
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Setiap bulan Maret, perempuan di dunia merayakan kekuatan dan perjuangan perempuan. Bulan ini, menjadi sejarah perempuan angkat suara tentang hak perempuan dan kesetaraan gender.
Lantas, kenapa bulan sejarah perempuan jatuh pada bulan Maret?
Mereka meminta jam kerja yang manusiawi, gaji yang adil, dan yang paling penting hak buat memilih.
Baca Juga
-
Kesadaran Tinggi, Akses Terbatas: Tantangan Perawatan Kulit di Indonesia
-
8 Program Kerja di Luar Negeri Buat Orang Indonesia yang Mau #KaburAjaDulu
-
Krim Labu jadi Rahasia Kulit Kencang dan Glowing Korea Selatan?
-
Antara Poliamori dan Poligami: Memahami Dua Konsep Hubungan yang Berbeda
-
Medsos Mulu Bikin Gen Z Alami Brain Rot?
-
Lucky Girl Syndrome: Benarkah Keberuntungan Bisa Diprogram?
Kemudian, pada tahun 1910, Clara Zetkin, seorang aktivis asal Jerman, menghadiri Konferensi Internasional Perempuan Pekerja di Kopenhagen dan mengusulkan agar 17 negara yang berpartisipasi menetapkan tanggal 8 Maret sebagai Hari Perempuan.
Tujuannya adalah untuk menghormati perjuangan hak-hak perempuan serta mendorong dukungan terhadap hak pilih universal bagi perempuan.
Setahun kemudian, pada 1911, peringatan ini mulai diakui di berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat. Di tanggal yang sama tahun 1917, ribuan perempuan kembali turun ke jalan dan berkontribusi pada kejadian Revolusi Rusia.
Sampai akhirnya di tahun 1975, Majelis Umum PBB mengadopsi sebuah resolusi yang menyatakan Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak-Hak Perempuan dan Perdamaian Internasional yang harus diperingati oleh negara-negara anggota.
Pada tahun 2025, Dewan Kota Boston di Amerika Serikat mengadopsi resolusi yang menetapkan bulan Maret sebagai Bulan Sejarah Perempuan.
Resolusi ini bertujuan merayakan kontribusi perempuan dari berbagai latar belakang, serta menekankan pentingnya kebijakan yang mendukung kesetaraan upah, akses layanan kesehatan, dan pemberantasan kekerasan berbasis gender.
Penetapan ini bukan sekadar peringatan sejarah, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya melanjutkan perjuangan demi kesetaraan gender.
Setiap perempuan, tanpa memandang latar belakang, diharapkan memiliki kesempatan yang sama untuk sukses dan berperan aktif dalam setiap aspek masyarakat.
Penulis: Mauri Pertiwi
Terkini
- Musikal untuk Perempuan: Merayakan Persahabatan Lewat Lagu Kunto Aji dan Nadin Amizah
- Melangkah Sendiri, Merdeka Sepenuhnya: Kenapa Perempuan Pilih Solo Traveling?
- Koneksi Bukan Kompetisi: The Real Power of Women Supporting Women
- Kapan Nikah? Nggak Perlu Baper, Ini Cara Elegan Hadapi Pertanyaan Sensitif
- Tips Psikologis Jalani Idulfitri Lebih Tenang dan Bermakna
- CEO Muda Perempuan: Lebih dari Sekadar Tren, Ini Realitas Baru Dunia Bisnis
- Keharuman Nostalgia Lebaran, 'Mencicipi' Aroma Nastar dari Sebotol Parfum
- Ketika Secuil Perhatian Berujung Sakit Hati, Kenali Tanda-Tanda Breadcrumbing yang Merugikan Perempuan
- Simping Era: Kenapa Sekarang Banyak Perempuan Bangga Jadi Fangirl?
- Resting Nice Face: Topeng Senyum yang Menyembunyikan Luka Emosional Perempuan