Rabu, 12 Februari 2025
Elga Maulina : Rabu, 12 Februari 2025 | 10:48 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Dewiku.com - Di sudut kota yang jarang mendapat sorotan, sebuah komunitas kecil bernama Rumah Langit berdiri sebagai ruang belajar alternatif bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera. 

Bermula dari inisiatif Yusar Mikail, yang ingin mengubah gudang kosong menjadi tempat bermanfaat, Rumah Langit kini telah berjalan selama delapan tahun, berkembang menjadi rumah kedua bagi banyak anak yang haus akan ilmu dan lingkungan yang mendukung.

Rumah Langit bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga menjadi ruang aman dan nyaman bagi anak-anak yang hidup di lingkungan kurang mendukung. 

Sejak awal berdiri, komunitas ini telah empat kali berpindah lokasi demi menemukan tempat yang lebih layak. 

"Sebelumnya kami sempat dapat tempat yang besar, tapi banjir. Akhirnya pindah ke sini, dan sudah bertahan cukup lama," ujar Winona, salah satu pengelola Rumah Langit.

Saat ini, RL memiliki 100 anak terdaftar, dengan sekitar 80 anak yang rutin belajar. Mereka mengikuti jadwal belajar setiap Senin hingga Jumat, pukul 14.00 - 16.00 WIB, yang dibagi berdasarkan usia; Senin, Rabu, Jumat untuk anak usia 4 tahun hingga kelas 2 SD dan Selasa, Kamis, Jumat untuk anak kelas 3 hingga kelas 6 SD. 

Rumah Langit beroperasi berkat donasi dari berbagai pihak, baik individu maupun lembaga. Banyak mahasiswa, komunitas, dan relawan yang datang untuk berbagi ilmu dan pengalaman dengan anak-anak.

Selain memberikan pelajaran akademik, Rumah Langit juga mengadakan berbagai kegiatan kreatif seperti menggambar dan melukis, yang membantu anak-anak menemukan bakat mereka. Bahkan, beberapa karya anak-anak dijual, sehingga mereka bisa merasakan kebanggaan atas hasil kerja mereka sendiri.

Membantu Anak-anak Mengejar Pendidikan

Banyak anak di Rumah Langit yang berasal dari latar belakang sulit, termasuk anak-anak dari keluarga pemulung, tukang ojek, dan pekerja informal lainnya. Sebagian dari mereka bahkan tidak sempat mengenyam pendidikan formal sejak dini.

Oleh karena itu, Rumah Langit terus mencari cara agar belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan dan tidak terasa sebagai beban bagi anak-anak.

"Kami ingin mereka merasa bahwa belajar di sini bukan hanya kewajiban, tapi juga kesempatan untuk mendapatkan pengalaman menyenangkan," ungkap Winona. 

Namun, dengan dorongan dari Rumah Langit, kini beberapa anak berhasil mengikuti program kejar paket agar bisa mendapatkan ijazah sekolah. Salah satu anak yang bergabung sejak kecil kini telah berhasil menyelesaikan kejar paket SMA dan memiliki peluang lebih baik untuk masa depannya.

Winona mengungkapkan bahwa Rumah Langit tidak menetapkan target bagi semua anak untuk bisa kuliah. Namun, jika ada satu saja anak yang berhasil melanjutkan pendidikan tinggi, hal itu sudah menjadi pencapaian besar bagi komunitas tersebut.

"Kami tidak menargetkan semua anak bisa kuliah, tapi setidaknya jika ada satu anak yang berhasil melanjutkan pendidikan tinggi, itu sudah menjadi pencapaian besar bagi kami," ungkapnya penuh harap. 

Menjadi Rumah Kedua bagi Anak-anak

Bagi anak-anak di Rumah Langit, tempat ini bukan sekadar tempat belajar, melainkan juga rumah kedua. Mereka menemukan lingkungan yang mendukung, teman-teman yang saling menyemangati, dan relawan yang peduli terhadap masa depan mereka.

Lebih dari sekadar memberikan pendidikan, Rumah Langit ingin memberikan memori baik dalam hidup anak-anak ini—memori tentang tempat di mana mereka dihargai, didukung, dan diberi kesempatan untuk bermimpi lebih tinggi.

"Dengan adanya Rumah Langit, mereka tahu bahwa hidup tidak hanya sebatas di lingkungan mereka saat ini. Ada banyak orang yang peduli dan ingin mereka sukses," tutup Winona. (Dewiku.com/Humaira Ratu)

BACA SELANJUTNYA

Barista Tunarungu Surabaya Pecahkan Stigma, Bukti Kesetaraan Ada di Setiap Cangkir Kopi