Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Perdebatanmu dengan seseorang tak kunjung menemui kesepakatan? Mungkin kamu atau lawan debatmu sedang menghadapi logical fallacy atau "sesat pikir". Apa itu?
Ketika berdebat dengan seseorang, kamu mungkin pernah mendengar argumen yang terasa aneh atau tidak logis, tetapi sulit menjelaskan apa yang salah dari argumen tersebut. Nah, itulah contoh logical fallacy, yaitu kesalahan dalam cara berpikir atau berargumen yang dapat melemahkan sebuah pendapat.
Menurut jurnal yang berjudul “Logical Fallacies: How They Undermine Critical Thinking and How to Avoid Them” karya Hershey H. Friedman dan Leon Kaganovskiy, logical fallacy sering muncul, baik secara sengaja untuk memengaruhi orang lain, maupun tidak sengaja karena kurangnya pemahaman.
Apa itu Logical Fallacy?
Baca Juga
-
Mengenal Skin Elixir, Skincare dengan Manfaat yang Melebihi Serum untuk Atasi Beragam Permasalahan Kulit
-
Standar Kecantikan Tak Realistis di Media Sosial, Bikin Kesehatan Mental Perempuan Terancam?
-
Apa Itu Anticipatory Grief, Perasaan Berduka Sebelum Kehilangan
-
Memahami Konsep Stress Language dan Cara-cara Menghadapinya
-
Polemik Zakat untuk Makan Bergizi Gratis: Memang Dana Umat Boleh Biayai Program Pemerintah?
-
Bareng 100 Momfluncers, Komunitas Ibu2Canggih Rayakan Hari Ibu dengan Meriah
Logical fallacy adalah kesalahan dalam cara berpikir atau berargumen yang membuat suatu pendapat jadi tidak kuat.
Kesalahan ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman atau sengaja digunakan untuk memenangkan argumen, meskipun tidak berdasarkan fakta.
Contoh logical fallacy termasuk membuat kesimpulan tanpa bukti yang cukup atau menyerang pribadi seseorang daripada membahas isi argumennya. Kesalahan seperti ini sering membuat orang percaya pada hal yang salah.
Logical fallacy penting untuk dikenali karena sering digunakan dalam diskusi sehari-hari, debat publik, atau bahkan dalam berita.
Berikut adalah contoh logical fallacy yang sering kita temui dalam keseharian:
1. Ad Hominem
Menyerang pribadi seseorang, bukan argumennya.
Contoh: "Pendapatmu salah karena kamu bukan ahli dalam bidang ini."
2. False Dilemma
Menyederhanakan masalah menjadi dua pilihan, padahal ada alternatif lain.
Contoh: "Kalau kamu tidak setuju, berarti kamu melawan."
3. Appeal to Emotion
Menggunakan emosi untuk meyakinkan, bukan fakta.
Contoh: "Kalau kamu tidak membeli produk ini, kamu tidak peduli pada sesama."
4. Post Hoc
Menganggap suatu kejadian menyebabkan kejadian lain hanya karena terjadi sebelumnya.
Contoh: "Setelah minum ramuan ini, saya sembuh. Berarti ramuan ini ampuh."
Menurut jurnal tersebut, logical fallacy dapat menghambat kemampuan berpikir kritis, yang sangat penting di era digital saat ini.
Dengan melatih kemampuan berpikir logis, kita dapat mengidentifikasi argumen yang tidak valid, menghindari manipulasi informasi, dan membuat keputusan berdasarkan fakta. Ini menjadi salah satu keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh banyak perusahaan modern.
Mempelajari logical fallacy juga membantu kita menjadi lebih bijak dalam menanggapi berbagai informasi.
Dalam jurnal itu disebutkan juga bahwa kemampuan berpikir kritis tidak hanya melindungi diri kita dari argumen yang menyesatkan, tetapi juga memungkinkan kita menyampaikan pendapat dengan cara yang lebih efektif dan masuk akal.
Jadi, mengenali logical fallacy adalah langkah awal untuk berpikir lebih kritis dan cerdas.
Nah, lalu adakah cara agar kita terhindar dari logical fallacy ini? Jawabannya, ada! Berikut caranya:
- Berpikir Kritis: Selalu pertanyakan setiap informasi yang kita terima. Jangan langsung percaya begitu saja.
- Periksa Fakta: Pastikan informasi yang didapat berasal dari sumber yang kredibel.
- Pertimbangkan Perspektif Lain: Cobalah untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang.
- Hindari Emosi: Jangan biarkan emosi menguasai saat berdebat atau mengambil keputusan.
- Latih Keterampilan Berpikir Kritis: Teruslah belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Dengan memahami logical fallacy dan menerapkan tips di atas, kita dapat menjadi pemikir yang lebih baik dan membuat keputusan yang lebih bijaksana.
(Nurul Lutfia)
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri