Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Banyaknya porsi nasi dibanding lauk pada paket makan bergizi gratis (MBG) yang diberikan oleh pemerintah, telah menarik perhatian ahli gizi.
Saat paket diresmikan oleh pemerintah pada Senin (6/01/25) lalu, sejumlah anak Sekolah Dasar kelas 1-3 tidak menghabiskan nasi yang telah diberikan.
Terlebih, program (MBG) diberikan agak dekat jamnya dengan makan pagi, sehingga banyak anak masih dalam kondisi kenyang.
Baca Juga
-
Bukan Soal Introvert atau Ekstrovert, Begini Strategi Mencari Teman Menurut Sains
-
Mau Ikutan Medical Check Up Gratis dari Pemerintah? Ini 7 Hal yang Harus Dipersiapkan
-
Kala Pemecatan STY Bukan Cuma jadi Hari Patah Hati Laki-Laki
-
Medical Check-Up GRATIS untuk Perempuan! Cek Manfaatnya di Sini
-
Sendu di Januari Biru, Alasan di Balik Perasaan Sedih saat Awal Tahun
-
Mengenal Floater Friend: Fenomena Pertemanan di Usia Dewasa
"Selain porsi nasi lebih banyak, ada berbagai penyebab anak jadi tidak menghabiskan MBG yang sudah dibagikan. Salah satunya karena faktor anak sudah makan pagi di rumah," ujar Dokter Johanes.
Dengan anggaran Rp10 ribu per anak, menu makan yang didapat terdiri dari nasi, olahan ayam, olahan sayur, tambahan lauk, serta buah.
Hal tersebut diambil dari keterangan Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Adita Irawati.
Ia mengatakan menu makan program MBG yang paketnya terdiri dari karbohidrat, lauk, buah, dan sayur sesuai dengan harga bahan pokok di daerah masing-masing.
Lalu, Apa Kata Ahli Gizi?
Nailatin Nasyithoh, seorang ahli gizi yang diwawancara Dewiku menegaskan, proporsi makanan dalam program Makanan Bergizi Gratis harus lebih diperhatikan.
"Porsi nasi yang lebih dominan dibanding lauk dan sayur belum sesuai dengan kebutuhan gizi anak sekolah. Anak-anak membutuhkan lebih banyak protein untuk mendukung pertumbuhan dan meningkatkan fokus mereka," jelasnya.
Nailatin juga menekankan pentingnya mengikuti pedoman "Isi Piringku" untuk menyusun menu makanan.
Kata Nailatin, idealnya, satu porsi makanan terdiri dari 50 persen karbohidrat dan protein, serta 50 persen buah dan sayuran.
"Jika diterapkan dengan benar, pedoman ini cukup untuk mencegah stunting di Indonesia," ujarnya.
Mengenai anggaran Rp10 ribu per anak, Nailatin menyebut bahwa jumlah tersebut dapat mencukupi di beberapa daerah asalkan menu dirancang dengan baik.
"Yang terpenting adalah kreativitas dalam menyusun menu yang menarik. Jangan sampai makanan tidak dimakan dan akhirnya terbuang," katanya.
Ia juga percaya bahwa variasi menu menjadi kunci penting untuk mencegah kebosanan anak sekaligus memenuhi kebutuhan mikronutrien seperti vitamin dan mineral.
"Petugas di lapangan sudah berusaha memberikan variasi menu setiap hari. Namun, porsi protein perlu ditingkatkan dan nasi sebaiknya sedikit dikurangi agar lebih seimbang," tambahnya.
Menurut Nailatin, program MBG memiliki potensi besar untuk menurunkan angka malnutrisi pada anak usia sekolah.
"Program ini membantu mengurangi ketimpangan akses pangan. Semua anak mendapatkan makanan bergizi secara merata, sehingga tidak ada yang merasa tertinggal," katanya.
Ia juga menyoroti bahwa menu yang dirancang oleh ahli gizi telah disesuaikan dengan kebutuhan anak sekolah, sehingga konsumsi makanan kurang bergizi dapat diminimalkan.
Untuk mencegah pemborosan makanan, Nailatin menyarankan edukasi kepada anak-anak tentang pentingnya gizi seimbang.
"Anak-anak perlu sadar bahwa makanan bergizi sangat penting untuk kesehatan mereka. Dengan edukasi, mereka juga akan lebih menghargai makanan dan mengurangi pemborosan," jelasnya lagi.
Dengan langkah-langkah tersebut, Nailatin optimis program MBG dapat terus berkembang dan memberikan manfaat besar bagi anak-anak Indonesia.
"Pendekatan holistik yang melibatkan variasi menu, pengawasan kualitas, dan edukasi adalah kunci keberhasilan program ini," pungkasnya.
Penulis: Nurul Lutfia Maryadi
Terkini
- Self Gifting: Bukan Boros, Tapi Bentuk Apresiasi pada Diri Sendiri
- Lebih dari Sekadar Musik, Ada Pesan Pemberdayaan Perempuan dari JENNIE Lewat Album Ruby
- Cyberstalking Merusak Mental dan Fisik: Bagaimana Perempuan Bisa Melindungi Diri Mereka?
- Rahasia Tangguh: Kuasai Self-Compassion untuk Kesehatan Mental
- Zombieing: Ketika Mantan Datang Tanpa Diundang, Lebih Seram dari Ghosting!
- Rebound Relationship: Ketika Mantan Jadi Bayang-Bayang Pacar Baru
- Stop Self-Talk Negatif! Ini Cara Membangun Self-Respect di Era Digital
- Merasa Kecil di Dunia yang Besar: Menggali Akar Inferiority Complex
- Resah Driver Ojol Perempuan: Ada Ketidakadilan Mengintai di Setiap Kilometer
- Fake It Till You Make It: Boleh Dicoba, Asal Jangan Kebablasan, Girls!