Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Ketika mendengar nama Kartini, mungkin yang terlintas adalah perjuangannya dalam memperjuangkan emansipasi perempuan di masa lalu.
Tapi, sosok "Kartini" sebenarnya ada di mana-mana, bahkan hingga hari ini.
Eti namanya, usianya sudah kepala Empat. Dia seorang ibu tunggal dengan dua anak.
Baca Juga
-
Rahasia Dapur Ranjang, Saat Sex Toys jadi Kunci Hubungan Sehat dan Bahagia
-
Kisah Anna Jarvis, Sosok di Balik Hari Ibu dan Penyesalan Terdalamnya
-
Lebih dari Sekadar Rasa, Kenapa Masakan Ibu Selalu Bikin Kangen?
-
Identik dengan Liburan, 9 Parfum Aroma Fruity Floral Ini Cocok Kamu Bawa Traveling
-
Setop Overprotektif, Anak Juga Perlu Belajar dari Kegagalan untuk Tumbuh Mandiri
-
Dilema Ibu Zaman Now: Karier atau Keluarga?
Empat tahun lalu, dunia Eti sempat jungkir balik. Ia ditinggal suami tercinta, meninggalkannya dengan beban besar yang harus ditanggung seorang diri.
“Empat tahun lalu saya terpuruk, ditinggal bapak saat (pandemi) covid,” ungkapnya dengan suara bergetar.
Saat itu, ia merasa dunianya runtuh, beban emosional dan finansial datang bersamaan, menantangnya untuk tetap kuat demi anaknya.
Namun, meski dihantam badai, Eti tidak menyerah. Setelah perpisahan itu, ia memilih untuk bangkit, meski jalan yang harus dilalui penuh rintangan.
"Langsung kepikiran anak-anak waktu itu, apalagi mereka udah gede-gede dan lagi fokus sekolah. Butuh biaya banyak" ujarnya pada dewiku Jumat (20/12).
Dari sana, Eti melakukan banyak pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Ia tak mengenal kata lelah, berusaha sekuat tenaga untuk memastikan anak-anaknya tetap mendapatkan pendidikan yang layak.
Ia membuka warung di rumah dan bekerja sebagai staff koperasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Setiap hari, Eti mengatur waktunya dengan cermat, mengelola warung yang ia buka di rumah sekaligus bekerja sebagai staf koperasi untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
“Saya buka warung seblak di rumah, Allahamdulillah rame, lumayan untuk bantu uang jajan anak. Penghasilan tamabahan kerja sebagai satff di kopersi” ujarnya.
Meski jalan yang ia lalui tak mudah, ia merasa bangga dengan pencapaiannya. Momen-momen kecil, seperti melihat anak-anaknya tumbuh dengan sehat, pintar, dan bahagia, menjadi kebahagiaan yang tak ternilai bagi Eti.
“Momen berhaga sebagai ibu saat saya melahirkan mereka kedunia ya, tersus liat anak tumbuh baik, pinter, dan tercukupi. Alhamdullilah saya bisa menjalani 4 tahun ini sendiri, semua pasti ada jalannya,” ungkap Eti dengan penuh rasa syukur.
Ibu tunggal menjadi pahlawan dalam diam, berjuang sendirian untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anaknya meskipun banyak rintangan yang menghadang.
"Awalnya memang berat banget, tapi kalau dijalanin dengan ikhlas, lama-lama pasti ada jalan. Demi anak-anak, walaupun kadang serba pas-pasan, saya terus berjuang,” pungkas Eti.
Penulis: Humaira Ratu Nugraha
Terkini
- Overachieving Daughter Syndrome: Susahnya Jadi Anak Perempuan Idaman
- Perjuangan Kesetaraan Gender: Masih Banyak Tantangan di Indonesia!
- Buka Puasa Mewah All You Can Eat Rasa Dunia Cuma Rp425 Ribu di The Sultan Hotel!
- Fawning: Jebakan Menyenangkan Orang Lain, Sampai Lupa Diri Sendiri
- Overparenting, Jebakan Pola Asuh Orang Tua Zaman Now: Bisa Hambat Kemandirian Anak?
- Sextortion dan Sexploitation: Ketika Privasi Jadi Senjata Pemerasan di Era Digital
- Wifey Material: Ketika Perempuan Dituntut Jadi 'Istri Idaman'
- Nyaman dengan Diri Sendiri Berawal dari Perawatan Tepat Area Kewanitan
- Main Character Syndrome, Ketika Perempuan Merasa Jadi Pusat Semesta
- Go & Glow Fun Run 2025: Tetap Bugar dan Glowing dengan Aktivitas Seru