
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Di tahun 2025 ini, anggota tertua Generasi Z akan mencapai usia 28 tahun. Itu artinya, sebagian dari mereka telah menghabiskan hampir satu dekade di dunia kerja.
Walau baru mencakup kurang dari 20 persen dari total angkatan kerja, generasi ini perlahan memasuki posisi manajerial. Menurut dara dari Glassdoor, 1 dari 10 manajer di tahun 2025 diprediksi berasal dari Generasi Z.
Data dari Glassdoor menunjukkan 14 persen pekerja Gen Z berusia 27 tahun sudah menduduki posisi manajer, angka ini sebanding dengan Generasi Milenial (13 persen), Generasi X (14 persen), dan Baby Boomer (12 persen) pada usia yang sama.
Baca Juga
-
Realita Sekolah Swasta, Selalu Lebih Baik dari Sekolah Negeri?
-
Dari Rumah Tangga Hingga Karier, Ada Beban "Blame the Women Syndrome" yang Mencekik Perempuan
-
Bareng 100 Momfluncers, Komunitas Ibu2Canggih Rayakan Hari Ibu dengan Meriah
-
Berhenti jadi People Pleaser, Begini Cara Prioritasin Dirimu Sendiri!
-
Ketakutan Kolektif atau Realitas? Soal Tren #MarriageIsScary di Kalangan Anak Muda
-
Jam Koma, Virus Produktivitas yang Diam-diam Mengintai
Stereotip Gen Z di Dunia Kerja
Menurut Daniel Zhao, Ekonom Utama di Glassdoor, stereotip mengenai generasi muda, terutama di dunia kerja, sering kali dibesar-besarkan.
Faktanya, kebiasaan berganti pekerjaan yang sering disematkan kepada pekerja muda disebabkan oleh fase hidup mereka yang belum mapan, bukan karena perubahan nilai-nilai antar-generasi.
"Misalnya, pekerja yang lebih muda cenderung berganti pekerjaan karena mereka belum mapan dalam karier mereka, bukan karena perubahan dalam sikap antargenerasi terhadap loyalitas," kata Daniel.
Hal ini mengingatkan kita bahwa perbedaan antar-generasi cenderung mencerminkan siklus usia, bukan perbedaan fundamental dalam pola pikir.
Seiring meningkatnya jumlah manajer dari Generasi Z, tren gaya kepemimpinan juga mulai mengalami perubahan signifikan.
Berdasarkan analisis ulasan Glassdoor dari 2019 hingga 2024, istilah seperti kesejahteraan dan empati semakin sering muncul, dengan peningkatan masing-masing sebesar 222 persen dan 76 persen.
"Ini menunjukkan bahwa karyawan kini mencari pemimpin yang peduli terhadap kebutuhan emosional dan keseimbangan hidup mereka," ujar Daniel Zhao.
Topik seperti batasan dan kelelahan juga menjadi perhatian utama. Generasi Z dianggap membawa perspektif baru dalam menghadapi tuntutan kerja dengan menekankan pentingnya menjaga batasan yang sehat antara kehidupan kerja dan pribadi.
Di masa penuh ketidakpastian, karyawan juga membutuhkan kepemimpinan yang memberikan kejelasan dan kemampuan mengatasi ketidakpastian.
Selain itu, isu kesetaraan dan inklusi terus menjadi prioritas, terutama bagi pekerja muda yang lebih vokal terhadap pentingnya keadilan di tempat kerja.
Meskipun banyak diskusi tentang bagaimana Gen Z berbeda, data dari Glassdoor menunjukkan bahwa mereka tidak sepenuhnya meninggalkan jejak generasi sebelumnya.
Sebaliknya, Gen Z memadukan nilai-nilai lama dengan perspektif baru yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja modern. Daniel percaya, dengan fokus pada empati, kesejahteraan, dan inklusi, Gen Z siap membawa perubahan positif dalam gaya manajemen.
"Inilah saatnya untuk mulai berpikir tentang bagaimana gaya manajemen Gen Z akan mencerminkan atau berbeda dari generasi sebelumnya," pungkas Daniel.
Penulis: Nurul Lutfia Maryadi
Terkini
- Musikal untuk Perempuan: Merayakan Persahabatan Lewat Lagu Kunto Aji dan Nadin Amizah
- Melangkah Sendiri, Merdeka Sepenuhnya: Kenapa Perempuan Pilih Solo Traveling?
- Koneksi Bukan Kompetisi: The Real Power of Women Supporting Women
- Kapan Nikah? Nggak Perlu Baper, Ini Cara Elegan Hadapi Pertanyaan Sensitif
- Tips Psikologis Jalani Idulfitri Lebih Tenang dan Bermakna
- CEO Muda Perempuan: Lebih dari Sekadar Tren, Ini Realitas Baru Dunia Bisnis
- Keharuman Nostalgia Lebaran, 'Mencicipi' Aroma Nastar dari Sebotol Parfum
- Ketika Secuil Perhatian Berujung Sakit Hati, Kenali Tanda-Tanda Breadcrumbing yang Merugikan Perempuan
- Simping Era: Kenapa Sekarang Banyak Perempuan Bangga Jadi Fangirl?
- Resting Nice Face: Topeng Senyum yang Menyembunyikan Luka Emosional Perempuan