Dewiku.com - Di era modern ini, orang tua semakin sadar akan pentingnya pendidikan dan perkembangan anak. Namun, terkadang, keinginan untuk memberikan yang terbaik justru berujung pada pola asuh yang berlebihan atau overparenting. Apa sebenarnya overparenting, dan bisakah pola asuh ini menghambat kemandirian anak?
Overparenting adalah pola asuh yang berlebihan dalam mengontrol, mengawasi, dan melindungi anak dari berbagai tantangan hidup.
Menurut psikolog Jean Twenge dari San Diego State University, pola asuh ini sering kali berasal dari niat baik orang tua yang ingin memastikan anak-anak mereka sukses dan aman. Namun, alih-alih membantu, pendekatan ini justru dapat merugikan.
“Orang tua yang terlalu mengontrol justru membuat anak sulit menghadapi tantangan. Mereka tumbuh dengan kecenderungan menghindari risiko dan memiliki ketergantungan yang tinggi," ujar Twenge.
Selain itu, orang tua yang terus-menerus mengawasi dan mengatur setiap aspek kehidupan anak, sering kali tumbuh dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dan kurang percaya diri.
Studi yang diterbitkan di Journal of Child and Family Studies menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan gaya overparenting cenderung memiliki keterampilan sosial yang lebih rendah dan kesulitan dalam mengambil keputusan sendiri.
Menurut Dr. Madeline Levine, seorang psikolog anak dan penulis Teach Your Children Well, anak-anak yang terus-menerus dikontrol oleh orang tua sering kali kurang memiliki resilience atau daya juang.
“Mereka tidak terbiasa menghadapi kesulitan, karena setiap hambatan kecil sudah disingkirkan oleh orang tua mereka. Akibatnya, ketika menghadapi tantangan di dunia nyata, mereka lebih mudah menyerah," kata Levine, dilansir The Guardian.
Lalu, bagaimana kita sebagai orang tua dapat menghindari overparenting ini?
Baca Juga
-
Sextortion dan Sexploitation: Ketika Privasi Jadi Senjata Pemerasan di Era Digital
-
Wifey Material: Ketika Perempuan Dituntut Jadi 'Istri Idaman'
-
Nyaman dengan Diri Sendiri Berawal dari Perawatan Tepat Area Kewanitan
-
Main Character Syndrome, Ketika Perempuan Merasa Jadi Pusat Semesta
-
Go & Glow Fun Run 2025: Tetap Bugar dan Glowing dengan Aktivitas Seru
-
Zombieing: Ketika Mantan Datang Tanpa Diundang, Lebih Seram dari Ghosting!
1. Biarkan Anak Menghadapi Tantangan
Daripada langsung turun tangan menyelesaikan masalah anak, biarkan mereka mencoba mencari solusi sendiri. Hal ini membantu mereka mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.
2. Dorong Kemandirian Sejak Dini
Memberikan tanggung jawab sesuai usia, seperti membereskan mainan atau membuat keputusan kecil, dapat membantu anak belajar mandiri.
3. Kurangi Kontrol Berlebihan
Pentingnya memberi anak kesempatan untuk gagal dan belajar dari kesalahan. Dimana, ketahanan mental dibangun melalui pengalaman nyata, bukan dengan menghindari kesulitan.
4. Bangun Kepercayaan, Bukan Ketakutan
Orang tua perlu percaya bahwa anak mereka mampu menghadapi dunia. Mengontrol setiap aspek kehidupan anak hanya akan menciptakan ketergantungan yang tidak sehat.
Overparenting mungkin dilakukan dengan niat baik, tetapi dampaknya bisa merugikan perkembangan anak.
Daripada terus-menerus mengontrol, lebih baik memberikan ruang bagi anak untuk belajar dan berkembang secara mandiri.
(Mauri Pertiwi)
Terkini
- Memilih Susu Pertumbuhan Anak: Tips untuk Orang Tua Masa Kini
- Kenapa Cewek Suka Mengingat-Ingat Kesalahan Pasangan? Ini Penjelasannya
- The Club Series: Kuas MUA Sporty-Luxury yang Bikin Makeup Auto Flawless
- Quality Time Ala Keluarga Modern: Nggak Perlu Jauh, yang Penting Bermakna
- Olahraga Makin Hits, Outfit Tetap Santun: Tren Sportwear Modest yang Lagi Naik Daun
- Ketika Kehamilan Datang Tanpa Diminta: Sunyi, Stigma, dan Ruang #SamaSamaAman yang Mesti Kita Ciptakan
- Semakin Dewasa, Circle Makin Kecil: Ternyata Ini Bukan Salah Siapa-Siapa
- Akses Layanan Kesehatan Kelas Dunia, Kini Lebih Dekat untuk Keluarga Indonesia
- Seventh Anniversary, Noera Beauty Rilis Sunscreen Physical dengan Formula Baru yang Inovatif
- Regenerative Beauty: Tren Baru yang Bikin Kulit Glowing Alami Tanpa Kesan 'Diisi'