Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Dapur merupakan jantung rumah tangga, tempat di mana makanan bergizi disiapkan untuk keluarga. Namun, masyarakat di berbagai daerah sempat mengalami kesulitan mendapatkan gas LPG 3 kg atau yang dikenal sebagai 'gas melon'.
Kelangkaan ini membawa dampak sosial yang luas, termasuk antrean panjang, meningkatnya harga di tingkat pengecer, hingga korban jiwa akibat kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk mengantre lama.
Seperti yang terjadi di Tangerang Selatan, seorang nenek meninggal dunia setelah mengantre gas dalam kondisi lelah dan kepanasan.
Baca Juga
-
Memahami Akar Masalah Filisida: Mengapa Orang Tua Membunuh Anak Mereka?
-
Dari Impulsif ke Bijak: Mengubah Perilaku Konsumtif Melalui Tantangan Menabung
-
Kenapa Hubungan Seks yang Terjadwal Lebih Baik Daripada yang Spontan Ketika Kamu Sudah Menikah?
-
Pengeluaran Harian dan Kemiskinan: Cukupkah Rp 21.250 per Hari untuk Hidup Layak?
-
Usia Pensiun Naik Jadi 59 Tahun: Perempuan Siap Kerja Lebih Lama?
-
Keuangan Aman Untuk Mama Muda: Panduan dari Alexandra Askandar, Wakil Presiden Direktur Bank Mandiri
Berdasarkan laporan, kelangkaan gas melon juga terjadi di Bontang Utara, Kalimantan Timur. Warga setempat mengalami kesulitan memasak selama hampir dua pekan akibat keterbatasan pasokan gas.
Beberapa warga bahkan harus berkeliling mencari gas di berbagai pangkalan yang stoknya kosong.
Dampak terhadap Usaha Kecil dan Ekonomi Masyarakat
Kelangkaan gas melon berdampak pada pelaku usaha kecil seperti penjual nasi uduk, tukang bakso, dan pedagang gorengan. Mereka mengalami kesulitan dalam menjalankan usahanya karena tidak bisa memasak tanpa gas.
Beberapa pedagang terpaksa menghentikan produksi atau menaikkan harga jual untuk menutup biaya tambahan akibat harus membeli gas dengan harga lebih tinggi dari pengecer.
Keluhan masyarakat atas kondisi ini banyak disuarakan, salah satunya melalui media sosial. Seorang ibu-ibu yang viral di akun TikTok @liyabrewek mengungkapkan keresahannya. Ia menyebut kondisi tersebut membuat para pedagang kecil menghabiskan waktu hanya untuk mengantre gas, bukan berjualan.
"Sekarang lu pasti ngerasain ya, apa yang gue rasain. Pekara gas, itu ngapa sekarang gas susah banget. Dulu orang enak-enak masak, sekarang disusah-susahin banget. Tukang nasi uduk, tukang baso, tukang gorengan, kalau gasnya abis tiba-tiba, gimana? Mereka harus lari ke pangkalan, antri panjang, kapan jualannya?"
Ketidakjelasan Distribusi dan Harga Gas Melon
Syaratnya, para pengecer harus menjadi subpangkalan resmi Pertamina, baru setelah itu mereka diizinkan untuk menjual gas LPG 3 kg tersebut ke konsumen. Untuk Sahabat Dewiku yang kemarin merasakan kelangkaan gas LPG, apakah setuju dengan aturan tersebut?
Penulis: Nurul Lutfia Maryadi
Terkini
- Ayah Antar Anak di Hari Pertama Sekolah, Gerakan Penting yang Penuh Makna
- Fenomena Bediding Bikin Menggigil, Ini Tips Biar Kamu Nggak Gampang Sakit
- Wolf Cut ala Song Hye Kyo Lagi Hits! Ini Tips Biar Nggak Gagal Gaya!
- Nggak Ribet! Cara Reapply Sunscreen Tanpa Bikin Make Up Geser
- 9 Ciri Sombong Nggak Kentara: Kamu Pernah Lakuin Salah Satunya?
- Sporty Look Goals! Gaya Padel ala Michelle Joan yang Simpel tapi Chic
- Cinta Nggak Harus Sakit: Saatnya Cewek Stop Normalisasi Hal Negatif dalam Hubungan
- Gaya Minimalis Adhisty Zara yang Bikin Jatuh Hati, Cocok Buat Segala Mood!
- Kenali Tanda-Tandanya! Ini 4 Tipe Pembohong yang Sering Ada di Sekitar Kita
- Digosipin? Seperti Jo Yuri, Ini Cara Sehat Hadapi Rumor Tanpa Drama