
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Banyak yang bilang bahwa pasangan yang ideal adalah pasangan yang tidak pernah bertengkar. Tapi, benarkah begitu? Keharmonisan dalam hubungan memang dambaan setiap pasangan, tapi apakah absennya pertengkaran benar-benar menjadi indikator hubungan yang sehat?
Sebenarnya, pertengkaran dalam sebuah hubungan adalah hal yang wajar. Perbedaan pendapat, nilai, atau harapan adalah hal yang lumrah terjadi di antara dua individu. Justru, melalui pertengkaran, kita bisa belajar untuk memahami satu sama lain, menemukan solusi bersama, dan memperkuat ikatan emosional.
Menurut Kara Shade, Ph.D., CFLE, seorang relationship coach, umumnya pertengkaran dapat bersifat membangun atau merusak. Semuanya tergantung pada bagaimana kita menghadapi dan mengatasinya.
Melansir dari Psychology Today, Kara melihat bahwa pertengkaran sebenarnya dapat menjadi katalisator untuk pertumbuhan suatu hubungan. Jadi, tujuan kita bukanlah untuk menghindari konflik, melainkan tentang menavigasi pertengkaran dan kesalahpahaman yang tak terelakkan dengan lebih baik.
Baca Juga
-
Terbukti Secara Ilmiah, Ini Aroma yang Bisa Bikin Kamu Bahagia
-
Proyek Ambisius Pemerintah 'Gunduli' 20 Juta Hektar Hutan dan Ancaman Kehidupan Berkelanjutan
-
Fenomena Pick Me Girl dan Bahaya Stigma 'Cewek Pikmi' yang Tersembunyi
-
Memahami Needy, Ketika Kita Menjadi Ketergantungan dalam Cinta
-
Wabah Flu di China Meluas, Haruskah Dunia Bersiap Pandemi Lagi?
-
Tak Sepenuhnya Salah Kita: Ini Fakta Ilmiah yang Bikin Resolusi Tahun Baru Gagal Terus
"Menurut pengalaman saya, ketika pasangan mengatakan bahwa mereka tidak pernah bertengkar, mereka biasanya terbagi dalam salah satu kelompok berikut: Mereka memang bertengkar tapi menyebutnya dengan nama lain; Mereka baru menjalin hubungan; atau yang ketiga adalah Mereka cenderung lebih suka menghindari konflik," katanya.
Sedangkan pada pasangan yang baru memulai hubungan, baik pacaran maupun menikah, umumnya mereka sangat peduli dengan bagaimana mereka dipersepsikan oleh pasangannya sehingga enggan membuat masalah. Terlihat baik-baik saja di awal, tapi waktu akan mengungkapkan sifat asli seseorang.
Kelompok terakhir adalah pasangan yang lebih suka menjaga segala sesuatunya berjalan dengan santai. Meskipun mungkin ada ketidakcocokan, mereka cenderung menghindari konflik dan biasanya kurang tegas. Mereka tidak suka jika segala sesuatunya menjadi terlalu dalam atau serius. Mereka ingin menjaga keharmonisan, dan mereka bersedia mengabaikan masalah untuk mempertahankan keadaan yang adem ayem.
Inilah yang berbahaya menurut Kara. Memendam emosi dan menumpuk kekesalan pada akhirnya akan membuat kita menyimpan kebencian dan permusuhan terhadap pasangan. Apa yang terasa seperti ketenangan jangka pendek dengan menghindari pertengkaran, akan menjadi kerugian jangka panjang karena kita perlahan-lahan kehilangan jati diri dalam hubungan yang sedang dijalani.
Jadi, bagaimana solusinya? Menurut Kara, jauh lebih mudah untuk menangani satu masalah pada satu waktu — ketika masalahnya masih kecil, daripada menangani 15 keluhan yang telah lama terpendam. Berkonflik tidak sepenuhnya buruk, kok. Dan menghindari konflik bukan berarti tanda hubungan baik-baik saja. Yuk, belajar memanfaatkan kekuatan konflik untuk kebaikan dan untuk pertumbuhan hubungan!
Terkini
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif
- Koper Ringan, Gaya Baru Menjelajah Dunia Tanpa Beban
- Body Positivity vs Body Neutrality: Mana Jalan Terbaik Menerima Tubuh Apa Adanya?
- Wujud Kesetaraan di Dunia Transportasi, Kartini Masa Kini di Balik Kemudi
- Musikal untuk Perempuan: Merayakan Persahabatan Lewat Lagu Kunto Aji dan Nadin Amizah
- Melangkah Sendiri, Merdeka Sepenuhnya: Kenapa Perempuan Pilih Solo Traveling?
- Koneksi Bukan Kompetisi: The Real Power of Women Supporting Women