Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Pernahkah kamu merasa punya banyak kenalan, tapi sulit menemukan sahabat sejati? Jika iya, mungkin kamu mengalami fenomena yang disebut "floater friend". Seorang floater friend adalah individu yang memiliki lingkaran pertemanan yang luas, namun hubungannya cenderung dangkal dan tidak terlalu mendalam. Mereka seringkali berpindah-pindah dari satu kelompok teman ke kelompok teman lainnya tanpa benar-benar merasa terikat kuat dengan salah satu kelompok tersebut.
Banyak orang berpendapat bahwa fenomena ini merupakan sesuatu yang wajar terjadi ketika kita menyentuh usia dewasa. Seiring bertambahnya usia dan tanggung jawab, prioritas hidup seseorang juga berubah. Hal ini dapat membuat seseorang sulit mempertahankan hubungan pertemanan yang erat.
Hope Kelaher, LCSW, seorang terapis yang berbasis di New York City dan penulis Here To Make Friends: How To Make Friends As An Adult, mengatakan bahwa istilah "social floater" pertama kali muncul di Urban Dictionary pada tahun 2020, dan diikuti oleh istilah "floater friend" pada tahun 2023. Dan berkat aplikasi media sosial seperti TikTok, istilah tersebut semakin populer di dunia maya selama setahun terakhir.
Bagaimana Floater Friend Terbentuk?
Baca Juga
-
Kehadiran Kakek-Nenek Bisa Jadi Sumber Kekuatan Bagi Kesehatan Mental Ibu
-
Tak Pernah Bertengkar dengan Pasangan, Tanda Cocok atau Sinyal Bahaya?
-
Terbukti Secara Ilmiah, Ini Aroma yang Bisa Bikin Kamu Bahagia
-
Proyek Ambisius Pemerintah 'Gunduli' 20 Juta Hektar Hutan dan Ancaman Kehidupan Berkelanjutan
-
Fenomena Pick Me Girl dan Bahaya Stigma 'Cewek Pikmi' yang Tersembunyi
-
Komunitas Gembira Seharian: Saat Muda Mudi Sebar Kebahagiaan
Umumnya, kaum introvert lebih menyukai hubungan one on one, sehingga mereka merasa lebih aman dengan beberapa teman yang konsisten, demikian dikatakan Irene Levine, PhD, seorang psikolog dan pakar persahabatan yang menulis The Friendship Blog, melansir dari Womens Health Mag. Sementara itu, kaum ekstrovert mungkin lebih menikmati momen kumpul-kumpul dalam kelompok yang berbeda, karena berhubungan dengan orang lain dapat membantu mereka merasa termotivasi, bersemangat, dan gembira.
Konsep Kita tentang Persahabatan Berubah-Ubah
Di usia anak-anak, teman-teman kita terbentuk berdasarkan kenyamanan (misalnya, siapa yang duduk semeja dengan kita di kelas, siapa teman di satu tim olahraga, atau lainnya).
“Kelompok teman terbentuk secara alami saat kita masih muda, karena kita bersama orang yang sama di tempat yang sama pada waktu yang sama, sering kali dengan minat yang sama dan pada tahap kehidupan yang sama,” kata Levine.
Namun, setelah selama masa remaja dan awal dewasa, kita mungkin lebih cenderung mencoba memahami dunia, menciptakan narasi, dan mempelajari siapa diri kita.
Setelah lulus sekolah menengah dan perguruan tinggi, orang cenderung lebih membedakan diri mereka, kata Levine. Mungkin kita pindah ke kota baru, memulai keluarga, atau mendapat pekerjaan yang berbeda dengan teman-teman kita.
"Anda masih peduli dengan persahabatan lama, tentu saja, tetapi dengan lebih sedikit kesamaan, mungkin bakal lebih sedikit hal untuk dibicarakan," tegas Irene Levine.
Pro dan Kontra Menjadi Floater Friend
Seorang kreator konten TikTok menceritakan pengalamannya menjadi floater friend. Menurutnya, ia sering tidak diajak nongkrong oleh teman-temannya karena mereka selalu berasumsi bahwa dirinya sudah punya rencana dengan teman lainnya.
Tetapi menjadi floater friend bukan tanpa keuntungan, lho. Menurut Irene Levine, setiap orang memiliki perbedaan dalam hal jumlah teman dan jenis hubungan yang mereka inginkan. Banyak orang ekstrovert mungkin lebih menyukai pesta, di mana mereka bisa bersikap ramah dan terbuka dalam sekelompok besar orang.
Selama kita tidak kehilangan persahabatan yang setia, tidak ada yang salah, kok, dengan menjadi floater floater. Karena semakin dewasa usia kita, hidup semakin sulit, dan semakin kita membutuhkan persahabatan yang benar-benar solid. Setuju?
Terkini
- Lebih dari Sekadar Musik, Ada Pesan Pemberdayaan Perempuan dari JENNIE Lewat Album Ruby
- Cyberstalking Merusak Mental dan Fisik: Bagaimana Perempuan Bisa Melindungi Diri Mereka?
- Rahasia Tangguh: Kuasai Self-Compassion untuk Kesehatan Mental
- Zombieing: Ketika Mantan Datang Tanpa Diundang, Lebih Seram dari Ghosting!
- Rebound Relationship: Ketika Mantan Jadi Bayang-Bayang Pacar Baru
- Stop Self-Talk Negatif! Ini Cara Membangun Self-Respect di Era Digital
- Merasa Kecil di Dunia yang Besar: Menggali Akar Inferiority Complex
- Resah Driver Ojol Perempuan: Ada Ketidakadilan Mengintai di Setiap Kilometer
- Fake It Till You Make It: Boleh Dicoba, Asal Jangan Kebablasan, Girls!
- Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!