
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Warga Kota Jakarta mengalami penurunan tingkat kesuburan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Total Fertility Rate (TFR) di Jakarta tercatat sebesar 1,75, menjadikannya yang terendah di antara provinsi lain. Angka ini mengindikasikan bahwa rata-rata perempuan di Jakarta melahirkan kurang dari dua anak sepanjang masa reproduksinya.
Jumlah tersebut masih di bawah angka ideal 2,1 yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan populasi tanpa adanya faktor migrasi.
Angka total fertility rate (TFR) di Jakarta yang menurun drastis tersebut menjadi perhatian, terutama karena semakin banyak pasangan yang hanya memiliki satu anak atau bahkan tidak memiliki anak sama sekali. Lalu, apa penyebabnya?
Baca Juga
-
Di Aksi #Indonesia Gelap, Para Perempuan Suarakan Keadilan untuk Pekerja Rumah Tangga
-
#IndonesiaGelap: Saat Ribuan Massa Tuntut Pemerintah Tak Mainkan Kebijakan
-
Buruh Pabrik Dapat Nilai SKD Tertinggi, Kisah Tri Cahyaningsih Yang Gagal CPNS Karena Tinggi Badan
-
Dilema Suami dalam Poligami: Perasaan Bersalah yang Tak Berujung
-
1001 Nights of Ramadan Sedayu, Tawarkan Menu Iftar dari Berbagai Negara
-
Hati-Hati Humblebragging: Fenomena Pamer Halus di Balik Kedok Rendah Hati
Penyebab Menurunnya Kesuburan
Dilansir dari Suara.com, menurut dr. Surya Adi Pramono, Sp.OG, Subsp. FER, MIGS dari Bocah Indonesia, penurunan kesuburan dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama perubahan gaya hidup modern.
“Kebiasaan mengkonsumsi makanan tidak sehat, paparan polusi, serta stres yang tinggi berkontribusi besar terhadap kesehatan reproduksi pria dan wanita. Selain itu, beberapa kondisi medis juga dapat menjadi penyebab utama sulitnya mendapatkan keturunan,” ujarnya.
Selain itu, ada beberapa kondisi medis lain yang dapat menghambat kesuburan, seperti:
- Endometriosis, yaitu pertumbuhan jaringan rahim di luar tempatnya yang menyebabkan nyeri hebat dan gangguan reproduksi.
- Gangguan pada saluran tuba, akibat infeksi atau peradangan yang menghalangi pertemuan sel telur dan sperma.
- Siklus menstruasi tidak teratur, yang bisa menjadi tanda masalah ovulasi.
- Dismenore (nyeri haid berlebihan), yang dapat disebabkan oleh kondisi seperti fibroid atau endometriosis.
Cara Mengatasi Masalah Kesuburan
Langkah pertama untuk mengatasi masalah kesuburan adalah memahami penyebabnya. Menurut dr. Surya, perubahan gaya hidup berperan penting dalam meningkatkan peluang kehamilan.
Mengurangi konsumsi makanan tinggi gula dan lemak serta rutin berolahraga juga dapat membantu menjaga kesehatan reproduksi.
Beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk meredakan nyeri dan memperbaiki kondisi kesuburan antara lain menggunakan pemanas untuk mengurangi nyeri haid, melakukan pijatan ringan guna memperlancar aliran darah ke area panggul dan terapi hormon atau tindakan operasi, terutama bagi penderita endometriosis.
Bagi perempuan yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur, nyeri haid yang hebat, atau belum hamil setelah satu tahun menikah, pemeriksaan kesuburan sangat dianjurkan.
Pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG) dan laparoskopi dapat membantu mengidentifikasi penyebabnya lebih awal sehingga bisa segera ditangani dengan tepat.
“Meski tingkat kesuburan menurun, dengan pemahaman yang baik dan penanganan medis yang tepat, banyak pasangan tetap memiliki peluang besar untuk mendapatkan keturunan,” pungkas dr. Surya.
(Nurul Lutfia)
Terkini
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif
- Koper Ringan, Gaya Baru Menjelajah Dunia Tanpa Beban
- Body Positivity vs Body Neutrality: Mana Jalan Terbaik Menerima Tubuh Apa Adanya?
- Wujud Kesetaraan di Dunia Transportasi, Kartini Masa Kini di Balik Kemudi