
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Sebagai orang tua, keinginan untuk melindungi anak dari kesalahan dan kegagalan adalah naluri alami. Namun, terlalu melindungi anak justru dapat menghambat perkembangan mereka.
Psikolog Agustini menjelaskan bahwa kegagalan adalah bagian penting dari proses belajar anak untuk tumbuh menjadi individu yang mandiri dan tangguh.
Menurut Agustini, banyak orang tua yang terlalu takut melihat anak mereka gagal.
“Kadang orang tua takut anaknya kecewa karena gagal. Akibatnya, mereka terlalu melindungi anak agar tidak mengalami kegagalan. Padahal, kegagalan itu penting bagi anak untuk belajar menghadapi tantangan hidup,” jelasnya.
Baca Juga
Pentingnya Kegagalan dalam Pengasuhan
Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Justru, melalui kegagalan, anak belajar untuk memahami bahwa usaha dan konsekuensi berjalan beriringan.
Contohnya, ketika seorang anak tidak naik kelas, orang tua seharusnya menjadikan momen tersebut sebagai pelajaran.
“Anak perlu memahami, ‘Kamu tidak naik kelas karena kamu tidak belajar dengan rajin.’ Ini mengajarkan anak bahwa mereka perlu berusaha lebih keras untuk mencapai tujuan,” kata Agustini.
Namun, dalam banyak kasus, orang tua sering kali memilih intervensi agar anak tetap naik kelas, meskipun anak tidak memenuhi kualifikasi.
“Anak yang selalu dilindungi dari kegagalan akan tumbuh dengan keyakinan bahwa semua masalahnya akan diselesaikan oleh orang lain. Akibatnya, mereka tidak belajar kemandirian dan kehilangan kepercayaan diri,” tambahnya.
Cara Orang Tua Mendukung Anak Belajar dari Kegagalan
Agustini menekankan bahwa orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka.
Namun, ini bukan berarti menghukum anak secara berlebihan, melainkan memberikan konsekuensi yang mendidik.
“Misalnya, ketika anak gagal mencapai sesuatu, kita bisa mengurangi waktu bermain gadget atau uang sakunya. Tapi, hal ini dilakukan bukan untuk menghukum, melainkan untuk mengajarkan bahwa kegagalan memiliki konsekuensi, dan keberhasilan membutuhkan usaha,” ujar Agustini.
Selain itu, memberikan pujian saat anak berhasil melakukan sesuatu juga sangat penting.
“Pujian dapat membangkitkan semangat anak untuk terus melakukan hal-hal positif. Tapi ketika anak gagal, orang tua harus membantu mereka memahami apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya,” jelasnya lebih lanjut.
Menyeimbangkan Kasih Sayang dan Disiplin
Bagi banyak orang tua, menyayangi anak sering kali diartikan sebagai melindungi mereka dari kesulitan.
Namun, Agustini mengingatkan bahwa kasih sayang yang berlebihan tanpa disiplin bisa berdampak negatif.
Menyayangi anak berarti juga membiarkan mereka belajar dari kegagalan. Dengan cara ini, anak akan memahami bahwa hidup penuh tantangan dan kesalahan adalah bagian dari proses belajar.
“Jika anak gagal, katakan bahwa itu tidak apa-apa. Beri mereka dukungan dan bimbingan untuk mencoba lagi. Tetapi, pastikan mereka juga memahami bahwa kegagalan terjadi karena suatu sebab, seperti kurang belajar atau kurang berusaha,” pungkasnya. (Dewiku.com/Nurul Lutfia)
Tag
Terkini
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif
- Koper Ringan, Gaya Baru Menjelajah Dunia Tanpa Beban
- Body Positivity vs Body Neutrality: Mana Jalan Terbaik Menerima Tubuh Apa Adanya?
- Wujud Kesetaraan di Dunia Transportasi, Kartini Masa Kini di Balik Kemudi