Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Dalam beberapa tahun terakhir, poliamori dan poligami semakin sering dibahas dalam berbagai diskusi mengenai hubungan modern.
Meskipun keduanya melibatkan hubungan dengan banyak pasangan, keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam konsep dan praktiknya.
Poligami: Pernikahan Plural
Poligami merupakan praktik pernikahan dengan lebih dari satu pasangan, yang terbagi menjadi dua jenis utama:
Baca Juga
-
Doomscrolling: Candu Digital yang Menggerogoti Kesehatan Mental Gen Z
-
Waspada Endometriosis, Penyakit yang Merenggut Kualitas Hidup Perempuan
-
Mengenal Istilah FOPO, Ketakutan akan Opini Orang Lain
-
Medsos Mulu Bikin Gen Z Alami Brain Rot?
-
Lucky Girl Syndrome: Benarkah Keberuntungan Bisa Diprogram?
-
Gemasnya Carmen Hearts2Hearts Lakukan 'Bow' Khas Orang Indonesia di Panggung Korea
- Poligini: Satu pria memiliki banyak istri.
- Poliandri: Satu wanita memiliki banyak suami.
Poliamori: Cinta yang Banyak
Di sisi lain, poliamori adalah praktik memiliki hubungan romantis atau seksual dengan banyak orang secara bersamaan, dengan pengetahuan dan persetujuan dari semua pihak yang terlibat.
Menurut penelitian dari Frontiers in Psychology, poliamori menekankan pada hubungan yang berbasis transparansi, komunikasi terbuka, dan kesepakatan antara semua pihak.
Sementara poligami lebih sering dikaitkan dengan struktur keluarga patriarki yang umum dalam tradisi agama atau komunitas tertentu.
“Poliamori bukan tentang memiliki pasangan tambahan sebagai bentuk status sosial atau tradisi, melainkan tentang membangun hubungan yang fleksibel dan setara,” jelas Dr. Elisabeth Sheff, seorang peneliti hubungan non-monogami.
Dilansir Healthline, daya tarik poligami umumnya bersifat budaya atau agama, meskipun tidak selalu demikian.
Sebaliknya, daya tarik poliamori terletak pada fleksibilitas dan kebebasan dalam menjalani hubungan tanpa terikat aturan sosial atau keagamaan yang kaku.
Misalnya, dua pasangan merasa tertarik kepada orang lain, namun tetap merasa tertarik satu sama lain.
Jessica Fern, penulis buku Polysecure, dalam wawancaranya dengan Condé Nast Traveler, menyebut bahwa poliamori menawarkan lebih banyak kebebasan dalam mendefinisikan hubungan.
"Poliamori menawarkan lebih banyak kebebasan dalam mendefinisikan hubungan, sementara poligami sering kali terikat pada aturan sosial atau keagamaan yang telah ada selama berabad-abad.” jelasnya.
Baik poliamori maupun poligami sama-sama menghadapi tantangan sosial dan hukum. Meskipun poliamori lebih diterima dalam budaya Barat, banyak pelakunya masih menghadapi diskriminasi dalam hal hak asuh anak, perumahan, dan tunjangan hukum.
Sementara itu, poligami tetap ilegal di banyak negara, meskipun ada komunitas yang tetap menjalankannya secara diam-diam.
Beberapa negara yang melegalkan poligami biasanya melakukannya berdasarkan norma budaya atau agama tertentu, tetapi tetap membatasi praktiknya dalam aspek hukum tertentu.
(Mauri Pertiwi)
Terkini
- Musikal untuk Perempuan: Merayakan Persahabatan Lewat Lagu Kunto Aji dan Nadin Amizah
- Melangkah Sendiri, Merdeka Sepenuhnya: Kenapa Perempuan Pilih Solo Traveling?
- Koneksi Bukan Kompetisi: The Real Power of Women Supporting Women
- Kapan Nikah? Nggak Perlu Baper, Ini Cara Elegan Hadapi Pertanyaan Sensitif
- Tips Psikologis Jalani Idulfitri Lebih Tenang dan Bermakna
- CEO Muda Perempuan: Lebih dari Sekadar Tren, Ini Realitas Baru Dunia Bisnis
- Keharuman Nostalgia Lebaran, 'Mencicipi' Aroma Nastar dari Sebotol Parfum
- Ketika Secuil Perhatian Berujung Sakit Hati, Kenali Tanda-Tanda Breadcrumbing yang Merugikan Perempuan
- Simping Era: Kenapa Sekarang Banyak Perempuan Bangga Jadi Fangirl?
- Resting Nice Face: Topeng Senyum yang Menyembunyikan Luka Emosional Perempuan