Senin, 17 Maret 2025
Vania Rossa : Senin, 17 Maret 2025 | 13:45 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Dewiku.com - Sunat perempuan, atau yang secara medis dikenal sebagai Female Genital Mutilation (FGM), merupakan prosedur yang melibatkan pemotongan atau penghilangan sebagian atau seluruh bagian dari genitalia eksternal perempuan.

Praktik ini telah dilakukan selama berabad-abad di berbagai belahan dunia, terutama di Afrika, Asia, dan Timur Tengah.

Organisasi-organisasi hak asasi manusia dan kesehatan global telah mengecam praktik ini sebagai pelanggaran hak asasi perempuan dan anak perempuan. Mereka berpendapat bahwa sunat perempuan tidak memiliki manfaat kesehatan dan justru dapat menyebabkan komplikasi serius. Namun, sunat perempuan masih banyak dilakukan, dengan alasan tradisi, sosial, dan budaya.

Di beberapa daerah, sunat perempuan bahkan dilakukan sebagai bagian dari ritual budaya yang dipercaya dapat menjaga kesucian perempuan dan meningkatkan peluang pernikahan.

Dan mirisnya, prosedur ini kerap dilakukan tanpa anestesi dan alat yang steril, sehingga dapat meningkatkan risiko kesehatan yang serius.

World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan praktik FGM menjadi empat kategori utama, yaitu:

  • Klitoridektomi, pengangkatan sebagian atau seluruh klitoris.
  • Eksisi, pengangkatan klitoris dan bagian kecil labia minora.
  • Infibulasi, penyempitan lubang vagina dengan pemotongan dan reposisi labia minora atau labia majora.
  • Jenis lainnya, semua prosedur lain yang melukai organ genital perempuan dengan alasan non-medis.

Dampak Serius terhadap Kesehatan Perempuan

Sunat perempuan telah lama menjadi subyek kontroversi. Organisasi-organisasi hak asasi manusia dan kesehatan global mengecam praktik ini sebagai pelanggaran hak asasi perempuan dan anak perempuan.

Mereka berpendapat bahwa sunat perempuan tidak memiliki manfaat kesehatan dan justru dapat menyebabkan komplikasi serius.

Tak hanya membawa dampak buruk dari sisi medis, sunat perempuan juga dapat menyebabkan trauma psikologis, misalnya menimbulkan kecemasan dan depresi.

Selain itu, ada banyak hal negatif yang dapat terjadi akibat prosedur ini, seperti infeksi serius akibat prosedur yang tidak higienis, pendarahan hebat yang dapat mengancam nyawa, hingga gangguan kesehatan reproduksi, termasuk komplikasi saat persalinan dan meningkatnya risiko kemandulan.

Pelanggaran Hak Asasi Perempuan

Meskipun praktik ini masih bertahan di beberapa komunitas, upaya penghapusan sunat perempuan telah membuahkan hasil.

Banyak negara telah mengeluarkan undang-undang yang melarang praktik ini, dan organisasi-organisasi internasional terus bekerja untuk meningkatkan kesadaran dan mengedukasi masyarakat tentang bahaya sunat perempuan.

Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai organisasi internasional seperti PBB, WHO, dan UNICEF aktif melakukan kampanye edukasi serta advokasi kebijakan untuk menghapus FGM.

Sejumlah negara telah mengesahkan undang-undang yang melarang praktik ini, meskipun penerapan hukumnya masih menghadapi berbagai kendala.

"FGM bukan hanya persoalan kesehatan, tetapi juga menyangkut hak asasi perempuan. Diperlukan pendekatan berbasis komunitas agar masyarakat lebih memahami dampak buruknya" ujar Waris Dirie, seorang aktivis asal Somalia yang sangat menentang praktik FGM.

Bukan hanya perkataan, Dirie juga menunjukkan penentangannya dengan membuka pusat medis pertama di Berlin yang menawarkan operasi rekonstruksi bagi para wanita yang telah menjalani FGM.

Selain itu, Dirie juga mendirikan Desert Flower Foundation, sebuah organisasi yang fokus dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan memberdayakan mereka yang menjadi korban.

Meskipun tantangan masih besar, upaya global dalam memberantas praktik ini terus berkembang.

Dengan edukasi, advokasi hukum, serta dukungan dari komunitas internasional, diharapkan praktik sunat perempuan ini dapat sepenuhnya dihapuskan demi melindungi hak dan kesehatan perempuan di seluruh dunia.

(Sifra Kezia)

BACA SELANJUTNYA

Fawning: Jebakan Menyenangkan Orang Lain, Sampai Lupa Diri Sendiri