Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Musim hujan yang sedang berlangsung di sebagian besar wilyah Indonesia termasuk Jakarta, tidak hanya membawa udara segar dan langit cerah, tetapi juga membuka peluang bagi keluarga untuk menikmati aktivitas luar ruangan.
Kondisi ini seharusnya menjadi momen refleksi akan pentingnya menjaga kualitas lingkungan yang lebih berkelanjutan.
Biasanya, mereka pergi ke tempat terbuka seperti QBig atau lapangan basket. Namun, ada faktor yang tak bisa diabaikan, yaitu kondisi anak.
Baca Juga
-
UNESCO Akui Pesona Kebaya, Ini Jejak Sejarah dan Filosofinya dalam Setiap Lekukan
-
Tangga Karier Qudsiah Firdausi, Yakin Bahwa Semua Perempuan Bisa Jadi Pemimpin
-
Marsya Voice of Baceprot Masuk Daftar 100 Perempuan Inspiratif dan Berpengaruh di Dunia Versi BBC
-
Jeritan Bisu Korban Kekerasan: Perempuan Berhak Aman dari Rasa Takut
-
Urgensi Cuti Melahirkan, Hak Ibu Bekerja yang Tak Boleh Diabaikan
-
Setop Diskriminasi! Saatnya Perempuan Disabilitas Berpartisipasi Lebih Aktif dalam Pembangunan Inklusif
“Jika anak sedang tidak mood, perjalanan bisa menjadi tidak menyenangkan,” ungkap Sekar.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas keluarga bukan hanya tentang kondisi cuaca, tetapi juga bagaimana suasana hati mempengaruhi pengalaman mereka. Namun, cuaca menjadi faktor penentu lainnya.
“Kalau terlalu panas atau hujan, rasanya jalan-jalan jadi kurang seru,” tambah Sekar.
Beberapa hari terakhir, cuaca yang mendukung telah memungkinkan keluarga untuk menikmati aktivitas luar ruangan meski dengan keterbatasan, seperti kendaraan yang rusak.
“Udara terasa segar dan nyaman untuk jalan-jalan. Mood sekeluarga juga jadi bagus. Meskipun mobil kami sedang rusak, kami jadi bisa tetap pergi menggunakan motor. Yang penting anak tetap nyaman dan cuacanya bersahabat,” ungkap Sekar lagi.
Fenomena udara bersih yang muncul selama musim hujan ini bukan tanpa alasan. Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa curah hujan membantu meluruhkan polutan di udara.
“Tetesan hujan menarik partikel seperti debu, asap, dan gas, sehingga kualitas udara menjadi lebih baik,” paparnya.
Guswanto mengungkap hujan di Jakarta berpeluang terjadi pada siang hingga malam hari saja.
“Maka dari itu, untuk waktu terbaik menikmati cahaya matahari di Jakarta adalah saat pagi hari,” tambahnya.
Namun, kondisi ini bersifat sementara. Guswanto mengingatkan, saat musim kemarau tiba, polutan kembali terakumulasi tanpa proses peluruhan yang alami.
BMKG juga telah mengingatkan tentang risiko kesehatan yang tetap hadir selama musim hujan, seperti flu, demam berdarah, hingga infeksi kulit.
Hal ini menunjukkan bahwa kenyamanan sementara dari udara segar tidak boleh membuat kita lengah akan bahaya kesehatan.
Dengan langkah konkret, seperti mengurangi emisi polutan dan menjaga kebersihan, kita bisa menciptakan kualitas udara yang lebih baik sepanjang waktu, tidak hanya saat musim hujan berlangsung.
Penulis: Nurul Lutfia Maryadi
Terkini
- Stop Self-Talk Negatif! Ini Cara Membangun Self-Respect di Era Digital
- Merasa Kecil di Dunia yang Besar: Menggali Akar Inferiority Complex
- Resah Driver Ojol Perempuan: Ada Ketidakadilan Mengintai di Setiap Kilometer
- Fake It Till You Make It: Boleh Dicoba, Asal Jangan Kebablasan, Girls!
- Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!
- Self Care Bukan Egois, Tapi Hak Setiap Perempuan untuk Sejahtera
- Pap Smear: Deteksi Dini Kanker Serviks, Selamatkan Nyawa Perempuan
- Mengenal Sunday Scaries, Rasa Cemas yang Timbul di Hari Minggu
- Alasan Mengapa Maret jadi Bulan Perempuan
- Tren Kabur Aja Dulu: Antara Impian dan Realita, Sejauh Mana Keseriusannya?