Senin, 10 Maret 2025
Elga Maulina : Jum'at, 20 Desember 2024 | 10:48 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Dewiku.com - Sebagai orang tua, keinginan untuk melindungi anak dari kesalahan dan kegagalan adalah naluri alami. Namun, terlalu melindungi anak justru dapat menghambat perkembangan mereka.

Psikolog Agustini menjelaskan bahwa kegagalan adalah bagian penting dari proses belajar anak untuk tumbuh menjadi individu yang mandiri dan tangguh.

Menurut Agustini, banyak orang tua yang terlalu takut melihat anak mereka gagal.

“Kadang orang tua takut anaknya kecewa karena gagal. Akibatnya, mereka terlalu melindungi anak agar tidak mengalami kegagalan. Padahal, kegagalan itu penting bagi anak untuk belajar menghadapi tantangan hidup,” jelasnya.

Pentingnya Kegagalan dalam Pengasuhan

Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Justru, melalui kegagalan, anak belajar untuk memahami bahwa usaha dan konsekuensi berjalan beriringan.

Contohnya, ketika seorang anak tidak naik kelas, orang tua seharusnya menjadikan momen tersebut sebagai pelajaran.

“Anak perlu memahami, ‘Kamu tidak naik kelas karena kamu tidak belajar dengan rajin.’ Ini mengajarkan anak bahwa mereka perlu berusaha lebih keras untuk mencapai tujuan,” kata Agustini.

Namun, dalam banyak kasus, orang tua sering kali memilih intervensi agar anak tetap naik kelas, meskipun anak tidak memenuhi kualifikasi.

“Anak yang selalu dilindungi dari kegagalan akan tumbuh dengan keyakinan bahwa semua masalahnya akan diselesaikan oleh orang lain. Akibatnya, mereka tidak belajar kemandirian dan kehilangan kepercayaan diri,” tambahnya.

Cara Orang Tua Mendukung Anak Belajar dari Kegagalan

Agustini menekankan bahwa orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka.

Namun, ini bukan berarti menghukum anak secara berlebihan, melainkan memberikan konsekuensi yang mendidik.

“Misalnya, ketika anak gagal mencapai sesuatu, kita bisa mengurangi waktu bermain gadget atau uang sakunya. Tapi, hal ini dilakukan bukan untuk menghukum, melainkan untuk mengajarkan bahwa kegagalan memiliki konsekuensi, dan keberhasilan membutuhkan usaha,” ujar Agustini.

Selain itu, memberikan pujian saat anak berhasil melakukan sesuatu juga sangat penting.

“Pujian dapat membangkitkan semangat anak untuk terus melakukan hal-hal positif. Tapi ketika anak gagal, orang tua harus membantu mereka memahami apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya,” jelasnya lebih lanjut.

Menyeimbangkan Kasih Sayang dan Disiplin

Bagi banyak orang tua, menyayangi anak sering kali diartikan sebagai melindungi mereka dari kesulitan.

Namun, Agustini mengingatkan bahwa kasih sayang yang berlebihan tanpa disiplin bisa berdampak negatif.

Menyayangi anak berarti juga membiarkan mereka belajar dari kegagalan. Dengan cara ini, anak akan memahami bahwa hidup penuh tantangan dan kesalahan adalah bagian dari proses belajar.

“Jika anak gagal, katakan bahwa itu tidak apa-apa. Beri mereka dukungan dan bimbingan untuk mencoba lagi. Tetapi, pastikan mereka juga memahami bahwa kegagalan terjadi karena suatu sebab, seperti kurang belajar atau kurang berusaha,” pungkasnya. (Dewiku.com/Nurul Lutfia)

BACA SELANJUTNYA

Bulldozer Parenting: Kasih Sayang yang Mengikis Kemandirian Anak?