Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - "Ditinggalkan di tengah jalan saat berusaha menuju puncak"—begitu mungkin rasanya saat berita mengejutkan datang, Shin Tae-yong, pelatih yang membawa Timnas Indonesia ke level yang lebih tinggi, secara resmi diberhentikan dari posisinya.
Keputusan ini bukan hanya hari patah hati laki-laki pecinta sepak bola, tetapi juga bagi banyak orang Indonesia lainnya, termasuk para perempuan yang turut mengikuti perjalanan Timnas Indonesia.
Di negara asal STY, laki-laki sering digambarkan sebagai sosok yang kaku dan sangat menghargai hierarki. Namun, STY justru tampil sebagai "ahjussi" (paman) yang dianggap lebih egaliter dan santai.
Baca Juga
-
Sendu di Januari Biru, Alasan di Balik Perasaan Sedih saat Awal Tahun
-
Catcalling Bukan Pujian, Tak Seharusnya Dinormalisasi
-
Batas Pertemanan di Kantor: Boleh Akrab atau Sebaiknya Jaga Jarak?
-
Journaling: Nulis Diary ala Zaman Now, Terapi Gratis untuk Kesehatan Mental
-
Quarter-Life Crisis: Ketika Ketidakpastian Membayangi Fase Awal Dewasa
-
Proyek Ambisius Pemerintah 'Gunduli' 20 Juta Hektar Hutan dan Ancaman Kehidupan Berkelanjutan
Ia diketahui punya hubungan yang dekat dengan para pemain muda Timnas dan fans—termasuk perempuan yang sebelumnya mungkin tidak terlalu tertarik dengan sepak bola.
Karakternya yang hangat dan terbuka sangat berbeda dengan banyak laki-laki Korea yang biasanya lebih serius dan kaku.
Pencetus Penerimaan Budaya Korea di Kalangan Pria Indonesia
Kehadiran STY benar-benar jadi jembatan antara dua dunia: dunia Korea yang modern dan dunia Indonesia yang penuh semangat sepak bola.
Sebelumnya, budaya Korea identik dengan para penikmatnya yang banyak datang dari kalangan perempuan. Dengan keberadaan STY, ia berhasil memperkenalkan gaya hidup Korea, seperti disiplin dan kerja keras, kepada para laki-laki Indonesia.
"Menurut aku (itu) di luar ekspektasi keberadaan Shin Tae Yong, cowok-cowok Indo jadi lebih bisa menghargai budaya korea yang merajalela, gak ada yang ngatain STY cowok plastik," ujar Sagita, salah satu penggemar sepak bola Indonesia.
Pemecatan STY bukan hanya bikin para penggemar laki-laki sepak bola Indonesia kecewa, tapi secara tidak langsung juga menyentuh hati para perempuan dan anak-anak yang mulai menemukan kecintaan terhadap olahraga ini!
Seperti diketahui, dulu stadion sepak bola didominasi oleh laki-laki. Tapi sekarang, kita bisa menemukan perempuan dan anak duduk bersama tanpa merasa canggung.
Menonton pertandingan Timnas telah menjadi ajang rekreasi keluarga, tempat di mana ibu, ayah, dan anak bisa bersatu dalam semangat yang sama.
"Dulu, nonton Timnas itu penuh laki-laki, sekarang kita bisa nonton bareng perempuan tanpa takut diganggu," kata Sagita, yang merasa semakin nyaman mengikuti perjalanan Timnas.
Bagi Sagita dan mungkin banyak fans perempuan lainnya, STY bukan hanya berhasil mencetak sejarah besar dengan lolos ke Piala Asia dan menaikkan peringkat FIFA Timnas Indonesia, tapi juga menjadi pionir dalam memperjuangkan impian besar membawa Indonesia ke Piala Dunia.
Keberhasilan STY dan Timnas berhasil mengubah wajah sepak bola Indonesia menjadi lebih kompetitif, buah dari dedikasi dan visi panjang Sang Komando.
“Lima tahun ini, kita lihat banyak prestasi luar biasa. Kepergian pelatih hebat ini benar-benar bikin kita se-Indonesia patah hati, apalagi sekarang kita lagi fokus menuju kualifikasi Piala Dunia. Aku agak pesimis karena sosoknya penting, gak ada yang bisa gantiin dia” ungkapnya.
STY nggak cuma fokus pada pencapaian instan, dia juga bekerja keras untuk membangun fondasi kuat sepak bola Indonesia yang akan terus berkembang hingga Piala Dunia 2026 nanti.
Bahkan, kehadirannya sudah menjadi simbol kebangkitan sepak bola Indonesia, menjadikannya ikon penting dalam sejarah perkembangan olahraga tersebut di Tanah Air.
Seperti Sagita, pemecatan STY benar-benar jadi hari patah hati banyak orang.
Penulis: Humaira Ratu Nugraha
Terkini
- Nyaman dengan Diri Sendiri Berawal dari Perawatan Tepat Area Kewanitan
- Main Character Syndrome, Ketika Perempuan Merasa Jadi Pusat Semesta
- Go & Glow Fun Run 2025: Tetap Bugar dan Glowing dengan Aktivitas Seru
- Hot Girl Walk: Ketika Perempuan Jadi Lebih Bahagia Cuma Modal Jalan Kaki
- Self Gifting: Bukan Boros, Tapi Bentuk Apresiasi pada Diri Sendiri
- Lebih dari Sekadar Musik, Ada Pesan Pemberdayaan Perempuan dari JENNIE Lewat Album Ruby
- Cyberstalking Merusak Mental dan Fisik: Bagaimana Perempuan Bisa Melindungi Diri Mereka?
- Rahasia Tangguh: Kuasai Self-Compassion untuk Kesehatan Mental
- Zombieing: Ketika Mantan Datang Tanpa Diundang, Lebih Seram dari Ghosting!
- Rebound Relationship: Ketika Mantan Jadi Bayang-Bayang Pacar Baru