuaikan dengan Siklus Menstruasi? Ini Penjelasan Ahli!
- Ketika Kehidupan Pribadi Anak Jadi Konten Momfluencer: Tren atau Eksploitasi?
- Keseimbangan Semu, Bisakah Perempuan Sukses di Karier dan Keluarga?
- Puluhan Brand Lokal Terbaik Kumpul di Bekasi! Jangan Lewatkan GLAMLOCAL Wonderful Ramadan 2025
- Perempuan, Perubahan dan Masa Depan: Insight dari Acara The Power of Herstory
- Fenomena Girl Boss: Glamor di Luar, Rapuh di Dalam?