Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Pernah kepikiran nggak sih, kalau tidak semua perempuan mendambakan kehidupan sebagai seorang ibu?
Pilihan untuk tidak memiliki anak, atau yang dikenal dengan istilah childfree, sering kali menjadi perdebatan. Karena bagi sebagian orang, ini adalah langkah berani untuk mendefinisikan kebahagiaan di luar ekspektasi masyarakat, terutama di masyarakat yang masih mengukur kebahagiaan dan kesuksesan perempuan dengan peran sebagai istri dan ibu.
Pilihan untuk tidak memiliki anak kerap dianggap "melawan kodrat" atau bahkan dinilai egois. Padahal, bagi sebagian perempuan, childfree bukanlah keputusan yang dibuat secara sembarangan, melainkan hasil dari pertimbangan matang berdasarkan nilai, kondisi, dan prioritas hidup masing-masing.
Asfa salah satunya. Menginjak usia pernikahan ke 15 tahun, Asfa tak lagi menginginkan anak. Menurutnya, hidupnya sudah lengkap dan bahagia tanpa kehadiran anak.
Baca Juga
-
Ide Liburan Menarik Akhir Tahun, Dinner Mewah di Hotel Tepi Danau Bisa Jadi Pilihan
-
Berenang Lebih Asyik dengan Musik: Rahasia Nikmati Olahraga Tanpa Bosan
-
Bulldozer Parenting: Kasih Sayang yang Mengikis Kemandirian Anak?
-
Kenaikan PPN 2025, Belanja Harian Makin Mahal di Tahun Depan?
-
Dilema Ibu Zaman Now: Karier atau Keluarga?
-
Philophobia pada Perempuan: Mengapa Takut Jatuh Cinta?
"Saat ini kami puas dengan kehidupan yang kami jalani sekarang. Kami merasa bahwa kebahagiaan kami tidak harus terikat pada memiliki anak," ujarnya kepada dewiku pada Rabu (18/12).
Asfa mengungkapkan bahwa keputusannya untuk memilih childfree baru benar-benar ia yakini dalam 4 tahun terakhir. Ia merasa lelah dengan upaya yang terus-menerus dilakukan untuk memiliki anak, namun kenyataannya usaha tersebut belum membuahkan hasil.
"Saya merasa sudah capek terus-menerus menginginkan anak, tapi kenyataannya belum rezeki Allah,” ungkapnya penuh keikhlasan.
Keputusan ini bukan tanpa tantangan. Perempuan yang memilih untuk tidak memiliki anak sering kali menghadapi stigma dan tekanan sosial.
Banyak yang menganggap keputusan ini egois, terutama karena masyarakat masih melekatkan peran ibu sebagai tujuan utama hidup seorang perempuan.
Pertanyaan seperti, "Kapan punya anak?" atau komentar seperti, "Nanti menyesal kalau tua sendirian," masih sering dilontarkan, seolah menjadi pengingat bahwa pilihan hidup mereka dianggap tidak sesuai norma. Bagi Asfa, tekanan semacam itu menjadi salah satu ujian terberatnya.
"Awalnya, setiap kali ada yang nanya atau komentar soal anak, rasanya aku kayak disudutin. Seolah-olah keputusan ini salah atau aneh," katanya.
Di tengah semua perdebatan ini, penting untuk diingat bahwa setiap perempuan berhak menentukan jalan hidupnya sendiri.
Menjadi seorang ibu adalah pilihan yang luar biasa, tetapi memilih untuk tidak memiliki anak juga merupakan keputusan yang layak dihormati.
Bagaimanapun, kebahagiaan tidak datang dalam satu bentuk, dan setiap perempuan punya hak untuk menentukan apa yang terbaik untuk dirinya.
Tag
Terkini
- Merasa Kecil di Dunia yang Besar: Menggali Akar Inferiority Complex
- Resah Driver Ojol Perempuan: Ada Ketidakadilan Mengintai di Setiap Kilometer
- Fake It Till You Make It: Boleh Dicoba, Asal Jangan Kebablasan, Girls!
- Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!
- Self Care Bukan Egois, Tapi Hak Setiap Perempuan untuk Sejahtera
- Pap Smear: Deteksi Dini Kanker Serviks, Selamatkan Nyawa Perempuan
- Mengenal Sunday Scaries, Rasa Cemas yang Timbul di Hari Minggu
- Alasan Mengapa Maret jadi Bulan Perempuan
- Tren Kabur Aja Dulu: Antara Impian dan Realita, Sejauh Mana Keseriusannya?
- Tingkat Kesembuhan Kanker Darah Meningkat Drastis, Apa Rahasianya?