
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Scrolling media sosial atau medsos berjam-jam dapat membuat seseorang mengalami yang namanya, brain rot!
Ya, dilansir Dewiku BBC News, brain rot adalah kondisi di mana seseorang mengalami kemunduran mental atau intelektual akibat konsumsi konten daring remeh atau tidak penting secara berlebihan.
Misalnya, seseorang yang terlalu sering menggunakan banyak platform media sosial dan berselancar berjam-jam, dapat mengalami penurunan daya ingat dan memiliki rentang perhatian yang memendek.
Baca Juga
-
Lucky Girl Syndrome: Benarkah Keberuntungan Bisa Diprogram?
-
Happiness Economic: Apa Benar Uang Bisa Bikin Bahagia?
-
Magis, Inilah Destinasi Pernikahan Romantis dengan Pemandangan Eksotis di Uluwatu
-
Intergenerational Trauma: Jejak Luka Orang Tua dalam Kehidupan Generasi Selanjutnya
-
Dukungan Keluarga, Harapan Bagi Masa Depan Anak yang Berhadapan dengan Hukum
-
Puasa Ramadan Jatuh Pada Sabtu, 1 Maret 2025 Besok
Selain itu, perilaku seperti "Doomscrolling" atau terus-menerus menggulir berita negatif juga berkontribusi terjadinya brain rot.
Perilaku ini memengaruhi sistem penghargaan otak, membuat individu lebih memprioritaskan informasi negatif dan mengurangi sensitivitas terhadap hal-hal positif.
Akibatnya, kapasitas otak untuk menyimpan informasi dapat terganggu.
Menurut para ahli di Oxford University Press, kekhawatiran terhadap dampak mengkonsumsi konten daring berkualitas rendah dengan peningkatan frekuensi dari penggunaan media sosial sebesar 230 persen pada tahun 2023 dan 2024.
Meningkatnya ketergantungan Generasi Z pada konten seperti video ASMR (Autonomous Sensory Meridian Response) juga menunjukkan adanya bukti soal kesulitan dalam interaksi langsung, dan meningkatnya kebutuhan akan pelarian digital karena kenyamanan dan relaksasi yang diberikan.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa tidak semua konten daring berdampak negatif. Banyak juga Generasi Z yang menggunakan platform digital untuk pendidikan, aktivisme, dan membangun komunitas.
Namun, keseimbangan antara konsumsi konten yang bermanfaat dan hiburan yang berlebihan tetap menjadi kunci untuk menjaga kesehatan mental dan intelektual.
Untuk mengatasi brain rot, Kyra Bobinet, ahli saraf dan penulis "Unstoppable Brain" merekomendasikan pendekatan yang disesuaikan dengan individu.
Mempelajari apa yang terbaik bagi masing-masing individu, serta melakukan penyesuaian seiring waktu, dapat membantu meminimalkan risiko.
"Begitu kita mengetahui kebenaran tentang tubuh kita, maka kita dapat melakukan sesuatu untuk mengatasinya," kata Kyra, ditulis Dewiku Selasa (4/3/2025).
Penelitian ini menjadi bukti, penting bagi individu, komunitas, dan pembuat kebijakan untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan digital yang sehat dan mendukung perkembangan mental serta intelektual generasi muda ya!
Penulis: Mauri Pertiwi
Terkini
- Body Positivity vs Body Neutrality: Mana Jalan Terbaik Menerima Tubuh Apa Adanya?
- Wujud Kesetaraan di Dunia Transportasi, Kartini Masa Kini di Balik Kemudi
- Musikal untuk Perempuan: Merayakan Persahabatan Lewat Lagu Kunto Aji dan Nadin Amizah
- Melangkah Sendiri, Merdeka Sepenuhnya: Kenapa Perempuan Pilih Solo Traveling?
- Koneksi Bukan Kompetisi: The Real Power of Women Supporting Women
- Kapan Nikah? Nggak Perlu Baper, Ini Cara Elegan Hadapi Pertanyaan Sensitif
- Tips Psikologis Jalani Idulfitri Lebih Tenang dan Bermakna
- CEO Muda Perempuan: Lebih dari Sekadar Tren, Ini Realitas Baru Dunia Bisnis
- Keharuman Nostalgia Lebaran, 'Mencicipi' Aroma Nastar dari Sebotol Parfum
- Ketika Secuil Perhatian Berujung Sakit Hati, Kenali Tanda-Tanda Breadcrumbing yang Merugikan Perempuan