Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Istilah "wifey material" belakangan ini sering kita dengar di media sosial. Istilah ini merujuk pada perempuan yang dianggap memiliki kualitas ideal untuk dijadikan istri. Namun, di balik istilah ini, tercipta stereotip baru yang meresahkan.
Apa Itu Wifey Material?
Secara umum, wifey material merujuk pada perempuan yang dianggap memiliki sifat-sifat seperti pandai memasak dan mengurus rumah tangga, penyayang dan perhatian terhadap pasangan, hingga mampu menjadi seorang ibu yang baik.
Sifat-sifat ini seringkali diasosiasikan dengan peran tradisional perempuan sebagai istri dan ibu.
Baca Juga
-
Nyaman dengan Diri Sendiri Berawal dari Perawatan Tepat Area Kewanitan
-
Main Character Syndrome, Ketika Perempuan Merasa Jadi Pusat Semesta
-
Go & Glow Fun Run 2025: Tetap Bugar dan Glowing dengan Aktivitas Seru
-
Hot Girl Walk: Ketika Perempuan Jadi Lebih Bahagia Cuma Modal Jalan Kaki
-
Self Gifting: Bukan Boros, Tapi Bentuk Apresiasi pada Diri Sendiri
-
Stop Self-Talk Negatif! Ini Cara Membangun Self-Respect di Era Digital
Lalu, benarkah wifey material itu ideal?
Meskipun terdengar positif, istilah wifey material sebenarnya bisa menjadi beban bagi perempuan. Istilah ini seolah-olah menciptakan standar ideal yang harus dipenuhi oleh perempuan agar dianggap layak untuk dinikahi. Akibatnya, perempuan merasa tertekan untuk menjadi sempurna dan memenuhi ekspektasi orang lain.
Meskipun banyak yang menganggap istilah ini sebagai bentuk pujian, beberapa orang berpendapat bahwa penggunaannya dapat memberikan tekanan sosial bagi perempuan.
Istilah wifey material yang kerap diasosiasikan dengan peran istri seperti mengurus rumah, memasak, dan mendukung pasangan, terdengar seperti tidak mempertimbangkan kebebasan atau ambisi individu.
Lebih dari itu, istilah ininjuga dianggap menetapkan standar tidak realistis dalam hubungan. Pasalnya, tidak semua perempuan sesuai dengan definisi wifey material yang beredar di masyarakat. Banyak yang lebih memilih untuk mandiri, mengejar karier, atau menjalani gaya hidup yang berbeda dari ekspektasi umum.
“Daripada mencari seseorang yang memenuhi daftar kriteria tertentu sebagai wifey material, lebih baik berfokus pada bagaimana pasangan dapat saling melengkapi dan menciptakan hubungan yang sehat.” ujar Dr. Amanda Lewis, seorang Psikolog.
Jika istilah ini digunakan untuk menghargai seseorang tanpa mengharuskan mereka memenuhi standar tertentu, maka bisa memiliki makna positif.
Namun, jika dipakai untuk menempatkan perempuan dalam peran yang sempit dan terbatas, maka hal ini perlu diwaspadai.
Sejatinya, dalam hubungan yang sehat, tidak ada standar ideal yang harus dipenuhi. Pasangan saling menerima apa adanya dan bersama-sama membangun hubungan yang bahagia.
(Imelda Rosalina)
Terkini
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif
- Koper Ringan, Gaya Baru Menjelajah Dunia Tanpa Beban
- Body Positivity vs Body Neutrality: Mana Jalan Terbaik Menerima Tubuh Apa Adanya?
- Wujud Kesetaraan di Dunia Transportasi, Kartini Masa Kini di Balik Kemudi
- Musikal untuk Perempuan: Merayakan Persahabatan Lewat Lagu Kunto Aji dan Nadin Amizah
- Melangkah Sendiri, Merdeka Sepenuhnya: Kenapa Perempuan Pilih Solo Traveling?
- Koneksi Bukan Kompetisi: The Real Power of Women Supporting Women