Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Britania Raya yang selama ini dikenal dengan masyarakatnya yang multikultural, kini menghadapi tantangan serius. Lonjakan kasus Islamofobia telah menimbulkan kekhawatiran mendalam, mengancam nilai-nilai toleransi dan kerukunan yang selama ini dijunjung tinggi.
Laporan terbaru dari Tell Mama, sebuah organisasi yang memantau Islamofobia, mengungkap lonjakan yang mengkhawatirkan dalam insiden anti-Muslim di Britania Raya.
Sentimen kebencian terhadap Muslim mencapai titik tertinggi sepanjang masa tahun lalu, menandai tren yang sangat meresahkan bagi komunitas Muslim di seluruh negeri.
Hampir 6.000 laporan telah diterima dan lebih dari setengahnya terkonfirmasi sebagai serangan bermotif kebencian, angka yang lebih dari dua kali lipat dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Baca Juga
-
Carmen Resmi Debut di Korea, Banggakan Indonesia Lewat Girl Group Hearts2Hearts
-
Tren "Ani-Ani": Demi Gaya Hidup Glamor atau Jerat Eksploitasi?
-
Kenalan Sama Danantara: Jagoan Investasi atau Bom Waktu?
-
Dari Guru ke Rockstar: Kontroversi yang Mengubah Hidup Novi Citra Indriyati
-
Film Anuja Masuk Nominasi Oscar 2025, Lantang Menentang Eksploitasi Anak dan Perempuan
-
Mindful Eating, Kebiasaan Sehat yang Bisa Ubah Cara Kamu Menikmati Makanan
Yang mengejutkan, laki-laki kini menjadi target utama, perubahan signifikan dari pola sebelumnya di mana perempuan lebih sering menjadi korban sejak 2012.
Laporan tersebut juga menyoroti peningkatan tajam dalam retorika berbahaya yang mengaitkan Muslim dengan terorisme. Narasi yang meresahkan ini semakin intensif setelah konflik Israel-Gaza dan insiden pembunuhan tragis di Southport tahun 2024 lalu.
Kenaikan Kasus Kebencian Anti-Muslim
Menurut catatan Tell Mama, kasus kebencian anti-Muslim melonjak tajam di Inggris Raya sepanjang tahun 2024, dengan 6.313 insiden dilaporkan menunjukkan peningkatan sebesar 43 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari jumlah tersebut, 5.837 kasus berhasil diverifikasi, menegaskan organisasi ini sebagai agen terkemuka dalam memonitor kejahatan kebencian terhadap Muslim.
Dari semua kasus yang dilaporkan, 3.680 terjadi secara offline, melonjak 72 persen dibandingkan dua tahun lalu. Insiden ini meliputi perilaku kasar, serangan fisik, diskriminasi, dan vandalisme.
Tell Mama menghubungkan tren yang mengkhawatirkan ini dengan "stereotip berbahaya yang memperkuat kesalahpahaman tentang identitas Muslim dan memecah masyarakat".
Diduga, separuh insiden Islamofobia daring tahun lalu dipicu oleh kasus pembunuhan brutal tiga perempuan muda di kelas dansa di Southport, di mana muncul disinformasi bahwa pelaku pembunuhan adalah seorang imigran muslim.
Padahal, pelaku bernama Axel Rudakubana adalah seorang pemuda berusia 18 tahun yang berasal dari Cardiff, Wales.
Disinformasi ini pun langsung memicu kerusuhan sipil di berbagai kota di Eropa Barat, serta insiden Islamofobia di platform media sosial X.
Tell Mama mencatat bahwa retorika yang mengaitkan Muslim dengan terorisme mengalami lonjakan signifikan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, serta setelah kerusuhan yang dipicu oleh pembunuhan Southport.
Seruan untuk Bertindak
Direktur Tell Mama, Iman Atta, mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan tegas dalam mengatasi masalah yang berkembang ini. Dia menekankan bahwa Islamofobia semakin merajalela, baik di jalanan maupun di dunia maya.
"Dukungan untuk para korban sangat dibutuhkan sekarang lebih dari sebelumnya," kata Atta.
Atta juga mengajak masyarakat untuk bersatu melawan kebencian dan ekstremisme, menekankan pentingnya menggunakan bahasa yang tidak memperkuat stereotip negatif.
Peningkatan mengkhawatirkan dalam insiden anti-Muslim di Inggris Raya merupakan pengingat yang jelas akan kebutuhan mendesak untuk mengatasi Islamofobia dan mempromosikan persatuan dan pemahaman di antara semua komunitas.
Dengan mengambil tindakan tegas melawan kebencian dan menantang stereotip berbahaya, kita dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis untuk semua.
(Nurul Lutfia)
Terkini
- Self-Sabotage: Saat Diri Sendiri Jadi Penghambat Kesuksesan
- Lagu "Bayar Bayar" Sukatani Dipermasalahkan: Pembungkaman Seni dan Ekspresi?
- Carmen Resmi Debut di Korea, Banggakan Indonesia Lewat Girl Group Hearts2Hearts
- Tren "Ani-Ani": Demi Gaya Hidup Glamor atau Jerat Eksploitasi?
- Kenalan Sama Danantara: Jagoan Investasi atau Bom Waktu?
- Dari Guru ke Rockstar: Kontroversi yang Mengubah Hidup Novi Citra Indriyati
- Film Anuja Masuk Nominasi Oscar 2025, Lantang Menentang Eksploitasi Anak dan Perempuan
- Di Balik Bisik-Bisik: Mengapa Perempuan Selalu Dikaitkan dengan Gosip?
- Grainsly Ground dan Revolusi Kulinernya: Ketika Makanan Sehat Jadi Tren
- Wajah Bunda Indonesia: Komunitas Perempuan yang Menginspirasi dan Memberdayakan