Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Meski sekarang banyak digalakkan kesadaran wanita untuk mencintai tubuh apa adanya, ternyata hal tersebut tidak berbanding lurus dengan apa yang dibayangkan oleh para feminis tahun 1970-a. Psikoanalis dan penulis Susie Orbach menyebut tekanan untuk memiliki tubuh sempurna makin buruk.
Dilansir dari Asia One, empat puluh tahun setelah penerbitan buku Fat Is A Feminis Issue, penulis Inggris tersebut mengatakan para wanita mengomoditaskan tubuh mereka ketika mencoba untuk menyesuaikan dengan citra palsu yang dijajakan oleh influencer kecantikan online.
Penulis yang dulunya terapis Putri Diana ini mengungkapkan bahwa para gadis semakin dikondisikan untuk berpikir tentang bedah kosmetik sejak dini, yakni lewat sejumlah industri mengisi dan mengambil untung dari kecemasan akan bentuk tubuh.
Dihadapkan dengan realitas kehidupan modern, banyak wanita menjadi terobsesi dengan diet dan fitness untuk menghindari kelebihan berat badan.
Baca Juga
''Ini jauh, jauh lebih buruk dari yang pernah kami bayangkan,'' kata Susie Orbach di sela-sela Festival Sastra Internasional Hong Kong. Hari itu dia berbicara tentang buku barunya In Therapy: How Conversations With Psychotherapists Really Work.
Susie Orbach baru-baru ini terlibat dalam kampanye internasional selama setahun untuk memaksa Apple, Google dan Amazon menghapus aplikasi bedah kosmetik yang menargetkan anak perempuan usia sekolah dasar. Aplikasi tersebut menampilkan karakter kartun dapat dimodifikasi dengan prosedur seperti sedot lemak.
''Ini bukan hanya masalah yang berkaitan dengan perempuan dan wanita, dan itu sangat, sangat menguntungkan jika Anda dapat mengguncang tubuh orang-orang,'' katanya. ''Ada semua jenis industri yang menciptakan dan 'memberi makan' kecemasan ini,'' lanjutnya.
Salah satu keprihatinan utama Orbach adalah bagaimana 'ekonomi pertunjukan' modern telah menciptakan dunia di mana orang didorong untuk memasarkan diri.
''Saya pikir keserakahan kapitalisme akhir benar-benar masalah. Kita melihat diri kita tidak hanya sebagai pusat konsumsi tetapi juga merek. Wanita muda sekarang didorong untuk melihat diri mereka sebagai merek dan influencer.''
Semua itulah yang membuat tekanan untuk memiliki tubuh sempurna makin buruk.
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri