Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Sneakers merupakan salah satu jenis alas kaki paling populer di Indonesia. Namun, tak disangka sepatu tersebut mulanya dirancang untuk pemain basket.
Hal itu dikatakan Brand Manager produk sneakers lokal Riley’s Christiadi Eka Pandu. Sneakers awalnya merupakan sepatu olahraga terutama di kalangan atlet bola basket.
Namun, kini tren sepatu sneakers telah bergeser. Sneakers pun menjadi sepatu serbaguna yang dapat digunakan dalam berbagai kesempatan sebagai penunjang penampilan.
Sneakers nyaman dipakai berjalan-jalan di mal, nongkrong bersama teman, hingga untuk tampilan profesional seperti bekerja. Penggunanya pun beragam mulai dari pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran, hingga pengusaha.
Baca Juga
-
Viral Salon Pakai Tampah untuk Mengecat Rambut, Warganet: Kearifan Lokal
-
Curhat Influencer Lahir Tanpa Lengan dan Kaki, Dibuang Orangtua saat Bayi
-
Lupa Tes Alergi, Wajah Wanita Ini Bengkak Sebelah Akibat Mengecat Rambut
-
Jangan Cuma Ditumpuk atau Malah Dibuang, Begini Cara Daur Ulang Hijab
-
Praktis Minimalis, Produk Pembersih Wajah Ini Buat Kulit Cerah Merona Alami
-
Curhat Wanita Dilarang Melahirkan dalam Air, Sampai Diancam oleh Suami
Tak hanya anak muda, siapa pun yang ingin terlihat segar dan tampil gaya, biasanya bakal mengandalkan sneakers sebagai padupadan penampilan. Apalagi berbagai model sneakers sangat gampang disandingkan dengan busana apa pun, sehingga cocok untuk berbagai situasi.
Walau awalnya dibanjiri produk dari brand luar negeri, saat ini industri sneakers Indonesia juga diramaikan oleh para produsen sepatu lokal.
Dengan berbagai siluet dan model yang menarik, kualitas bahan terbaik, proses manufaktur canggih, serta pemasaran yang unik, brand sneakers lokal telah mampu bersaing dan banyak diminati masyarakat.
Salah satunya brand sneakers lokal, Riley’s. Dikatakan oleh CEO Roots Retail Group James Hadisurjo, ia memulai brand Riley's untuk menjadi brand sepatu lokal dengan harga lebih terjangkau, tapi kualitasnya sama dengan sepatu-sepatu desainer lainnya.
"Selain itu, kami juga memiliki goal untuk menjadi brand lokal terbesar di Indonesia," kata James, lewat siaran pers, Senin (8/11/2021) kemarin.
Ia mengungkaokan, dirinya memilih menggunakan material dengan kualitas terbaik, dilengkapi insole Cloudfoam Memorythm yang dikembangkan dengan teknologi canggih. Dengan begitu, ia mengklaim produknya mampu memberikan kenyamanan tinggi untuk menemani penggunanya dalam menjalani berbagai aktivitas.
Demi memberikan pengalaman kepada para customer, Riley’s baru saja membuka offline store pertama mereka di Plaza Indonesia pada Senin kemarin.
"Dengan adanya toko fisik, kami berharap para customer dapat melihat produk-produk secara langsung, sehingga dapat mengetahui kualitas materialnya, serta mencoba kenyamanan insole yang telah kami kembangkan," tutur James.
Brand Manager Riley’s Christiadi Eka Pandu menambahkan, pihaknya bakal terus mencoba lebih dekat dengan masyarakat lewat pembukaan toko offline lainnya.
"Kami juga berencana untuk membuka beberapa toko offline lagi setelah ini. Untuk tahun depan kami akan fokus di Jabodetabek, dan ke depannya akan merambah ke berbagai daerah lain di Indonesia. Tujuannya adalah memastikan para customer merasakan product experience yang baik, sekaligus mendekatkan diri kepada mereka," tandas Christiadi. (*Risna Halidi)
Terkini
- Tagar #KaburAjaDulu, Ketika Anak Muda Angkat Tangan pada Realita
- Fenomana Glass Ceiling: Mengapa Perempuan Sulit Jadi Pemimpin di Dunia Kerja?
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?