
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Kasus kekerasan yang melibatkan seorang ibu terhadap kepala koas anaknya baru-baru ini mencuri perhatian publik.
Insiden ini tidak hanya memicu diskusi mengenai etika dalam menyelesaikan konflik, tetapi juga menyoroti pola asuh "bulldozer parenting."
Pola asuh ini menggambarkan orang tua yang terlalu banyak campur tangan dalam kehidupan anak, hingga justru menghambat perkembangan kemandirian mereka.
Psikolog Agustini memberikan pandangannya dalam wawancara eksklusif mengenai dampak buruk dari pola asuh seperti ini.
Baca Juga
-
Kenaikan PPN 2025, Belanja Harian Makin Mahal di Tahun Depan?
-
Dilema Ibu Zaman Now: Karier atau Keluarga?
-
Pendidikan Kesetaraan Gender Sejak Dini, Psikolog: Anak Laki-Laki Boleh Belajar Memasak
-
Tren Debut Idol K-pop di Usia Muda, Impian atau Eksploitasi?
-
Di Balik Topeng Imposter Syndrome, Ketika Mahasiswa Merasa Tidak Layak Atas Pencapaian yang Didapat
Menurut Agustini, banyak orang tua yang berniat baik ketika mereka turut campur dalam permasalahan anak. Namun, tindakan ini sering kali memiliki dampak negatif.
“Mungkin tujuannya adalah membantu anak untuk meringankan beban yang mereka alami. Namun, justru anak menjadi tidak memiliki kemandirian. Mereka tidak diajarkan bagaimana menghadapi masalah atau tantangan dalam hidup mereka,” ungkapnya.
Bulldozer parenting adalah pola asuh di mana orang tua membersihkan segala hambatan yang ada di jalan anak mereka, tanpa memberi kesempatan bagi anak untuk belajar menyelesaikan masalah secara mandiri.
Pola asuh ini sering dilakukan dengan alasan kasih sayang, tetapi justru dapat menghambat perkembangan anak dalam jangka panjang.
Dalam kasus Lady Aurellia Pramesti, sang ibu bahkan sampai menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Agustini menegaskan bahwa pendekatan seperti ini hanya akan memperpanjang masalah.
“Harusnya masalah seperti ini bisa diselesaikan dengan baik-baik. Misalnya, jika ada persoalan buku tugas atau jadwal tiket, itu bisa dibicarakan tanpa perlu kekerasan,” ujarnya.
Dampak Negatif Bulldozer Parenting
Intervensi berlebihan dari orang tua memiliki sejumlah dampak negatif. Anak menjadi kurang percaya diri dalam menghadapi situasi sulit karena mereka terbiasa diselamatkan oleh orang tua.
“Anak tidak belajar bertanggung jawab atau mencari solusi atas masalah yang mereka hadapi. Bahkan, mereka bisa terkena dampak emosional yang lebih besar di kemudian hari,” jelas Agustini.
Agustini juga mencatat pentingnya membedakan antara mengawasi dan mengintervensi.
“Orang tua boleh mengawasi anak untuk memastikan apa yang mereka lakukan sudah benar. Namun, jika sampai melakukan intervensi, apalagi dengan cara yang salah, itu tidak mendidik anak dengan baik,” tuturnya.
Solusi yang Lebih Baik
Sebagai alternatif, Agustini menyarankan pendekatan yang lebih konstruktif.
“Lebih baik kasih solusi daripada mengintervensi,” tegasnya.
Orang tua dapat membantu anak memahami masalah yang dihadapi tanpa langsung mengambil alih tanggung jawab. Misalnya, dengan memberikan panduan atau mendiskusikan langkah-langkah yang dapat diambil anak untuk menyelesaikan masalahnya.
Kasus ini menjadi pengingat penting bagi para orang tua untuk lebih bijak dalam mendampingi anak.
Alih-alih menjadi “bulldozer,” orang tua sebaiknya berperan sebagai pendamping yang memberi ruang bagi anak untuk berkembang dan belajar mandiri.
Dengan begitu, anak akan tumbuh menjadi individu yang kuat dan siap menghadapi berbagai tantangan hidup. (Dewiku.com/Nurul Lutfia)
Terkini
- Musikal untuk Perempuan: Merayakan Persahabatan Lewat Lagu Kunto Aji dan Nadin Amizah
- Melangkah Sendiri, Merdeka Sepenuhnya: Kenapa Perempuan Pilih Solo Traveling?
- Koneksi Bukan Kompetisi: The Real Power of Women Supporting Women
- Kapan Nikah? Nggak Perlu Baper, Ini Cara Elegan Hadapi Pertanyaan Sensitif
- Tips Psikologis Jalani Idulfitri Lebih Tenang dan Bermakna
- CEO Muda Perempuan: Lebih dari Sekadar Tren, Ini Realitas Baru Dunia Bisnis
- Keharuman Nostalgia Lebaran, 'Mencicipi' Aroma Nastar dari Sebotol Parfum
- Ketika Secuil Perhatian Berujung Sakit Hati, Kenali Tanda-Tanda Breadcrumbing yang Merugikan Perempuan
- Simping Era: Kenapa Sekarang Banyak Perempuan Bangga Jadi Fangirl?
- Resting Nice Face: Topeng Senyum yang Menyembunyikan Luka Emosional Perempuan